Dinner yang Penuh Kejutan

502 51 2
                                    

Hotel itu berdiri megah di salah satu sudut Unter den Linden, Hotel Adlon Kempinski. Hotel yang dibuka pada tanggal 23 Agustus 1997 ini menawarkan kemewahan tempo dulu  yang dirancang oleh Rainer Michael Klotz dari perusahaan Architekturbüro Patzschke, Klotz & Partner. Bangunan hotel yang dibangun setelah tembok Berlin runtuj ini didirikan di lokasi bekas hotel yang hancur dan dibangun lagi pada tahun 1995 hingga tahun 1997. Bangunan hotel ini merupakan rekonstruksi dari bangunan hotel lama tetapi dengan desain baru yang bersejarah berdasarkan bangunan sebelumnya, yang juga merupakan bekas lahan Kempinski di Unter den Linden dan Wilhelmstrasse.

Hotel Adlon saat ini memiliki satu lantai lebih dari lantai hotel lama dengan ketinggian yang kira-kira sama (loteng sekarang juga digunakan sebagai kamar, sebelumnya hanya sebagai kamar tambahan) dengan tujuan untuk mentransfer nilai sejarah hotel lama ke hotel yang baru. Hotel ini dibuka kembali oleh Presiden Jerman kala itu Roman Herzog dan Restauran gourmet Lorenz Adlon dibuka pada tahun 1998.

"Selamat malam, Herr Martin," kata seorang pria pelayan restauran yang berdiri di pintu masuk menyapa Christian dan Qarira yang baru memasuki restauran. Seorang pria yang lain membungkuk hormat dan tersenyum.

"Selamat malam," balas Christian melempar senyum balik.

Qarira memandang sekeliling. Tampak beberapa tamu restauran yang membuat Qarira sedikit minder. Semua tamu tampak terlihat sangat formal dan elegan. Para pria memakai kemeja lengan panjang dan juga jas. Qarira baru sadar dan menoleh ke arah Christian, diapun berpenampilan seperti itu.

"Kamu baik-baik saja, Qarira?" tanya Christian yang merasa jengah tiba-tiba Qarira menatapnya.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau kita masuk ke restauran seperti ini? Lihatlah Chris, mereka semua berpakaian sangat rapi!" bisik Qarira sambil melotot ke arah Christian.

Christian tersenyum geli, "sayang, kamu terlihat cantik dan sempurna kok. Tak perlu khawatir. Ngomong-ngomong, boleh aku panggil kamu sayang, kan?" Christian mengerling nakal.

Qarira mencubit pinggang Christian. Mereka tergelak pelan.

"Silahkan ikutin saya, Herr Martin," kata pelayan itu tadi. Christian dan Qarira melangkah pelan mengikuti pelayan setengah baya itu.

Restauran yang didesain begitu klasik dan mewah ini terinspirasi dari gaya dan tradisi Eropa jaman dulu yang mengesankan karya klasik agung. Pahatan-pahatan marmer di dinding-dimding restauran mengkilat diterpa sinar-sinar lampu bergaya klasik eropa. Beberapa lukisan terkenal karya-karya seni besar terpampang dibeberapa sudut restauran. Penataan tata ruang yang sedap dipandang mata memberi kesan restauran bintang lima yang begitu elegan. Pilar-pilar kokoh berukir menyiratkan begitu indahnya karya seni eropa kala itu. Di sebuah sudut restauran terlihat tungku api tradisional menambah kesan kemewahan restauran ini. Qarira berdecak kagum.

"Terima kasih sudah menunjukkan tempat-tempat yang indah padaku, Chris." Qarira masih menatap sebuah lukisan kuno didepannya.

"Kamu juga bisa memanggilku sayang," canda Christian dan hanya ditimpali Qarira dengan mengkerucutkan bibirnya. Christian membalasnya dengan senyuman dan menggandeng Qarira.

"Disana meja Anda, Herr Martin. Silahkan," kata pelayan itu tadi mempersilahkan dan menunjuk sebuah meja dipinggir jendela yang menghadap langsung ke arah Brandenburger Tor.

Tepat di meja yang ditunjuk pelayan tadi berdiri seorang wanita paruh baya yang memakai gaun berwarna krem sedang menatap keluar jendela. Qarira sepertinya sangat mengenal wanita itu. Jantungnya tiba-tiba berdetak cepat. Tubuhnya gemetar.

"Mama," sapa Christian pelan. Wanita itu berbalik dan tersenyum hangat, "hallo meine Liebe, hallo Qarira."

"Frau Weber!" pekik Qarira dan reflek membungkam mulutnya dengan kedua tangan.

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang