#23

5.8K 174 0
                                    

" Apakah aku harus menjadi seperti apa yang kamu mau, baru kamu menyukaiku? "

Hai hai, untuk menepati janji update yang tertunda

Enjoy the story

Happy Reading ^^

Latisya mengantarkan pulang Tari, Rain, dan juga Nissa. Karena dia tak mungkin menurunkan teman-temannya di jalanan. Sesampainya di rumah dia disambut oleh Riri.

"Sayang, kata Pak Kirman kamu ke rumah sakit jenguk temen kamu? Siapa?"

"Iya, jenguk Kendra."

"Kendra anaknya Lia?" Tanya Riri, memastikan.

"Gimana keadaannya sekarang? Dia sakit apa?" Riri memberikan pertanyaan sekaligus.

"Mendingan kata dia si. Dia sakit demam berdarah. Tapi, masih ada bintik-bintik merah si tadi aku liat di tangannya. Terus mukanya juga masih lemes. Trombositnya juga belum naik." Jelas Latisya panjang.

"Kasian ya Kendra. Yaudah nanti kamu temenin Mama jenguk dia ya."

'Hah? Mama gak salah? Seneng si, tapi mau sampe kapan ilangin perasaan ke dia kalo masih sering ketemu?' Batin Latisya protes.

"Iya Ma." Jawab Latisya lesu.

Latisya pergi ke kamarnya, dan berbaring di kasur tersayangnya. Membuka ponselnya, ternyata sama saja tak ada pesan dari Kendra maupun Rain atau Tari. Kemudian melempar asal ponselnya, memejamkan mata dan buliran air mata yang sedari pagi ditahan akhirnya jatuh juga. Menangisi perasaannya kepada Kendra yang tak berubah, menyembunyikan perasaannya kepada siapapun kecuali Lany dan Valeri.

Dia tak ingin dikatakan sebagai penghianat oleh Tari karena sudah menyukai pacarnya saat itu. Tapi Latisya tak tahu kalau Tari juga menyukainya. Dan begitupun Tari pasti dia tak tahu jika Latisya menyukai Kendra. Yang seperti itu akan membuat pertengkaran diantara mereka. Karena mereka tak saling terbuka.

Sikap Latisya bisa dibilang simple, bila sahabatnya terbuka padanya pasti dia juga akan terbuka kepada sahabatnya. Namun, Tari menceritakan sesuatu yang sudah Latisya tahu dari orang lain, bukan seperti itu yang Latisya inginkan.

***

Keesokan harinya Kendra belum masuk sekolah juga, wajar si karena dia belum pulih total. Namun, Kendra belum memberi kabar sampai saat ini, entah pada Latisya atau teman yang lain. Tapi hari ini semua tampak biasa saja, walaupun Latisya merasa ada yang kurang.

"Hei Sya, gimana keadaan Kendra kemaren?" Tanya Valeri pelan.

"Masih belum stabil, trombositnya belum naik."

"Lo pasti sedih ya Sya?"

"Lo tau lah jawabannya."

"Dia ngabarin lo gak?"

"Enggak, emang gue siapanya?" jawab Latisya dengan senyum kecut.

"Ya siapa tau."

"Udah deh Val, lo ga usah ngarang." Bisik Latisya. Latisya memelankan suaranya karena Rain berjalan ke arah mejanya.

"Sya, kok gue ngerasa aneh si ngeliat infusan Kendra yang berdarah kemaren." Resah Rain.

"Ya mungkin sekarang udah dibenerin lagi sama suster kali."

"Iya juga ya. Tapi gue pengen jenguk lagi kalo misalnya dia belum masuk juga." Latisya merasa aneh dengan sikap Rain yang seperti ini.

"Kenapa lo gak bareng Arip aja, perasaan dia satu eskul kan sama Kendra?"

Apakah Mencintai Itu Salah? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang