55. Dia pergi

819 96 45
                                    

Spam komen dong!

S E L A M A T  M E M B A C A ! !

Author POV

Hari ini jadwal nya Andra mengecek kondisi Gladys. Andra kebingungan karna mendengar suara tangis dari dalam. Ia langsung berlari memasuki rumah besar itu tanpa permisi. Mencari sumber tangis itu dari mana. Andra menyerobot beberapa asisten rumah tangga yang menghalangi pintu.

Jantung nya seakan berhenti berdetak ketika melihat pemandangan seorang Ayah yang memeluk putri nya dengan tangis yang terdengar pilu.

Andra juga melihat Sean yang duduk di belakang Gladys berusaha membangunkan. Andra menghapus air mata yang lolos tanpa ia sadari.

"Dokter, tolong Gladys. Selamatkan putri saya." Bams menoleh ke arah Andra, memohon agar Andra menyelamatkan Gladys.

Bams terus mendekap tubuh lemas Gladys. Bibir Gladys mulai membiru, hangat di tubuh nya berangsur menghilang. Bams terus berusaha mengguncang tubuh Gladys. Berharap, jika Gladys akan membuka mata.

Andra bergegas menghampiri, mengecek denyut nadi Gladys. Tubuh nya seketika menegang. "Gladys udah pergi. Kita hanya bisa ikhlas."

Sean langsung menghampiri Andra. Mencengkram kerah kemeja Andra dengan kuat. Matanya mengilat, menunjukkan amarah.

"Bohong! Gladys masih hidup! Adik saya masih hidup! Dokter sialan!" Sean menyudutkan Andra ketembok.

"Saya turut berduka cita. Gladys sudah bahagia bersama Tuhan nya." Andra tersenyum getir.

Bugh!

Satu pukulan telak berhasil menimpa rahang Andra. Mampu membuat Andra jatuh tersungkur.

"Tutup omong kosong Dokter! Gladys masih ada! Dia nggak mungkin ninggalin saya! Dia cuma tidur! Kalian harus tau itu!" Sean melirik satu persatu orang yang berada di dalam kamar Gladys.

Sean berlutut, kaki nya seakan tak dapat menampung tubuh. Sean memukul lantai dengan brutal. Tangan nya sudah memerah.

"Bangunkan adik saya! Berapapun biaya nya saya akan bayar! Tolong! Jangan biarkan mata Gladys tertutup!" Sean menunjuk wajah Andra.

"Nyawa seseorang tidak bisa di bayar dengan uang. Saya minta kalian bisa ikhlas." Andra berusaha tegar.

"Tukar dengan nyawa saya! Buat Gladys bangun lagi! Biar saya yang menggantikan kematian dia! Jangan buat Gladys pergi, saya mohon ...," Suara Sean mulai lirih.

***

Ratuliun kaget ketika melihat rumah yang sempat ia tinggali, mengibarkan bendera kuning. Rangkaian bunga dengan tulisan berduka berjejer di depan rumah.

Renata mendorong kursi roda Ratuliun untuk memasuki rumah besar itu. Tidak menutup kemungkinan, ketika mendapat informasi bahwa Gladys telah pergi sempat membuat nya kehilangan kesadaran.

Dengan sekuat tenaga Renata menahan tangis. Langkah demi langkah Renata pijaki dengan Ratuliun yang berada di kursi roda.

Awalnya, Ratuliun tidak menerima kenyataan. Tapi Ratuliun sadar, ini sudah takdir nya. Renata juga sangat memerhatikan Ratuliun dengan telaten.

Permainan Takdir [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang