Selamat Tinggal, Akbar!

680 42 8
                                    

Wahai bahagiaku, aku lepas kepergianmu karena aku tahu bahagia sedang menunggumu

❤❤❤❤


Ketika manusia datang ke dunia, dilahirkan, tanpa sehelai benang, hanya seonggok daging bernyawa tanpa noda. Tangisan bahagia membahana saat seorang insan lahir ke dunia. Dimandikan, ditutupi kain (selimut) dan disucikan dengan lantunan adzan. Lalu bagaimana ketika manusia meninggalkan dunia? Dia juga hanya seonggok daging tanpa nyawa, tanpa sehelai benang dan penuh noda. Tangis pilu dan merana mengiringi kepergian mereka. Dimandikan, ditutupi kain putih (kafan), disholatkan dan disucikan dengan lantunan adzan.

Kematian adalah hal yang pasti dan menjadi rahasia Allah. Kita manusia tak akan pernah tahu, kapan kematian itu datang dan menjemput kita. Mungkin hari ini, mungkin besok atau mungkin lusa? Tak ada yang bakal bisa menjaminnya. Sepatutnyalah kita selalu bersiap dengan apa yang sudah di takdirkan oleh Allah SWT.

Lena mendekap erat Qarira yang sedari tadi terus menangis tanpa henti. Perempuan paruh baya itu berusaha bersikap tegar, anak satu-satunya yang selalu ia bangga-banggakan harus pergi meninggalkannya.

"Mama," isak Qarira memeluk erat Lena tanpa mampu menahan airmata yang terus bergulir tanpa henti sejak tadi malam. "Akbar sudah pergi, Ma. Dia sudah pergi."

Lena menghapus airmatanya sendiri yang tiba-tiba luruh tanpa diperintah. Dengan tatapan kosong wanita paruh baya itu hanya memandang jenazah Akbar yang baru diturunkan ke liang lahat. "Anakku ... anakku," lirihnya pelan.

Lena masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Baru kemarin dia masih melihat anaknya dalam keadaan sehat dan hari ini dia harus menyaksikan anaknya sudah meninggal dan hanya menyisakan seribu kenangan indah yang tak akan pernah ia lupakan.

Hampir semua pelayat menatap sendu dua wanita itu, juga Stefan dan Reza yang terpekur tak berbicara sepatah katapun. Hanya kristal-kristal bening yang menetes di kelopak mata mereka yang menunjukkan betapa sedih dan terlukanya hati mereka.

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar

Asyhadu allaa illaaha illallaah

Asyhadu allaa illaaha illallaah

Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah

Asyhadu anna Muhammadar rasuulullah

Hayya 'alashshalaah

Hayya 'alashshalaah

Hayya 'alalfalaah

Hayya 'alalfalaah

Allaahu Akbar, Allaahu Akbar

Laa ilaaha illallaah

Christian melafadzkan adzan pelan, begitu sendu hingga bisa mengoyak hati siapa saja yang mendengarnya. Laki-laki itu tak mampu menahan airmata, melepas kepergian adiknya untuk yang terakhir kali.

"Kenapa dia harus pergi, Mama? Dia salah apa? Kenapa Tuhan begitu kejam terhadapnya?" Qarira masih terisak menangis dipelukan Lena.

"Biarkan dia pergi, Nak. Relakan Akbar pergi. Dia sudah bahagia disana." Lena mengusap pelan pundak Qarira.

Qarira hanya menatap tanpa daya saat lubang kubur itu mulai ditutupi dengan tanah yang masih basah, mengubur semua kenangan tentang Akbar.

Setelah semua orang sudah pulang setelah menguburkan jenazah Akbar, tinggal Qarira dan Christian yang masih disana.

"Aku tunggu kamu di parkiran ya," bisik Christian pelan sembari mengecup kening Qarira. Lalu laki-laki itu berjalan menjauh meninggalkan Qarira yang masih diam membisu ditempatnya.

Masih dengan tatapan kosong dan derai airmata, Qarira mencium papan nama bertuliskan "Muhammad Akbar Permana" itu.

Bagai sebuah proyektor besar, gambaran-gambaran hitam putih kenangan bersama Akbar kembali terpampang nyata diingatannya. Bagaimana saat dulu bertemu pertama kali dengan Akbar, saat Akbar menemaninya kala Christian tak ada disisinya dan malam saat dia untuk terkahir kalinya melihat Akbar. Hati Qarira berdenyut perih.

Ya Allah Ya Rabbi, sang Penguasa Cinta

Maha Pengampun dan Maha Penyayang

Ampunilah segala dosa-dosanya

Berikan jalan terang-Mu

Tak banyak yang kupinta

Hanya satu pada-Mu, cukup hadirkan dia dalam Surga-Mu

Bahagiakan dia bersama peluk-Mu

Amin

Menangkupkan tangan berdoa untuk Akbar penuh derai airmata yang tak dapat ditahan, Qarira mengikhlaskan segalanya pada sang Khalik.

Selamat Tinggal, Akbar!

❤❤❤❤


Sementara di rumah sakit, Christopher menyungging senyum bahagia menatap Dinda, istrinya yang baru saja membuka kelopak matanya.

"Sayang, lihatlah anak kita," ucap laki-laki itu mengecup pipi Dinda dengan mesra.

Dinda mengukir senyum diwajahnya. Seorang bayi laki-laki mungil menggeliat dalam dekapan Christoper. "Anakku--anak kita, sayang."

"Ya, anak kita."

"Siapa namanya?" Dinda bertanya lirih pada suaminya.

"Namanya ... Chandler Akbar Martin." Christopher menjawab pelan diiringi senyum manis sang istri.

"Selamat Datang Akbar kecil."

Keduanya saling berpelukan, memandang anak mereka dengan perasaan bahagia.


❤❤❤❤

Assalamualaikum

Akhirnya selesai sudah cerita ini. Eitss...ada 1 part lagi yah, mudah-mudahan kamu suka.

Wassalam

DS. Yadi

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang