Tragedi Opera

283 39 5
                                    

"Kali ini kita harus berhasil menangkap mereka, Kapten. Menurut beberapa informan yang bertugas menyelidiki keberadaan mereka, saat ini mereka akan mengadakan sebuah pertemuan di sebuah gedung opera. Info ini bukan main-main karena para gembong-gembong narkoba ini sedang berkumpul untuk merencanakan sesuatu yang masih belum kita tahu apa itu. Kita harus bergerak cepat, Kap!" ucap seorang polisi muda berapi-api di depan komandannya.

Pria paruh baya yang dipanggil Kapten itu berjalan mondar-mandir. "Kita harus mempersiapkan strategi yang tepat. Jangan sampai terjadi korban. Ingat, gedung opera itu adalah gedung fasilitas umum yang notabene bakal banyak warga sipil di sana. Ini sangat berbahaya!" gumamnya.

Sang polisi muda memutar bola matanya malas. " Tapi Kap, kesempatan kita cuma kali ini. Kapan lagi kita bisa meringkus gembong-gembongnya dalam satu sergapan kalau bukan kali ini!" ujarnya lagi sengit.

Sang komandan mendengus kasar, memutar otak mencari solusi terbaik. "Coba kita lihat lagi peta letak Staatsoper lagi."

Kemudian sang polisi muda membentangkan sebuah peta letak dan denah Staatsoper di atas sebuah meta. Dua pria itu mengamati secara cermat setiap titik dan sudut disana.

"Di titik ini dan ini masing-masing satu tim," ucap sang Kapten menunjuk beberapa titik. "Lalu di sini siapkan dua tim sekaligus untuk berjaga-jaga. Untuk tim penyerang siapkan dua pasukan khusus. Dan jangan lupa siapkan tim medis kalau mungkin terjadi apa-apa yang tidak kita inginkan. Hindari sebisa mungkin kepanikan warga sipil. Kamu dengar?" perintah sang Kapten.

"Dengar, Kap! Tapi terlalu banyak warga sipil di sana. Tercatat ada 650 pengunjung hari ini. Mau tak mau kita harus tetap menyergap mereka di sana. Ini jalan satu-satunya!"

"Shit! Tidak ada jalan lain kalau begitu. Baiklah. Siapkan semua sekarang yang aku sebut tadi . Aku tak mau kalau ada korban warga sipil kali ini dan mereka para gembong narkoba itu harus segera dibekuk!" ucapnya tajam.

"SIAP, KAP! PERINTAH KAMI LAKSANAKAN!" jawab sang polisi muda dengan tegas lalu beranjak pergi.

Beberapa menit kemudian enam mobil patroli polisi melaju cepat membunyikan sirine yang memekakkan telinga. Beberapa pejalan kaki sampai menutup telinga mereka karena kebisingan yang ada. Pasukan polisi dengan seragam khusus anti peluru dan bersenjata lengkap itu siap memulai misi penggerebekan mereka.

❤❤❤❤

Lampu sorot besar di tengah-tengah ruangan itu menyala. Semua mata memandang ke arah panggung. Para musisi yang sudah siap di atas panggung dengan alat musik mereka masing-masing sedang menunggu aba-aba dari seorang dirijen yang sedari tadi sudah siap memandu acara konser musk klasik itu. Kemudian berjalan seorang penyanyi solo wanita ke tengah panggung. Semua penonton bertepuk-tangan.

Hening sebentar, lalu sang biduanita memamerkan suara emasnya yang membuat semua penonton takjub terpesona mendengarnya. Nada-nada tinggi yang dinyanyikannya mungkin hanya mampu dilakukan oleh penyanyi sekelas Mariah Carey, namun dengan mudah dan indahnya sang penyanyi melantunkan lagu demi lagu.

Mata Sarah tak terpaku sama sekali pada keelokan suara penyanyi itu, tapi matanya terus menyorot tajam ke beberapa bangku di depan dimana dia duduk, menatap lekat sosok Qarira yang sedang asyik menikmati pertunjukkan yang ada.

"Gadis sialan itu ada disini!" desisnya dalam hati sembari mencetak senyum miring.

Pertunjukkan terus berlangsung. Puncaknya ketika sebuah nada tinggi terakhir dilengkingkan sang biuanita, suara alat musik yang ditabuh semakin cepat dan sebuah gong dibunyikan, permainan beberapa efek cahaya yang gemerlap dalam beberapa hitungan detik. Belum sempat penonton bernafas, sebuah kembang api warna-warni menyala, lalu para penonton bertepuk tangan dengan sorak sorai penuh gempita lalu tiba-tiba semua padam gelap gulita.

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang