Menatap lurus keluar jendela dari ruang tamu Papanya, Christian kembali menghela nafas panjang. Dia memperhatikan setiap orang yang melangkah di jalan setapak di depannya. Seorang pemuda yang merangkul mesra seorang gadis dan memberikan kecupan hangat di keningnya. Mereka tersenyum lepas sambil berjalan beriringan. Lalu juga sepasang kakek dan nenek yang berjalan bergandengan tangan tertatih-tatih sepertinya saling menjaga satu dengan yang lainnya. Dan seorang ayah yang sedang mendorong kereta bayi dan sekali-kali memeriksanya bersama seorang istri yang berada di sampingnya. Sesekali terlihat sang ayah mengecup dahi sang bayi dan istrinya. Semuanya indah terlihat dimata Christian dan berjalan seperti semestinya, mulus tanpa sebuah ganjalan.
Akankah dia juga akan merasakan hal yang sama seperti mereka? Menjalani hari-hari indah bersama Qarira, gadis impiannya. Atau itu hanya bayangan semu saja? Christian masih berusaha meyakinkan Papanya yang sampai saat ini masih belum memberikan lampu hijau baginya. Sepertinya Papanya begitu membenci sesuatu yang berbau dengan kata Islam dan muslim. Tapi Christian yakin suatu saat nanti ayahnya akan berubah pikiran.
"Jadi gadis itu yang mempengaruhi kamu, Christian?" Wajah lelaki paruh baya itu mengeras. Otot-otot mukanya terlihat jelas.
"Papa, ini tak ada hubungannya dengan dia. Aku tulus mencintainya. Keinginanku memeluk agama Islam datang jauh sebelum aku bertemu dengannya." Christian masih berjuang mendapatkan restu Papanya.
"Omong kosong! Pasti gadis itulah penyebabnya, sehingga kamu berubah pikiran begini secara tiba-tiba!"
"Dia wanita yang baik, Papa. Santun dan lembut. Jangan samakan dia dengan Sarah. Mereka sangat berbeda."
"Kamu pikir Papa akan mempercayaimu begitu saja? Terlalu banyak alasan yang kamu kemukakan, Chris. Dengar Nak, ini adalah tentang prinsip hidupmu. Agama yang kamu anutlah yang akan membawamu ke jalan kebaikan. Jangan sampai kamu salah melangkah. Apa kamu mau menutup mata dan telingamu dengan semua apa yang terjadi akhir-akhir ini? Peristiwa pengeboman di mana-mana terjadi. Tak mengenal siapa mereka, dengan biadabnya mereka menghabisi orang-orang yang berdosa. Masih ingat peristiwa yang terjadi di Ku'damm pada perayaan Natal beberapa tahun yang lalu di sini? Berapa orang yang meninggal, Chris? Belum lagi mereka yang saling membunuh di negara mereka sendiri, menciptakan peperangan hanya untuk mendapatkan kekuasaan. Hallelujah, kemana akalmu Chris?" ucap Papa Christian getir. Matanya menerawang jauh ke langit-langit.
"Tidak semua kaum Muslim buruk, Pa. Hanya beberapa saja, mereka yang lupa dan khilaf akan dunia. Sama seperti orang-orang yang beragama lain. Mereka ada yang baik dan ada yang jahat. Papa tidak boleh memukul rata semuanya! Itu tidak fair, Pa!"
Christian hampir menangis. Dengan cara apa lagi dia harus meyakinkan Papanya. Sudah sering dia beradu argumen tentang masalah ini, tapi hasilnya nihil, Papanya tetaplah Papanya yang susah untuk dirubah.
"Pokoknya Papa tidak setuju kamu masuk agama Islam, apalagi kamu berpacaran dengan seorang gadis Muslim!" Papanya masih ngotot menolak kehendak Christian.
"Papa masih ingat dengan masa lalu Papa? Bagaimana Papa menghancurkan hati Mama? Bagaimana Papa menghancurkan hati anak-anak Papa? Itu semua karena keegoisan Papa!"
"DIAM KAMU, CHRIS! Jangan ungkit-ungkit masa lalu Papamu ini. Ini nggak ada hubungannya sama sekali!"
"Apa yang Papa lakukan terhadap kami? Papa meninggalkan kami demi wanita lain! Papa tak mampu menolak keinginan kakek dan nenek. PAPA HANYA SEORANG PENGECUT! Papa hanya mampu menyakiti hati Mama!" Pertahanan Christian akhirnya runtuh. Airmatanya berlinang membasahi pipi. Rasa sakit, kecewa dan amarah yang ia rasakan saat ini tak mampu ia kendalikan.
PLAK
Sebuah tamparan mendarat di pipi Christian. Panas dan perih yang dirasa Christian.
"DIAM! Papa tahu Papa sudah melakukan kesalahan besar, Nak. Papa sudah berusaha untuk memperbaikinya. Tapi Mamamu terlalu keras."
KAMU SEDANG MEMBACA
SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)
De TodoSiapkan hati untuk merenung, apa arti cinta dan keluarga. Qarira, gadis pengungsi dari Syria ingin menata dan memulai hidup baru di kota Berlin, Jerman. Akbar, pemuda rupawan blasteran Indonesia yang sekaligus seorang dokter kepala di RS terkenal di...