#67

4.9K 235 72
                                    

"Berkali-kali merasakan sakit, tetapi tetap masih belum bisa membiasakan rasa itu."

~ Author

Hallo guys ketemu lagi kita.

Enjoy the story

Happy Reading^^

Terkadang apa yang kita rencanakan belum tentu Tuhan akan kabulkan. Seperti sekarang ini Latisya benar-benar tak bisa berbicara lagi dengan Abraham. Dia menjadi dingin dan tak tergapai. Latisya terus memikirkan kesalahan apa yang telah dia perbuat hingga Abraham menjadi seperti ini.

Tapi, Latisya selalu melihat Abraham disekitarnya. Beberapa kali berpapasan di koridor tanpa saling menyapa, sebenarnya ingin sekali Latisya menyapa. Namun dia tahu reaksi apa yang akan dia terima. Dan yang paling parah adalah dia ditunjuk oleh guru bahasa Indonesia Latisya untuk mendemonstrasikan debat bersama timnya.

Sungguh itu menyiksa Latisya, kembali menjadi orang asing yang tak pernah saling mengenal. Jika dia harus memilih, Latisya memilih untuk tak mengenal Abraham dibandingkan harus seperti ini. Selama pelajaran Latisya tak fokus karena beberapa kali matanya bertatapan dengan Abraham. Walaupun Latisya duduk di belakang namun ada celah yang lurus dengan Abraham. Lain halnya dengan teman sekelasnya yang berebutan untuk duduk di depan Latisya memilih untuk duduk di belakang. Meyakinkan perasaannya agar tak jatuh lebih jauh.

'Mencintai seseorang sesakit ini kah?' Latisya berbicara dalam hatinya. Hingga jam pelajaran usai Latisya tak berpindah dari tempat duduknya.

"Lo seneng gak Sya?" tanya Lisa yang melihat Latisya hanya diam.

"Seneng gak seneng. Lebih ke bingung." Jawab Latisya pasrah.

"Apa lo nyerah aja Sya?" tawar Lisa.

"Enggak. Gue belum mau nyerah deh kayaknya. Gue mau berjuang." Ucap Latisya yakin, setelah beberapa hari ini dia memikirkan semuanya.

"Lo gak bakal sakit hati?"

"Entahlah."

"Lo bakal terang-terangan kalo lo suka sama dia?"

"Ya enggak lah, itu mah bukan gue."

"Terus?"

"Diem-diem lah, gimana lagi"

"Secret admirer?" tebak Lisa.

"Iya." Angguk Latisya semangat.

"Tapi, dari kejadian waktu lo kasih roti, gue rasa dia tau itu lo."

"Terus gimana?"

"Gue saranin, lo biasa aja Sya. Gue gak mau apa yang lo lakuin bakalan nyakitin diri lo sendiri." Ucap Lisa menyarani Latisya agar tak bertindak terlalu jauh.

Latisya diam mendengar saran dari Lisa.

"Gue bukan mau urusin hidup lo Sya. Tapi, gue gak mau kalo lo sedih."

"Iya gue ngerti. Tapi, gue juga ngerasa seneng kalo dapet balasan dari Abraham walaupun itu bukan perasaan dia."

"Gue cuma berharap lo gak lewat batas ya Sya. " ucap Lisa sambil menepuk pundak Latisya.

Latisya mengangguk seraya berkata. "Kalo pun gue nangis, gue gak akan kasih tunjuk ke kalian kok." Kekeh Latisya.

"Ya gak gitu juga Sya." Lisa menggeleng melihat tingkah Latisya.

Latisya hanya terkekeh. Tapi, jika dipikir ulang sepertinya memang Latisya tak boleh terlalu sering membuat sahabat-sahabatnya memikirkan apa masalah dia. Mereka mengertikan keadaan Latisya saja sudah cukup bagi Latisya.

Apakah Mencintai Itu Salah? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang