Aksi kejar-kejaran mobil masih berlangsung. Pedro mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi melewati lalu lalang lalu lintas yang sangat padat pada hari itu. Dua mobil patroli polisi mengikuti di belakangnya. Beberapa kali Pedro hampir menabrak mobil atau pejalan kaki yang melintas di jalan. Pedro menarik pedal gas sekencang mungkin untuk menghindari kejaran para polisi.
Anna masih terisak ketakutan. Tubuhnya bergetar, wajahnya pucat pasi. Ketakutan yang teramat sangat sedang melandanya. "Mau kemana kita? LEPASKAN AKU!" pinta Anna memohon.
"DIAM KAMU!" bentak Pedro membuat nyali Anna sedikit menciut.
"Aku mohon. Aku tak tahu apa-apa. Biarkan aku pergi!" Anna masih memohon belas kasihan pada Pedro, sedang Pedro tak mengindahkan sama sekali karena dia masih fokus menyetir.
"Sekali lagi kamu buka mulut, AKU HABISI KAMU!" Pedro meneriaki Anna dengan kasar. Gadis itu langsung terdiam mendekap tubuhnya yang ketakutan.
Pedro menoleh ke kaca spion, terdapat jarak yang cukup jauh antara dirinya dan polisi yang mengejarnya. Pedro langsung membanting setir ke kanan, memasuki sebuah jalan kecil yang sepi. Dipacunya mobil itu dengan kecepatan maksimal hingga memasuki sebuah pekarangan parkir yang cukup luas. Sepertinya itu sebuah pabrik yang sudah tak berpenghuni dan tak terpakai lagi.
"TURUN ... CEPAT!" perintah Pedro sambil menodongkan pistolnya pada Anna. Gadis itu gemetar ketakutan dan menuruti perintah Pedro. "Jalan!" ucap Pedro menyeret lengan Anna memasuki bangunan kosong itu.
"Apa yang akan kamu lakukan?" Anna bertanya sembari mengedarkan pandangan berkeliling. Ruangan kosong yang cukup besar, di beberapa sudut nampak mesin-mesin berat yang sudah tak terurus dan tak terpakai lagi. Sepertinya sudah lama ditinggalkan karena nampak beberapa sarang laba-laba di langit-langit ruangan itu. Suasana yang terasa lembab dan sedikit gelap karena kurangnya pencahayaan matahari.
"Kita bersembunyi di sini dulu sampai semuanya aman."
"Lalu kapan kamu akan membiarkan aku pergi?"
"Sampai aku merasa aman dan bisa keluar dari sini dengan selamat!"
"Tapi kapan itu?
"DIAM! Kamu banyak bertanya! Apa kamu sudah bosan hidup, huh?" Pedro membentak lagi. Kali ini Anna benar-benar ketakutan. Moncong pistol itu diarahkan Pedro tepat di depan dahinya. Anna tak menjawab. Didekap tubuhnya dengan kedua tangan dan meringkuk di sebuah sudut ruangan itu.
Insting Pedro mengatakan ada yang tidak beres. Kesunyian di tempat itu seperti mengantarkan sebuah lagu kematian baginya. Pedro menajamkan penglihatan dan pendengarannya.
KRESEK KRESEK
Benar saja, tak lama setelah itu terdengar suara-suara yang bagi Pedro sangat mencurigakan. Dia langsung mengintip dari balik jendela yang sudah rusak. Seperti firasat Pedro, dilihatnya beberapa polisi ternyata sudah mengepung dimana dirinya berada.
"Shit!" desis Pedro. Dia langsung memutar otak memikirkan cara bagaimana dia bisa lolos dari kepungan polisi-polisi itu. Segera saja Pedro berlari berbalik tanpa suara menuju ke arah Anna. Gadis itu melotot ketakutan. Dia ingin meronta dan berteriak tapi Pedro keburu membekap mulutnya dan langsung menyeret Anna dengan kasar.
"Tempat ini sudah dikepung! Silahkan menyerahkan diri! Keluar dengan mengangkat tangan Anda!" suara seorang polisi dari sebuah pengeras suara bergema di tempat itu.
"CEPAT JALAN!" perintah Pedro sambil tetap menodongkan senjata pada Anna. Dia sedang berusaha mencari pintu lain di ruangan itu. Tak berapa lama Pedro berhasil menemukannya. Diintip dulu keadaan sekitar, setelah dirasa cukup aman Pedro segera membuka pelan pintu itu.
Dengan gerakan yang cukup gesit, Pedro berhasil menyelinap bersama Anna namun ternyata dugaan Pedro melesat besar. Di ruang berikutnya kejutan telah menantinya. Beberapa polisi sudah bersiap di sana menanti dengan senapan mengarah pada Pedro.
"AAARRGH!"
Anna menjerit kaget dan ketakutan. Pedro dengan sigap menarik Anna dan melepaskan sebuah tembakan kearah polisi.
