Sekarang Staatsoper Unter den Linden (dari 1743 bernama Royal Opera, lalu dari 1919: Prussian State Opera, dan dari 1955: German State Opera) adalah gedung opera di jalan raya Unter den Linden 7 di distrik Berlin Mitte. Ini adalah gedung opera tertua di Berlin. Didirikan oleh Georg Wenzeslaus von Knobelsdorff dalam gaya Palladian atas nama Frederick II pada tahun 1741–1743, bangunan ini dibangun kembali oleh Richard Paulick sebagai bagian dari Forum Fridericianum dari 1951–1955 setelah kehancurannya dalam Perang Dunia Kedua. Ini adalah theater besar pertama yang pernah dibangun sebagai bangunan monumental dan berdiri bebas di kota Berlin.
Akbar berdiri di depan pintu gerbang masuk Staatsoper, jari jemarinya sibuk melonggarkan dasi yang membelenggunya sedari tadi. Kakinya bergoyang-goyang pelan mengurangi kegelisahan yang meliputi hatinya. Tak beberapa lama muncul Qarira yang merekahkan senyum dari bibir tipisnya dan melangkah tergesa mendekati Akbar.
"Maaf, kamu sudah lama menunggu?" sapa Qarira menatap takjub pesona Akbar kala itu. Pria itu memakai tuxedo hitam dengan dasi kupu-kupu warna senada bertengger kokoh di leher jenjangnya.
"Oh hi Qarira. Ti--tidak, aku juga barusan datang," jawab Akbar agak gugup. Qarira yang memakai gamis warna biru langit dengan hijab berwarna peach muda mampu membius mata Akbar.
"Orangtuamu mana?" gadis itu melihat mengedarkan pandangan berkeliling.
"Sebentar lagi mereka datang," gumam Akbar pelan masih memperhatikan gadis di depannya terpesona.
"Kamu liat apa sih?" tanya Qarira merasa tak enak diperhatikan seorang pria tampan di depannya.
"Kamu cantik sekali hari ini, Qarira," puji Akbar membuat pipi Qarira bersemu pink seketika.
"Terima kasih, Akbar. Du siehst auch gut aus." (Kamu juga kelihatan tampan) puji Qarira balik.
"Teriam kasih, Qarira. Terima kasih juga sudah mau datang. Sungguh ini sebuah kebahagiaan tersendiri buatku."
"Aku yang seharusnya berterima kasih, Akbar. Karena kalian telah mengundang aku kesini."
Akbar menyunggingkan senyum, menatap gadis cantik berhijab itu tanpa berkedip. "Qarira, aku memang bukan pria yang sempurna tapi izinkanlah aku mengungkapkan sekali lagi persaanku padamu. Aku mau kamu tahu kalau aku benar-benar serius denganmu. Qarira--" Akbar menarik nafas pelan, "aku mencintaimu. Aku tahu ini sama sekali nggak romantis. Tapi aku mengucapkannnya dengan sungguh-sungguh dan dari lubuk hatiku yang paling dalam. Aku tak akan berhenti mengatakan hal ini padamu, karena aku cinta padamu."
Qarira mengukir senyum di wajah cantiknya. "Akbar, aku akan berusaha pelan-pelan untuk melupakan Christian, melupakan semua yang sudah terjadi diantara kita. Tolong bantu aku."
"Tentu saja, Qarira. Apapun yang kamu butuhkan, aku akan siap selalu untukmu. Akan aku buktikan bahwa kau tak salah memilihku. Aku berjanji padamu, Qarira El-Bakri. Aku akan menjaga dan melindungi sampai akhir hayatku. Aku sangat mencintaimu."
Akbar memegang tangan gadis itu, menatap lekat legam manik Qarira. Gadis itu hanya tersenyum tipis. "Ayo kita masuk kalau begitu, kita tunggu orangtuaku di dalam saja."
Akbar dan Qarira berjalan memasuki Staatsoper. Bnagunan kuno dengan arsitektur sentuhan Eropa ini terlihat begitu indah. Langit-langit bangunan yang dipenuhi dengan pahatan lukisan-lukisan peristiwa jaman dulu, beberapa patung-patung berukuran raksasa berdiri di beberapa sudut ruangan serta beberapa tiang penyangga bangunan yang super megah dengan ukiran khas eropa menambah betapa klasik dan bersejarahnya bangunan ini. Para pengunjung sudah memenuhi area ruang tunggu.
Bar yang ada di sudut sebelah kiri ruang tunggu utama sudah penuh dengan pengunjung yang berjubel dengan segelas wine di tangan mereka masing-masing. Anak-anak kecil berlarian kesana kemari dan berceloteh gembira menanti pertunjukkan. Para pengunjung yang sebagian besar berpenampilan rapi dan elegan menambah betapa antusiasnya warga Jerman untuk pertunjukkan di Staatsoper ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUJUD CINTA DI KOTA BERLIN (Completed)
AcakSiapkan hati untuk merenung, apa arti cinta dan keluarga. Qarira, gadis pengungsi dari Syria ingin menata dan memulai hidup baru di kota Berlin, Jerman. Akbar, pemuda rupawan blasteran Indonesia yang sekaligus seorang dokter kepala di RS terkenal di...