49. Buntu

630 91 14
                                    

"Yang sering komen, i love you," ujar Eja sambil melambaikan tangan nya.

"Yang siders, kau mau mati di tanganku hah!" Keano mulai terpancing emosi.

S E L A M A T  M E M B A C A ! !

Author POV

Gladys mengerjapkan matanya beberapa kali, tatapan matanya sedikit mengabur melihat cahaya yang mulai menelusup dari tirai gorden. Ia belum sadar sepenuh nya dengan apa yang terjadi dan dimana diri nya berada kali ini. Yang Gladys ketahui bahwa dirinya sedang berbaring di atas kasur.

Gadis itu meringis merasakan sakit ketika ingin duduk, hingga ia memilih untuk merebahkan badan nya lagi. Gladys menunduk melihat tangan dan betis nya sedang tertutup rapat oleh perban steril. Gladys mengedarkan pandangan nya, ia sedang berada di ruangan putih steril.

Gladys kembali meluruskan pandangan nya ketika bunyi pintu terbuka, mengalihkan atensi nya. Yang bola mata Gladys tangkap pertama kali adalah seorang pria yang berjalan memasuki ruangan dengan kemeja yang di lapisi jas dokter. Sangat melekat sempurna di tubuh pria asing itu

Senyum terukir di wajah pria itu. Gladys sempat terpesona dengan ketampanan nya. Pria dengan stetoskop yang menggantung di leher nya.

"Siapa yang bawa Gladys kesini? Gladys mau bilang makasih," ujar Gladys to the point.

"Saya yang menemukan kamu. Saya juga yang membawa kamu kesini. Apa masih merasakan sakit?"

"Jadi Dokter? Makasih, makasih udah mau nolong Gladys." Mata Gladys berbinar. "Hanya sedikit nyeri di bagian luka."

Dokter itu mengangguk. "Saya Tinandra Prasetya, kamu boleh manggil saya Dokter Andra."

"Gladys boleh panggil Dokter baik?"

Pertanyaan Gladys membuat Andra terkekeh. Gadis di depan nya ini terlihat sangat menggemaskan. Mengingatkan Andra pada mantan kekasih nya.

"Senyaman kamu aja," Andra terkekeh.

Melihat rahang yang naik turun membuat Gladys teringat tentang Keano. Bagaimana kabar pria itu? Apa dia merasakan rindu juga?

"Gladys boleh minta tolong?" tanya Gladys takut-takut.

"Apa yang bisa saya bantu?"

"Gladys mau ke taman. Dokter baik mau nganter Gladys nggak?"

Andra tersenyum melihat binar mata Gladys. "Ayo saya bantu duduk di kursi roda."

Tangan Gladys menggenggam Andra cukup erat. Andra memapah Gladys dengan hati-hati. Ia takut luka Gladys akan tertekan.

Setelah berhasil, Andra mendorong Gladys menuju taman. Dengan tangan Gladys yang memegang cairan infus.

Banyak orang berlalu lalang. Andra menghentikan langkah nya di bangku taman. Ia melihat Gladys yang sedang menunduk lesu.

Gladys butuh waktu sendirian. Andra mengerti itu. Ia berusaha memposisikan dirinya menjadi Gladys. Jika di lihat dari segi raut wajah Gladys. Masalah yang di hadapi tidak mungkin sepele.

Permainan Takdir [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang