Rencana Yang Lebih Besar

443 40 4
                                    

PLAK

PLAK

"KALIAN BERDUA BENAR-BENAR BODOH!" tamparan itu mendarat tepat di pipi Vladimir dan Burak. Wajah Marco merah padam. Ia mendengus kesal tak mampu menahan amarah lagi.

"Apa salah kami Mr. Boss? Apa yang sudah membuat Mr. Boss marah besar?" cicit Burak menyentuh pipinya yang memanas akibat tamparan tadi.

"Tutup mulut kamu, bajingan kecil! Kalian sudah melakukan kesalahan yang besar!" Marco membentak Burak yang menunduk ketakutan.

"Kesalahan apa yang sudah kami lakukan, Mr. Boss? Bukankah kami sudah melakukan apa yang Mr. Boss katakan dengan baik?" timpal Vladimir masih belum mengerti dengan permasalahannya.

"Kalian tahu, gadis yang kalian rampok beberapa hari yang lalu itu adalah kekasihku!" hardik Marco dengan suara meninggi, tak percaya dengan apa yang barusan menimpanya.

"Jadi gadis yang kita rampok malam itu--Dinda?" Burak menggaruk tengkuknya yang tak gatal, mencoba mengingat kembali kejadian malam itu.

Marco mengambil nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar. "Ya, dia Dinda, gadis yang kalian rampok--BODOH!" Marco meludahi Burak yang mencicit tak jelas.

"Maafkan kami Mr. Boss. Kami tidak akan mengulanginya lagi," suara Vladimir bergetar menahan takut, menatap wajah Marco yang semerah api yang sedang membara.

"Awas ya, jangan sekali-kali membuat kesalahan lagi apalagi kesalahan fatal seperti ini. MENGERTI KALIAN?"

"I--Iya Mr. Boss!" Vladimir dan Burak menjawab hampir bersamaan. Suara mereka bergetar.

Marco berjalan mondar-mandir. Menatap dua anak buahnya dengan gelisah, "aku sedang menyiapkan sebuah rencana, tapi dengan kejadian ini aku jadi ragu."

"A--apa itu Mr. Boss? tanya Burak tergagap.

Marco menoleh, memandang lekat kedua anak buahnya lalu dia berjalan mendekat dan membisikkan sesuatu dengan pelan. Vladimir dan Burak saling menatap, bergidik ngeri namun akhirnya mengangguk setuju.


❤❤❤❤


"Kerja yang bagus, sayang! Kerja yang bagus!" Sarah bertepuk tangan sebanyak tiga kali. Rencananya berjalan sesuai dengan yang diinginkannya. "Tak percuma aku menyayangimu, Marco," lanjutnya.

Marco memandang Sarah datar, tak mengeluarkan satu katapun. Sarah memeluknya dari belakang lalu mengecup pundaknya mesra.

"Ada apa denganmu? Kenapa kamu dingin sekali? Bukankah kita harus merayakannya, sayang?" desis Sarah di kuping Marco dan menjilat tengkuknya perlahan.

"Dinda," ucap Marco pelan.

"Kenapa dengan pacar bodohmu itu?" Sarah mensejajarkan tubuhnya dihadapan Marco.

"Dia mengusirku."

"Halah, paling-paling besok dia juga bakal mencari-cari kamu lagi! Kamu tahu kan kelakuan pacar bodohmu itu!" Sarah menatap Marco dengan kesal.

"Tapi ini lain, Sarah. Aku sudah melakukan kesalahan yang fatal," lirih Marco menatap lantai yang dipijaknya dengan lesu.

"Percaya deh sama omonganku. Pacar bodohmu itu bakalan balik lagi sama kamu!"

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang