Tim happy end?
Tim sad end?S E L A M A T M E M B A C A ! !
Author POV
Bams terus menunggu Liviana terbangun. Ia duduk di tepian kasur. Bams terus menyalahkan dirinya sendiri.
Dengan berat hati. Ia harus menghubungi Sean, memberi tau satu fakta yang menyesakkan. Bams sudah terlalu siap menerima pukulan Sean.
Panggilan terhubung. "Bisakah kamu kesini? Ada satu fakta yang harus kamu ketahui." Bibir Bams bergetar.
"Sean tidak mau! Sean mau mencari Gladys! Beritahu Sean dimana Ayah menyembunyikan nya."
Bams menutup mulut nya, menahan isakan. "Kamu akan menemukan dia disini. Sean, Bunda pingsan. Tolong kesini segera."
"Sean kesana sekarang."
Bams memutuskan sambungan nya. Bams menyesal, ia bodoh karna telah menyiksa putri nya. Isakan nya terdengar pilu.
Liviana terbangun, matanya mulai mengerjap. Menatap Bams yang berada di hadapan nya terus meneteskan air mata. Ini tidak sepenuh nya salah Bams. Tapi Liviana kecewa.
"Mas sudah." Liviana memeluk Bams yang sedang memukul dirinya sendiri.
"Aku bodoh Livi! Aku sangat bodoh! Aku Ayah yang paling jahat." Bams meraung, merutuki kebodohan nya.
"Semuanya nggak bisa ngerubah keadaan Mas. Seberapapun kamu merutuki diri kamu sendiri. Semuanya udah berlalu." Liviana meneteskan air mata nya. Menatap Bams prihatin.
"Dia membenciku Livi! Gladys tak mau memaafkan aku! Dia takut melihatku." Bams membalas pelukan Liviana. Menyandarkan kepala nya pada pundak sang istri.
"Kita coba perbaiki semuanya ya Mas? Kita bahagiakan Gladys. Kita mulai semuanya dari awal." Liviana memberi pengertian.
"Apa dia mau menerima kita?" Bams bertanya penuh khawatir.
"Putri kita anak yang baik. Dia pasti mau menerima kita." Liviana berharap.
"Semoga saja."
Bams dan Liviana berpelukan, saling menguatkan satu sama lain. Mereka harus membuka lembaran baru.
***
Sean mengemudikan mobil nya dengan laju, menuju rumah sakit. Sean sangat berharap menemukan Gladys disana. Ia rindu senyum hangat itu.
Melihat gantungan lebah di dekat spion. Membuat senyum Sean mengembang. Gantungan itu selalu tersampir, tak pernah terlepas.
Sean mempercepat langkah nya. Memasuki area rumah sakit. Sean melihat orang tua nya yang baru saja keluar dari ruangan UGD. Sean menghampiri mereka.
"Ayah! Dimana Gladys?" Sean sedikit termenung, melihat penampilan kedua orang tua nya yang berantakan.
"Kita ke ruangan nya sekarang." Bams melewati Sean. Tangan nya terus memapah Liviana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Takdir [TAMAT]
Ficção AdolescenteDunia kita berbalikan. Setiap bagian derita selalu aku yang mendapatkan. Skenario Tuhan memang sangat menyakitkan. Setiap luka menyimpan kenangan. Baik dan buruk nya selalu tertanam dalam ingatan. Ada nya duka pasti ada suka. Ada nya derita pasti ad...