Sang surya bergelung menutup wajahnya berselimut awan mendung. Sarah mendongakkan kepala, menatapnya. Kepulan-kepulan asap hitam itu bergerombol seakan enggan untuk dipisahkan. Angin berhembus pelan namun masih mampu menggoyangkan ranting-ranting pohon yang menggelontorkan daun-daun yang sudah berwarna agak keemasan ke jalanan.
Sarah tersenyum lalu memberikan dua buah ticket masuk kepada seorang petugas dan memasuki Botanischer Garten. Gadis itu menggandeng seorang pria tampan di sebelahnya yang sedari tadi diam tanpa mengatakan satu katapun.
Botanischer Garten di Berlin-Lichterferde (salah satu area di Berlin) adalah salah satu kebun raya terbesar di Jerman dengan luas lebih dari 43 hektar dan sekitar 22.000 spesies tumbuhan yang berbeda. Botanischer Garten ini merupakan milik Freies Universität Berlin dan memiliki status lembaga pusat independen fakultas. Kebun dan Taman Raya ini setiap tahunnya bisa dikunjungi kurang lebih setengah juta pengunjung.
Sarah merapatkan jaket pria itu dan menghembuskan nafas kasar. "Hari ini agak sedikit dingin, sayang," ucapnya.
Laki-laki yang tak lain adalah Christian itu menatap balik dan mengukir senyum di wajahnya. Mereka lalu berjalan menyusuri jalan setapak yang dipenuhi dengan tanaman bunga matahari dan beberapa pepohonan yang rimbun menjulang tinggi. Keduanya lalu berhenti di sebuah perempatan jalan dan duduk di sebuah bangku.
"Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa kamu merasa lebih baik?" tanya Sarah menyorot wajah Christian.
"Aku baik-baik saja, sayang. Cuman merasa ada yang aneh dalam diriku, tapi aku tak tahu apa itu," jawab Christian sembari menggigit bibirnya yang kering.
"Ah, mungkin itu hanya perasaanmu saja, sayang. Ini minumlah sedikit," Sarah menyodorkan sebotol air mineral dan Christian segera meneguknya pelan.
"GUK ... GUK!"
Tiba-tiba datang seekor anjing Bicon Havanais menyalak mendekati mereka. Anjing kecil berwarna putih polos itu duduk di depan Sarah dan Christian sembari menjulurkan lidahnya lucu. Christian mengelus kepala anjing itu. "Hallo," sapanya.
Si anjing hanya menggonggong kesenangan. "Namanya Fendi, Christian," seorang lelaki paruh baya muncul dihadapan mereka.
"Big Boss?" pekik Sarah agak kaget lalu berdiri mendekati lelaki itu. "Bagaimana Anda mengenal Christian?" bisik gadis itu pelan ditelinga Tom.
"Aku adalah papa kandungnya."
"Bagaimana mungkin?" tanya Sarah tak percaya, membelalakkan matanya.
"Ceritanya panjang. Nanti akan aku ceritakan padamu, Sarah."
Kedua orang itu menatap Christian yang sedang bermain dengan Fendi. "Fendi, tangkap ini!" teriak Tom Richard sambil melemparkan sebuah tulang mainan ke udara. Anjing itu menyalak dan mengejar penuh nafsu. Christian tergelak dan mengikuti kemana anjing itu pergi.
"Baik, Sarah. Seperti janji kita, aku akan memberitahu rencana-rencana kita selanjutnya," kata Tom menghenyakkan pantatnya di bangku taman dan diikuti Sarah dengan tatapan serius.
"Saya sudah siap untuk mendengarkannya."
"Begini--" Tom memperhatikan sekelilingnya, memastikan tidak ada orang di sekitar mereka. "Besok malam kita akan menemui seorang klien penting. Dia adalah salah satu mafia terkenal di Inggris. Dia mempunyai banyak pelanggan di kalangan selebritis, orang-orang penting di Inggris, seperti konglomerat dan para pejabat tinggi di sana. Ini adalah kesempatan kita untuk melebarkan bisnis ini. Aku mau kamu menghandle orang ini, kamu tidak sendirian karena aku akan mendampingimu. Aku mau lihat bagaimana kamu sebagai orang kepercayaanku bekerja. Apa kamu sudah siap, Sarah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)
RandomSiapkan hati untuk merenung, apa arti cinta dan keluarga. Qarira, gadis pengungsi dari Syria ingin menata dan memulai hidup baru di kota Berlin, Jerman. Akbar, pemuda rupawan blasteran Indonesia yang sekaligus seorang dokter kepala di RS terkenal di...