10. Masa kini

742 125 1
                                    

Mohon benarkan typo:)

S E L A M A T  M E M B A C A ! !

Author POV

Kedua orang dewasa itu masih belum pulang. Berada di bawah pohon yang selalu mereka kunjungi dahulu. Mengingat masa lalu memang sangat menyenangkan.

Genggaman tangan bahkan belum terlepas. Mereka tak ingin jika harus di pisahkan kembali.

"Sean kin hacima."

Sean menjulurkan tangan. Mengajak Gladys berkenalan lagi.

"Gladysta hunggini."

Gladys menerima uluran tangan Sean. Dia juga bingung dengan nama mereka.

"AHAHAHAHA."

Tawa mereka kini meledak. Mengisi keheningan malam.

"Terus nama Tata dari mana? Kalo aku kan bener pake nama belakang." Sean bingung.


"Kan nama nya Gladysta, biar nggak ribet nama belakang nya di ambil terus jadiin dua hehe." Gladys terkekeh.

"Jadi masih mau di panggil Tata atau Gladys? Kalo mau di panggil sayang juga boleh," ucap Sean menggoda.

"Ishh apaan sih Kak Haci. Gombal tau nggak. Udah kaya fakboy aja." Gladys mencubit perut Sean. Dia kesal dengan gombalan receh yang Sean lontarkan. Cubitan ini sangat Sean rindukan. Diri nya terkekeh sambil meringis.

"Lahh aku mah bukan fakboy tapi boboiboy."

"ABCD."

"Apaan tuh?"

"Adu Bo Cape Deh." Gladys menempelkan tangan nya di kening. Menirukan gaya kecapean. Membuat Sean tertawa di buat nya.

"ABCDE." Sean mengikuti gaya Gladys. Dan menambahkan satu huruf di belakang nya.

"Apaan tuh?"

"Aduh Bo Cape Deh Ewh." Tangan Sean mengikuti gaya seorang banci. Mereka tertawa melepaskan beban.

Hanya dengan Sean Gladys seperti ini. Dan dia beruntung di pertemukan kembali.

"Kalo masih mau ketawa aku tinggal."

Sean sedikit berlari mendekati mobil. Gladys menghentikan tawa nya seketika. Melirik Sean yang sudah berhasil membuka pintu kemudi.

Sedikit terkejut dengan apa yang Sean lakukan. Gladys berlari mengejar ketinggalan. Namun sial Sean sudah menutup pintu nya.

Tok! Tok! Tok!

Gladys menggedor kaca mobil Sean cukup keras. Sean menahan tawa melihat raut kekesalan di wajah Gladys.

"Tissue sama koran nya Mas?" Gladys berkata ketika Sean sudah membukakan kaca mobil nya. Seolah dia menjadi tukang jualan tissue dan koran di tepi jalan lampu merah.

"Maaf Mba nggak ada receh, maklum orang kaya." Dengan logat sultan Sean menjawab.

"Sombong amat."

Permainan Takdir [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang