Menatapmu seperti aku memandang langit biru tanpa awan
❤❤❤❤
Kereta U-Bahn (kereta bawah tanah) itu melaju. Penumpang duduk berdesakan. Seorang pengamen jalanan menyenandungkan sebuah lagu dengan gitarnya. Suaranya merdu mengalunkan lagu lama milik Nat King Cole.
"L is for the way you look at me ... O is for the only one I see ... V is very very extraordinary ... E is even more than anyone that you adore and..."
Qarira melirik ponselnya. Dua stasiun lagi dia harus turun. Sudah dua minggu ini dia harus ke sekolah. Ya, Qarira sedang belajar bahasa Jerman. Bahasa di mana dia tinggal sekarang, rumah barunya.
"Nollendorfplatz" stasiun yang harus dia tuju. Qarira melangkah pelan keluar dari kereta beserta siswa-siswa yang lain. Terlihat banyak wajah-wajah non jerman termasuk dirinya. Qarira menuruni tangga dan menuju pintu keluar. Sebuah jalan besar terlihat di seberangnya dan sebuah bangunan dengan tulisan "Hartnackschule."
Qarira berhenti di lampu merah sebelum menyebrang, memandang sekolahnya. Hartnackschule adalah sebuah sekolah bahasa privat di Berlin. Di sini kita bisa belajar Bahasa Jerman dan Inggris. Bangunan sekolahnya sendiri terletak di Nollendorfplatz di jalan Motzstrasse. Sekarang Hartnackschule sudah diakui Senat Berlin dan diterima di berbagai Universitas dan kantor-kantor.
Hartnackshule termasuk bangunan yang cukup tua. Dibuat pada tahun 1915 oleh Paul Emil Hartnack di Cologne dan pada tahun 1936 di Berlin. Kurang lebih ada 100 pengajar dan sekarang terdapat dua bangunan dari sekokah ini. Kebetulan sekarang Qarira berada di bangunan yang tua.
Qarira membuka pintu kayu itu, sebuah tangga berkelok menyambutnya. Dia harus bergegas menuju kelasnya. Lima menit lagi kelasnya dimulai.
"Guten Morgen," (selamat pagi) sapa Qarira pada teman - temannya.
"Guten Morgen," sapa balik mereka.
Semuanya sudah bersiap - siap. Tak lama kemudian Frau Weber, wali kelasnya memasuki ruangan.
"Ein wunderschönen guten Morgen," sapanya ramah.
Wanita paruh baya berkacamata tebal dengan setelan warna biru tua itu mengeluarkan buku diktatnya.
"Guten Morgen, Frau Weber," jawab para murid bersamaan.
"Kayaknya hari ini semua pada semangat ya," seru Frau Weber mengumbar senyum.
"Maklum masih hari Senin, energi masih banyak," celetuk Ben dibarengi tawa siswa-siswi yang lain.
"Hari ini kita akan mempelajari Akkusativ." Frau Weber pun mulai menjelaskan. Semuanya mendengarkan dengan seksama terkecuali dua orang siswa yang duduk di deretan bangku paling belakang.
Pukul 10.30 dering istirahat berbunyi. Qarira langsung bangkit bersiap meninggalkan kelasnya.
"Cantik, istirahat bareng yuk? Sudah lama loh kita tidak saling bertegur sapa."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)
RandomSiapkan hati untuk merenung, apa arti cinta dan keluarga. Qarira, gadis pengungsi dari Syria ingin menata dan memulai hidup baru di kota Berlin, Jerman. Akbar, pemuda rupawan blasteran Indonesia yang sekaligus seorang dokter kepala di RS terkenal di...