Qarira berjalan seorang diri menatap lurus jalan setapak di depannya. Angin berhembus pelan menerbangkan ujung hijab Qarira. Udara pagi yang sedikit menusuk memaksa Qarira untuk merapatkan jaket yang dipakainya. Gadis itu mendesah pelan menatap langit dengan semburat kuningnya. Kabut pagi yang turun sedikit menghalangi pandangan matanya.
"Qarira!" seseorang memanggil nama gadis itu. Qarira menoleh. Samar-samar terlihat bayangan yang mendekat.
"Siapa itu?" tanya Qarira sambil menatap tajam bayangan tadi.
"Aku--Christian, sayang!"
"CHRISTIAN!" pekik Qarira girang dan segera menghambur ke arah bayangan tadi.
Seorang pria berdiri sudah siap dengan tangan terbuka dan menyambut kedatangan Qarira. Langsung saja Qarira menubruknya dan mendekap erat Christian. Airmatanya menetes tak tertahan.
"Hi, apa kabarmu?" sapa Christian dengan meyulam senyum hangat sembari mengecup puncak kepala Qarira.
"Baik--aku baik, Chris!" ucap Qarira tersedu-sedu tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya.
"Maafkan aku, sayang. Maaafkan aku sudah meninggalkanmu sendirian." Christian membelai sayang kepala Qarira. Tak terasa butir-butir airmatanyapun ikut menetes.
"Tidak apa-apa, Chris. Tidak ada yang perlu dimaafkan. Ini semua bukan salahmu."
Qarira memeluk pria itu erat, rasanya dia baru menemukan sesuatu yang hilang, sesuatu yang sudah lama di nanti. Hatinya kembali berbunga-bunga. Christian yang mengalami hilang ingatan kini sudah mengingatnya kembali. Ingat lagi bahwa dia adalah kekasihnya, bukan Sarah, gadis kejam yang selalu mendzaliminya.
"Betapa aku sangat merindukanmu, Qarira. Kemana saja kamu? Aku selalu memikirkanmu."
"Sungguh? Benarkah yang kamu bilang itu?"
Christian menatap gadis dalam pelukannya itu lekat lalu menganggukan kepala. Qarira melengkungkan kedua ujung bibir, tersenyum menatap mata biru lelaki itu.
"Ya tentu saja. Siapa tak akan merindukanmu? Gadis cantik berhijab yang selalu tersenyum untukku. Katakan sayang, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Apa kamu tak mengingat sam sekali apa yang sudah terjadi padamu, Chris?" tanya Qarira sambil menelan salivanya.
Pria tampan itu menggeleng, menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Tidak sama sekali. Aku tak ingat," katanya.
"BOHONG!"
Tiba-tiba Akbar sudah hadir diantara mereka dengan tatapan tajam tak suka. Pria itu berjalan mendekati mereka dengan senyum tercetak miring.
"Laki-laki ini sudah berbohong padamu, Qarira! Jangan percaya akan semua yang diucapkannya!" ucap Akbar dengan nada tinggi penuh amarah.
"AKBAR! Jaga ucapanmu!" pekik Qarira menyorot mata Akbar tajam.
"Apa kamu akan percaya begitu saja dengan apa yang dikatakannya? Laki-laki ini sudah berkali-kali menyakitimu, Qarira! Kamu harus ingat itu!" Akbar mendengus kesal menatap benci pada Christian. Dadanya sesak penuh amarah, emosinya seakan ingin ia tumpahkan saat itu juga.
"Hey, Akbar! Apa maksudmu? Kita tidak pernah ada urusan. Tolong jangan ganggu kami dan silahkan pergi dari sini," kata Christian merasa terganggu dengan kehadiran Akbar. Dia melepas dekapannya pada Qarira dan berjalan pelan mendekat ke arah Akbar.
"Apa kamu bilang? Pergi? Jangan berharap, Christian! Aku tak akan membiarkan kamu menyakiti wanita yang aku cintai!"
"Oh jadi kamu mencintainya? Dan kamu cemburu padaku, begitu?" Christian mencetak senyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)
RandomSiapkan hati untuk merenung, apa arti cinta dan keluarga. Qarira, gadis pengungsi dari Syria ingin menata dan memulai hidup baru di kota Berlin, Jerman. Akbar, pemuda rupawan blasteran Indonesia yang sekaligus seorang dokter kepala di RS terkenal di...