Melepasmu seperti hilang separuh jiwaku
❤❤❤❤
"Nak, Mamamu--" suara Stefan tercekat tak sanggup meneruskan kata-katanya.
"Ada apa dengan Mama, Pa? Apa yang terjadi? Apa dia baik-baik saja?" suara pria di seberang telepon itu tampak cemas.
Stefan mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskannya pelan, "Mamamu--sudah tiada."
"Apa maksud, Papa? Katakan yang jelas padaku, Pa!"
"Cepatlah pulang. Mama dan kakakmu mengalami kecelakaan. Dan Mamamu--meninggal, Nak," bibir Stefan bergetar. Kedua kelopak matanya memanas.
"Bagaimana itu bisa terjadi, Pa? Bagaimana keadaan Christian sekarang?"
"Ceritanya panjang. Pulanglah dulu ke Berlin, Christopher."
❤❤❤❤
Angin bertiup pelan membawa mendung gelap di atas area pemakaman. Pohon-pohon kastania yang berjejer rapi di sepanjang pemakaman bergemerisik diterpa angin. Daun-daun kering berterbangan seakan ikut memberikan tanda kesedihan mereka. Para peziarah perlahan meninggalkan area pemakaman itu. Hujan yang turun rintik-rintik tak mampu membuat Stefan yang masih diam tak bergeming di dekat pusara Jenny. Qarira beranjak mendekatinya, mengambil tangan Stefan. "Ayo kita pulang, Pa. Biarkan Mama beristirahat dengan tenang."
Stefan menoleh. Wajah itu terlihat tua dan rapuh seperti tak ada gairah kehidupan lagi. "Aku bukan suami dan ayah yang baik, Qarira. Aku bukan orang yang baik," airmatanya kembali menetes pelan berbaur dengan rintik-rintik hujan.
"Jangan membuat Mama bersedih lagi, Pa. Dia sudah tenang di sana. Sekarang yang harus kita pikirkan adalah Christian. Dia butuh kita. Dia butuh dukungan cinta dan kasih sayang dari Papanya," ucap Qarira lirih.
"Aku merasa sangat bersalah, Qarira. Aku begitu menyesal."
"Tak ada yang perlu disesali, Papa. Semuanya sudah terjadi. Sekarang bagaimana usaha kita supaya Christian cepat siuman dari komanya dan bisa sehat seperti dulu lagi."
"Aku berjanji dengan sisa umurku ini aku tak akan membuatnya kecewa dan bersedih." Stefan menatap lekat batu nisan besar yang bertuliskan Jenny Weber.
"Pasti Mama akan tersenyum bahagia mendengarnya, Pa."
Stefan menarik kedua ujung bibirnya. Dia benar-benar berjanji tak akan lagi menghalang-halangi keinginan Christian.
"Anak-anakku harus hidup bahagia. Biarlah kami saja--orangtuanya, yang mengalami nasib yang tak seperti kami inginkan."
"Anak-anak Papa? Itu artinya Christian masih mempunyai saudara kandung yang lain?" Qarira sedikit kaget mendengar ucapan Stefan.
"Apa Christian dan Jenny belum menceritakannnya padamu, Qarira?"
Qarira menggeleng dan menatap Stefan tanpa berkedip. Stefan berjongkok dan membelai batu nisan Jenny, "sebenarnya aku bukan Papa kandung Christian. Aku adalah Papa adopsinya."
Qarira masih mendengarkan. Dia tahu malam itu ketika bosnya pak Richard menemui Christian dan sang Mama saat makan malam bersamanya.
"Christian dan Christopher Martin. Mereka kembar. Christopher lahir tiga menit setelah Christian dilahirkan. Itu yang sudah dikatakan Jenny padaku. Aku mengenal Jenny karena kami dijodohkan oleh orangtua kami. Dan saat itu Christian dan Christopher masih bayi. Pernikahan kami bukanlah pernikahan yang didasari dengan cinta. Stefan muda kala itu sudah mempunyai seorang kekasih, namanya Lena. Dan dia sedang hamil ketika pernikahan kami berlangsung," butir-butir airmata Stefan kembali berlinang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)
RandomSiapkan hati untuk merenung, apa arti cinta dan keluarga. Qarira, gadis pengungsi dari Syria ingin menata dan memulai hidup baru di kota Berlin, Jerman. Akbar, pemuda rupawan blasteran Indonesia yang sekaligus seorang dokter kepala di RS terkenal di...