DOR
Namun tembakan itu meleset tak mengenai sasaran. Pedro berlari sekencang mungkin dengan menyeret paksa Anna dengan kasar. Dua orang polisi mengejar mereka. Anna menangis ketakutan. Dia memberontak. Digigitnya tangan Pedro. Pendro mengerang kesakitan dan melepas cekalannya terhadap Anna. Kesempatan ini tak disia-siakan oleh Anna. Dengan sisa-sisa kekuatannya dia menghambur lari ke arah polisi yang sedang mengejar mereka dari arah belakang.
DOR DOR
Dua tembakan dilepaskan Pedro. Anna ambruk sebelum mencapai dua polisi itu. Tubuhnya bersimbah darah. Seorang polisi langsung menghampiri Anna, "panggil segera Ambulance! Ada yang terluka!" ucapnya dari talkie-walkie yang dipegang. Sedang seorang polisi yang lain mengejar Pedro. Aksi kejar-kejaran terjadi bagai sebuah film action.
Pedro yang sudah tak tahu harus bagaimana lagi untuk melindungi dirinya kebingungan mencari jalan keluar. Di tengah kebingungannya, tiba-tiba sebuah tendangan telak menghantam dada kirinya. Tubuh Pedro terdorong beberapa langkah ke belakang dan sempoyongan. Pistolnya terlepas dari genggaman tangannya. Pedro melompat dan hendak menggapai pistol itu namun sebuah pukulan kembali mendarat di kepalanya. Pedro jatuh bergulingan. Dari sudut bibirnya menetes cairan merah kental. Pedro mengelapnya kasar. Dia tahu ada seorang polisi berdiri tak jauh dari tempatnya terjatuh. Dengan kecepatan refleks Pedro meraih sebuah sebuah balok besi yang tak jauh dari tempatnya berada dan melemparkan ke arah polisi itu. Balok besi itu menghantam tepat ke arah kaki polisi itu. Pria berseragam tebal itu langsung jatuh terjerembab. Pistol di tangannya terpental jauh. Kesempatan ini digunakan oleh Pedro. Dia bangkit berdiri dan menyerang balik sang polisi. Dua bogem mentah langsung mendarat ke wajah polisi itu. Pria itu berteriak kesakitan dan dengan segera bangkit berdiri.
Kini Pedro dan sang polisi saling berhadapan. Beberapa detik mereka mengatur nafas dan menajamkan penglihatan mereka. Keduanya mengepalkan tangan dan mengambil ancang-ancang siaga. Mereka sepertinya siap untuk bertarung. Dua orang lelaki dengan posisi siap untuk saling membunuh. Pedro mengambil langkah dulu, menyerang sang polisi dengan kekuatan penuh. Pedro mengayunkan kaki menerjang sang polisi. Tendangan itu hanya memukul udara kosong. Sang polisi dengan gesit menghindar dan melancarkan serangan balik. Pedro yang belum siap mendapatkan serangan tak mampu berkelit. Tendangan itu tepat mengenai perutnya. Pedro jatuh terjungkal tanpa ampun. Bukan Pedro namanya kalau tak melakukan perlawanan. Dengan segera dia bangkit dan melakukan serangan lagi. Kali ini pukulannya tak meleset. Dua bogem mentah dia berikan pada sang polisi. Lelaki itu sempoyongan beberapa meter hingga membentur tembok. Dengan gerakan cepat Pedro menendang perut sang polisi. Laki-laki itu menjerit tak tertahan. "AAARGH!"
Tubuhnya langsung roboh. Dari mulutnya keluar darah segar. Namun polisi itu masih bergerak, menggapai-gapaikan tangan. Pedro yang melihat kesempatan emas ini tak mau menyia-nyiakannya. Dengan penuh nafsu dan keberingasannya Pedro mengarahkan tendangan kearah kepala sang polisi. Namun ... DOR!
Tanpa disadari Pedro sang polisi mengambil pistol yang tak jauh darinya dan menembak Pedro tepat di kepala. Tubuh Pedro ambruk dengan wajah bersimbah darah dan tak bergerak lagi hingga tim medis datang dan menyatakan kalau Pedro sudah tak bisa diselamatkan.
Sementara dalam perjalanan menuju rumah sakit, Annapun menghembuskan nafas terakhir karena luka yang cukup parah di bagian dadanya.
❤❤❤❤
Assalamulaikum
Happy Monday semua.
Semoga kamu masih menunggu dengan setia ya.
Jangan lupa ditaburin bintang, komen dan share cerita ini.Wassalam
DS. Yadi
KAMU SEDANG MEMBACA
SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)
RandomSiapkan hati untuk merenung, apa arti cinta dan keluarga. Qarira, gadis pengungsi dari Syria ingin menata dan memulai hidup baru di kota Berlin, Jerman. Akbar, pemuda rupawan blasteran Indonesia yang sekaligus seorang dokter kepala di RS terkenal di...