Muhammad Akbar Permana

946 77 7
                                    

Wajahmu bagai bayanganku di siang hari, selalu mengikuti kemana aku pergi

❤❤❤❤

Rumah sakit itu berdiri megah di tengah-tengah kota. Charité Berlin, adalah rumah sakit tertua di Berlin dengan kapasitas kamar kurang lebih 3000 kamar dan menjadi salah satu klinik terbesar di Eropa.

Di rumah sakit Charité Berlin saat ini kurang lebih memperkerjakan 279 tenaga dokter dan 1500 tenaga medis lainnya. Pada tahun 1810 dengan dimulainya pengajaran di Universitas Berlin (sejak 1949: Universitas Humboldt di Berlin) menjadi lembaga pengajaran dan penelitian yang penting , yang merupakan asal lebih dari setengah pemenang Hadiah Nobel Jerman untuk bidang kedokteran atau fisiologi. Sejak tahun 2003, fakultas medis Humboldt dan Free University telah bersatu dengan nama Charité - Universitätsmedizin Berlin. Mereka tersebar di empat Kampus.

Dengan berbagai proyek keunggulan dan pusat penelitian kolaboratif dari German Research Foundation, Charité adalah salah satu fasilitas medis paling intensif di Jerman.

Dengan pengumuman hasil strategi keunggulan pada 19 Juli 2019, Charité - Universitätsmedizin Berlin sebagai bagian dari Aliansi Berlin (bersama dengan Universitas Humboldt Berlin, Universitas Berlin Gratis dan Universitas Teknik Berlin) adalah salah satu dari sebelas Universitas unggulan di Jerman.

Dengan total kurang lebih sekitar 14.576 karyawan secara keseluruhan di Charité, dari jumlah tersebut adalah 2800 karyawan CFM yang melakukan layanan non-medis seperti transportasi, pembersihan, katering dan penjaga keamanan.

Beberapa pengunjung, pasien, perawat dan dokter terlihat melintas di koridor-koridor rumah sakit. Itu merupakan pemandangan yang biasa terlihat di rumah sakit ini. Di sebuah ruangan praktek, seorang pasien sedang berbincang dengan dokternya.

"Semua obat yang harus Anda konsumsi sudah saya tulis di resep Anda, Frau Henrich." Akbar memandangi pasiennya sambil mengetik sesuatu di layar monitor komputernya, menghela nafas lalu berkata lagi, "seperti saya anjurkan satu bulan yang lalu. Anda dilarang melakukan kegiatan-kegiatan berat, seperti olahraga yang berlebihan selama 6 bulan ini dan itu harus dipatuhi."

"Tapi Herr dokter Permana--,"

Belum selesai Frau Henrich selesai bicara, Akbar memotongnya.

"Saya tahu Anda seorang penari profesional. Jika Anda melanggar apa yang saya katakan tadi, bukan tidak mungkin bakalan ada kejadian fatal yang bisa menimpa diri Anda. Tulang rusuk Anda belum benar-benar sehat. Jika terluka lagi sedikit, bukan tidak mungkin kita harus melakukan operasi besar pada diri Anda. Jadi sayangilah diri Anda kalau Anda ingin bisa cepat beraktivitas lagi, Frau Henrich."

Perempuan berambut pirang itu tak menjawab. Ia menghela nafas panjang seakan merutuki keadaannya. Sudah hampir tiga bulan ia tak melakukan apa-apa karena kecelakaan yang ia alami.

Suara mesin Printer terdengar. Secarik kertas menyembul di sana dan segera diambil Akbar.

"Ini resepnya dan ingat apa yang saya katakan tadi. Gute Besserung, Frau Henrich," Akbar membubuhkan tanda tangan pada resep itu dan menyerahkannya pada perempuan yang ada di depannya.

"Terima Kasih, schönen Tag Ihnen," ucap Frau Henrich menerima resep itu dan bergegas meninggalkan Akbar sendiri.

"Ihnen auch," kata Akbar sambil menggelengkan kepala pelan.

Sebagai seorang dokter kepala, sikap tegas Akbar memang sangatlah diperlukan. Apalagi bagi seorang dokter sepertinya yang dituntut kesabaran. Terkadang memang ada beberapa pasien yang bandel, yang memerlukan tenaga ekstra untuk menghadapinya. Ditatapnya layar komputer di depannya, masih ada beberapa janji pasien yang harus dilakukan hari ini. Akbar berharap hari ini cepat berlalu.

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang