Akan Aku Buktikan Cintaku (1)

331 37 22
                                    

Beberapa hari kemudian...

Dinda melirik jam di dinding, hampir jam 6 sore, itu artinya Christopher sebentar lagi pulang. Dia baru saja akan mulai memasak untuk menu makan malam hari ini. Kali ini dia menyiapkan ayam goreng tepung dengan sayur cah kahkung tahu dengan sambal terasi pedas. Dinda tidak tahu apa Christopher juga menyukai masakan Indonesia, jika tidak dia sudah menyiapkan makanan pengganti yang sudah persiapkan tadi.

Dinda masih sibuk berkutat di dapur saat bunyi "Ceklek" pintu berbunyi. Benar saja seorang pria tampan masuk dengan membawa tas kerja. Christopher melangkah pelan, dia melemparkan tas kerja dan jasnya ke sembarang arah di atas sofa lalu melonggarkan dasi yang serasa ingin mencekik lehernya sedari tadi pagi.

Pria itu menyunggingkan bibir ketika kedua matanya menangkap Dinda sedang asyik memasak di dapur dan tak menyadari kehadirannya. Gadis itu membelakanginya dan tangan-tangan mungilnya bergerak cepat memotong sayuran di atas talenan pemotong. Sekali lagi Christopher melempar senyum.

Christopher menghampiri pelan dan mendekap gadis itu dari belakang yang membuat Dinda sontak kaget.

"Sepertinya malam ini aku bakalan makan enak." Christopher mengawali pembicaraan sembari mencium tengkuk Dinda.

"Ya Allah! Kamu itu ya mengagetkanku saja, Chris. Gimana kalau aku sampai keguguran karena kamu selalu mengagetkanku begini," ucap Dinda mengulas senyum manis mendapati pria yang dinantinya sudah berdiri di hadapannya dan mengelus dada pelan karena kaget.

Christopher sontak tertawa renyah. "Kalau kamu melahirkan sekarang maka aku akan menjadi ayahnya!" ujar Christopher dengan nada geli.

Dinda terhenyak dengan apa yang baru dikatakan Christopher. Apa dia tidak salah dengar? Christopher yang baru saja dikenalnya akan mudah mengatakan hal itu? Atau dia hanya sedang bergurau saja? Dinda menatap lurus Christopher.

"Is everything ok?" tanya Christopher sembari mengambil dagu Dinda dan menatapnya dalam.

Dinda menganggukan kepala pelan. "Menu makan malam kita hari ini ada ayam goreng tepung, cah kangkung tahu dan sambal terasi. Apa kamu suka masakan asia?"

"Ich liebe asiatische Gerichte. (aku cinta masakan asia) Kamu tahu, aku sering terbang ke Indonesia untuk liburan. Aku sangat menyukai masakan Indonesia. Rendang, soto ayam, gado-gado ... i love it! Dan yang perlu kamu tahu, aku suka sekali pedas," timpal Christopher sambil kedua tangannya berusaha membersihkan celemek Dinda yang terlihat kotor.

Mata Dinda berbinar, tak menyangka kalau Christopher sangat menyukai masakan Indonesia. Jadi dia masak kali ini nggak bakalan sia-sia.

"Tadi aku sempat ragu, takut kalau kamu tak menyukainya. Tapi syukurlah sekarang aku lega mendengarnya."

Christopher merapatkan tubuhnya, menatap dalam manik hitam Dinda. "Aku kangen kamu," bisik pria itu tepat di telinga Dinda, membuat bulu kuduk di sekitar kulit leher gadis itu sedikit meremang.

Entah apa yang sedang dirasakan Dinda, semuanya tercampur aduk menjadi satu. Jauh di dalam lubuk hati, dia merasa sangat bahagia dan beruntung bisa dipertemukan dan mengenal sosok Christopher. Pria tampan dengan kepribadian hangat dan bertanggung jawab. Namun di sisi lain kehadiran Christopher mengingatkan Dinda pada sosok seorang Marco. Gaya dan gerak-gerik Christopher hampir dikatakan mirip, tubuhnya yang tegap berotot dipenuhi tatoo, cara berpakaian casualnya dan senyum indahnya. Ah, Dinda berusaha menepis ingatan itu.

Dinda melengkungkan kedua ujung bibirnya, menyentuh kedua pipi Christopher yang ditumbuhi bulu halus dengan kedua tangannya. "Terima kasih kamu sudah menjagaku. Aku juga kangen sama kamu," ujar Dinda dengan mata sudah berair.

"Apakah ini yang dinamakan cinta, Din? Sejak kamu ada dalam kehidupanku, aku selalu saja memikirkan kamu. Rasanya ingin selalu cepat pulang kalau aku sedang ada di luar. Wajahmu selalu berputar-putar dalam kepalaku dan tak mau pergi. Baru kali ini aku merasakannya. Sudah banyak gadis yang mampir dalam hidupku, tapi sepertinya hanya kamu yang masih bertahan lama dalam pikiranku. Katakan kalau aku jatuh cinta, Din?"

"Aku tak bisa menjawab pertanyaanmu itu, Chris. Hanya kamulah yang tahu jawabannya dan bisa merasakannya."

Bukan maksud Christopher untuk merayu Dinda atau menggoda gadis itu, tapi ini benar-benar dirasakannya. Rasa rindu yang membuncah dalam hati selalu ingin bertemu dan melihat senyum gadis itu sepertinya mengalahkan segalanya. Terkadang Christopher sedikit kehilangan konsentrasi dalam bekerja saat tiba-tiba bayangan Dinda masuk menyelusup dalam pikirannya.

Christoper tersenyum lebar dan mengusap tetes airmata di pipi Dinda, lalu dikecupnya kening gadis itu. "Aku bahagia kamu ada disini," ujarnya sambil menghirup bau parfum yang dipakai Dinda.

Dinda merapatkan kedua mata dan mendekap erat balik tubuh Christopher. Rasa hangat menjalar ke sekujur tubuhnya, rasa yang sudah lama hilang dan telah lama tidak ia rasakan lagi. Segala yang ada dalam diri Christopher sepertinya memang tercipta untuk Dinda. Di saat asa itu mulai pupus, Christopher hadir bak malaikat penyelamat hidupnya yang sudah hancur berantakan. Dia tak bisa membayangkan, apa jadinya seandainya dia tak bertemu dengan Christopher. Mungkin Dinda sudah pergi meninggalkan dunia fana ini. Sekarang Dinda percaya, tangan Tuhanlah yang mengendalikan ini semua dan Dinda benar-benar sangat bersyukur. Hidupnya yang telah lama penuh penderitaan dan kesialan tiada henti mungkin akan terkikis pelan-pelan dan digantikan dengan secercah sinar bahagia.

Christoper memberikan kecupan-kecupan kecil di tengkuk Dinda dan sesekali menggigitnya gemas, gadis itu tergelak kegelian. Airmata itu sepertinya sudah berganti dengan senyuman yang hangat yang siap menyambut hari esok.

"Chris, geli!" ucap Dinda sambil menepuk pelan bahu Christopher.

"Aduh--aduh sakit!" bohong Christopher seraya berakting meringis-ringis kesakitan. Dinda tertawa lebar.

Christopher lalu berjongkok, menempelkan satu telinganya lekat di perut Dinda. "Hey, malaikat kecil di sana. Ini calon papa kamu, katakan kalau kamu mendengarkan ucapan calon papamu ini!" bisik Christopher sambil tersenyum. Perut Dinda seperti bergerak-gerak ada yang menendang pelan. Christopher melempar senyum dan mendongak kearah Dinda. Gadis itu tersenyum balik dengan mata yang sudah berkaca-kaca lagi.

"Terima kasih sudah jagain Mama kamu. Kamu jangan nakal ya di sana, malaikat kecilku. Calon Papa dan mama sedang menunggumu."

Christopher merengkuh tubuh Dinda, memeluknya erat seakan tak mau dilepas lagi. "Lihatlah, dia sudah mengizinkanku untuk menjadi papanya. Apa kamu juga mengizinkan aku untuk selalu menjagamu, Din?"

Dinda tak mampu berkata apa-apa, dia hanya mengangguk pelan. Butir-butir bening itupun luruh lagi di kedua pipinya.

"Terima kasih sudah mempercayaiku, Dinda sayang," kata pria itu menghapus airmata Dinda dengan jari-jarinya lembut.

Tak ada yang bisa diucapkan Dinda selain dia merasa sangat bahagia. Christopher menyebut dirinya "Papa" dan memanggilnya "Sayang", menandakan lelaki itu sudah memberikan hati untuk anak yang di kandungnya dan dirinya.

Dinda menguntai senyum, "pergilah mandi dulu, kamu bau sekali tahu!" gurau Dinda diikuti gelak pelan Christopher.

Pria itu segera bergegas, "baiklah nona manis, aku segera mandi setelah itu kita makan malam bersama," pungkasnya.

Sebelum menghilang di balik pintu, Christopher masih berucap, "ICH LIEBE DICH, DINDA ABIMANYU!" (aku cinta kamu)

❤❤❤❤


Assalamualaikum

Baper ga? Hehehe
Jangan lupa Vomentnya ya
See you again

Wassalam

D.S Yadi

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang