51. Bodoh!

660 99 25
                                    

Makin kesini kok makin sepi:((

S E L A M A T  M E M B A C A ! !

Author POV

Renata berjalan linglung. Ia tidak tau akan kemana. Tujuan nya ingin mencari uang. Tapi tak ada yang mau menerima tenaga nya.

Pandangan nya kosong. Langkah nya menyusuri trotoar. Keringat membanjiri wajah nya. Kepala nya merasakan pusing. Renata mengacak rambut nya. Detak jantung nya sudah tidak karuan. Renata limbung, hampir saja tertabrak tapi urung. Mobil itu berhenti tepat waktu.

Pengemudi keluar. Renata mendongak menatap seseorang yang di kenali nya. Bams, majikan nya dulu.

"Renata, kamu tidak apa-apa? Saya bantu berdiri." Bams membantu memapah tubuh Renata. Mengajak Renata untuk memasuki mobil nya.

Liviana sempat terkejut, ketika suami nya membawa Renata. "Dia kenapa Mas?" tanya Liviana ketika Bams sudah menduduki kursi kemudi.

"Renata sakit, kita harus bawa dia ke rumah sakit." Bams mengemudikan mobil nya dengan cepat. Beruntung mereka juga akan ke rumah sakit. Menemani putri kesayangan nya yang sedang di rawat.

Tak butuh waktu lama. Mereka tiba di rumah sakit. Suster segera membantu Bams membawakan brankar. Renata di bawa ke UGD.

"Kamu temui Ratu, biar aku yang menunggu Renata." Liviana hanya mengangguk. Menuruti perintah suami nya.

Dokter keluar dengan senyuman. "Beruntung kalian tepat membawa Ibu Renata kesini. Beliau sudah sadar, saya akan panggilkan Dokter yang biasa menangani Ibu Renata."

Bams hanya mengangguk mendengarkan. Tidak mengerti mengapa Dokter berkata demikian. Yang Bams dapat simpulkan, bahwa Renata sering mengunjungi rumah sakit ini.

Dengan rasa kasihan, Bams memasuki ruangan menemani Renata yang sedang terbaring. Sorot mata Renata menengadah ke atas.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Bams membuyarkan lamunan Renata.

Renata melirik Bams, raut bersalah memenuhi wajah nya. "Bams, ada yang mau aku sampaikan." Renata sedikit ragu untuk membongkar. Tapi jika rahasia ini tidak di beberkan, maka ia akan menanggung dosa besar.

"Apa?" tanya Bams heran. Bams menduduki kursi yang berada tepat di sebelah ranjang pesakitan.

Air mata Renata lolos begitu deras. Ia mengusap nya kasar. "Maafkan Bimo."

"Bimo tidak punya salah dengan saya. Tolong bicara yang jelas." Bams merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Renata.

"Ratu anakku. Bukan anak kalian. Anak kandung kalian Gladys. Maaf, Bimo telah menukar putrimu dengan putriku." Lega, Renata lega menyampaikan rahasia yang sudah lama terpendam.

Mendengar nama Gladys, membuat Bams membeku. Mungkinkah Gladys yang di maksud Renata adalah seorang perempuan yang dekat dengan Sean?

"Gladys? Kamu jangan becanda Renata! Ini tidak lucu!" Mata Bams mulai berkaca. Rasa bersalah memenuhi hati nya.

"Aku serius Bams. Maafkan Bimo. Keluarga kami minim ekonomi. Bimo fikir, jika Ratu berada di kalian, Ratu akan bahagia. Aku setuju saja jika itu menyangkut kebahagiaan putriku," jelas Renata penuh rasa bersalah. Air mata nya terus menetes.

Permainan Takdir [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang