Double Wedding (2)

382 42 46
                                    

Apa ini luka atau perasaan saja? Pedih, saat aku melihat kamu bersamanya

❤❤❤❤

Akbar's POV

24 jam sebelum pernikahan...

Aku menatap kamarku lagi. Kosong dan dingin ... seperti hatiku. Angin yang berhembus semilir dari jendela kamar menerpa wajah lesuku. Wajah tanpa gairah, putih pucat bagai kapas.

Kuraih sebuah bingkai foto dari sebuah laci. Dia lupa membawanya. Foto itu, gadis yang aku cintai bersama yang lain, bersama kakakku.

Aku mengulas senyum tipis saat kupandangi foto itu. Senyum manis gadis itu yang selalu aku pikirkan, yang selalu aku rindukan. Tapi kenapa harus ada dia? Lelaki yang lebih beruntung daripada aku.

Perlahan aku mengusap foto wajah gadis itu. Tanpa sadar kristal-kristal bening jatuh luruh perlahan di pipiku, membasahi bingkai foto itu. Perih, itu yang aku rasa.

Pernahkah kamu jatuh cinta? Maksudku, saat kamu mencintai dia tapi dia mencintai yang lain. Bagaimana rasanya? Sakit, bukan? Bahkan mungkin lebih sakit lagi karena dia yang lain itu adalah saudaramu sendiri.

Kalau iya, berarti apa yang aku rasakan sama. Bagai sembilu yang menggores pada kulit bayi yang baru lahir, terluka penuh darah. Aku begitu rapuh, serapuh-rapuhnya saat dia memilih pergi bersamanya.

Kadang rasa itu menyelip dalam dada, rasa sesal kenapa aku harus bertemu dengannya jika semuanya akan berakhir seperti ini. Aku tahu, aku harus menghadapi semua yang terjadi dengan lapang dada. Tapi aku hanya manusia biasa yang juga bisa terluka.

Langit malam yang bersih tanpa awan, bintang yang berkelap-kerlip lemah serta bulan yang memancarkan sinar penuh kesenduan seakan menyanyikan lagu kedukaan. Lagu cinta pelipur lara hatiku yang berduka.

Tangis dan rinduku seakan tak mampu menjadi obat penyembuh luka jiwa dan raga. Harus aku apakan perasaanku ini? Bagai seekor anak burung yang kehilangan induknya, aku tak tahu harus terbang kemana. Jatuh lumpuh hilang kendali, tak mampu mengepakkan sayap-sayap kokohku lagi. Lemah tanpa kekuatan.

Aku genggam erat bingkai foto itu, erat sekali. Rinduku tiba-tiba membuncah dicampur tangisan pilu. Aku menggigit bibir bagian bawah.

"Qarira..." desisku pelan menahan rasa yang begitu berat.

Kudekap foto itu di dada sembari mengatupkan kedua kelopak mataku. Mengkhayalkan kalau dia ada disini sekarang, juga memelukku yang rapuh. Airmata terus mengalir tanpa aku tahu kapan akan habis.

PRANG!

Aku membanting bingkai foto itu ke lantai. Bingkai foto itu hancur berantakan berkeping-keping, seperti hatiku. Kaca-kaca yang pecah bertebaran di lantai.

Aku berusaha untuk kuat, tegar bertahan. Tapi cinta itu terlalu dalam melukaiku, menusuk hingga ulu hatiku menimbulkan luka yang mungkin tak akan pernah hilang. Aku menahan nafasku.

Ya Allah, sang Penguasa Cinta ... apa yang harus hamba lakukan? Pedih sekali rasanya, ya Rabbi.

Lalu kuambil foto yang tergeletak di lantai itu, yang dikelilingi serpihan-serpihan kaca. Tanpa sengaja salah satu jariku tergores benda tajam itu. Darah mengalir deras mengucur. Perih, namun tak seperih hatiku.

SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang