Sarah bersandar pada kap mobilnya. Dia terlihat gelisah. Seseorang yang dinantinya belum nampak juga. Dinyalakan rokok sekali lagi. Jam sudah lewat tengah malam. Tak berselang lama sebuah mobil berjalan ke arahnya. Berhenti tepat di hadapannya. Sarah membuang begitu saja rokok yang baru dinyalakannya.
Seorang laki-laki tampan membuka jendela kaca mobil, memandang sekeliling dengan gelisah. Kemudian ia keluar dari dalam mobil, menenteng sebuah tas besar berwarna hitam. Dia berjalan mendekati Sarah dan berhenti di hadapannya.
"Kenapa lama sekali, Pedro?" nada dingin dan ketus Sarah bertanya begitu laki-laki itu ada di depannya.
"Maaf, tadi aku harus ambil jalan memutar karena aku melihat ada beberapa mobil polisi yang sedang patroli," jawab lelaki yang dipanggil Pedro itu.
"Cepat serahkan barangnya, sebelum ada yang melihat!"
Pedro segera memberikan tas itu pada Sarah. Sarah menerima dan memeriksanya, bertumpuk-tumpuk paket sabu-sabu tertata rapi di dalamnya.
Sarah menyunggingkan senyum dan memicingkan sebelah matanya. Begitu gampangnya mendapatkan uang. Aku bakalan cepat kaya kalau begini!
"Bagus, Pedro. Tepat seperti yang aku pesan. Kalau setiap hari kita mendapat pesanan seperti ini, tak pernah aku bayangkan seberapa banyak uang yang bisa kita dapatkan dalam sebulan," Sarah tertawa mengerikan.
"Ingat Sarah, kita sangat harus berhati-hati. Jangan asal mengambil pelanggan. Setiap orang yang berhubungan dengan kita, kita harus tau siapa orang itu. Jangan sampai masuk ke lubang yang salah. Sekecil apapun kita melakukan kesalahan dalam bisnis ini bakal fatal akibatnya. Kau tahu kan maksudku?"
Sarah mendekati Pedro, memeluknya dengan mesra lalu mencium bibirnya dan berbisik pelan, "Kamu belum tahu dengan siapa kamu bekerja, sayang."
"Lalu mana orang yang kamu janjikan itu?" tanya Pedro sambil mengedarkan pandangannya berkeliling.
Sarah menepukkan kedua tangannya memberi aba-aba. Dari kegelapan malam muncul seorang lelaki lain menghampiri mereka.
"Pedro, ini Marco. Marco, ini Pedro." Sarah mengenalkan mereka. Keduanya lalu berjabat tangan.
Pedro memandang Marco dari atas kebawah, "siapa dia?" tanyanya memandang curiga kearah Sarah.
"Dia temanku, teman baikku. Dia yang akan membantu pekerjaan kita," Sarah berusaha meyakinkan Pedro.
"Apa dia bisa kita percaya?" tanya Pedro lagi masih belum sepenuhnya yakin.
"Jangan khawatir, sayang. Pilihanku tak pernah salah." Sarah menggelayut manja pada pundak Pedro. Marco membuang muka, merasa muak melihat pemandangan di depannya.
"Baiklah, aku percaya padamu. Tapi ingat, kita harus tetap hati-hati."
Sarah tersenyum dan mengecup sekali Pedro kemudian mengerling pada Marco seperti dia memberi tanda "Aku cuma bersandiwara."
Sarah melepas pelukannya, mendekati Pedro dan menyerahkan tas hitam itu, "Kamu tahu tugasmu apa! Sekarang pergilah!"
Marco mengangguk pelan kemudian masuk ke dalam mobil Sarah, mengendarainya meninggalkan Sarah dan Pedro. Keduanya memandangi mobil itu hingga hilang ditelan gelapnya malam.
"Terima kasih, sayang. Kamu sudah mengenalkanku pada bisnis yang menjanjikan ini. Apa jadinya kalau aku hanya mengandalkan pekerjaanku sebagai model," ucap Sarah merangkulkan kedua tangannya pada bahu kokoh Pedro.
"Ingat Sarah, kita harus selalu waspada. Bisnis ini memang sangat menggiurkan tapi juga memiliki resiko yang sangat besar, nyawa taruhannya! Sekali kita lengah, habislah kita!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)
RandomSiapkan hati untuk merenung, apa arti cinta dan keluarga. Qarira, gadis pengungsi dari Syria ingin menata dan memulai hidup baru di kota Berlin, Jerman. Akbar, pemuda rupawan blasteran Indonesia yang sekaligus seorang dokter kepala di RS terkenal di...