16. Penyebabnya

2.3K 237 23
                                    

Vote dan komen itu gak sulit, yang sulit itu move on dari doi..

Selamat membaca guys.

***

Bocah kecil itu terliat sangat tampan, rambut hitamnya yang tebal, kulitnya yang putih, alis yang lebat, mata yang tajam, bentuk hidung dan bibir yang sempurna membuat bocah itu sangat mempesona bahkan di umurnya yang baru tujuh tahun.

"Ibu di mana Ibuku? Kenapa dia tak pernah mengunjungiku?" tanya bocah itu pada seorang wanita yang terlihat sangat angkuh "Ibumu? Wanita murahan itu!" kata wanita itu pada anak kecil yang menatapnya dengan tatapan sedih.

"Tak usah kau tanyakan lagi, wanita murahan itu! Kau juga, kau pembawa sial! Kau anak haram!" teriak wanita itu sambil mencubit kencang pingga bocah malang itu.

"Tidak! Aku bukan anak haram!" teriak bocah itu mencoba melawan "Kau berani berteriak padaku! Dasar bocah tidak berguna! Sialan kau ya!" wanita itu mulai memukul bocah yang sudah menangis kencang itu "Ibu..," lirihnya "Ayah tolong aku," sambungnya "Ayah kau bilang? Dia tak akan menolongmu! Dia tidak menyayangimu!" teriak wanita itu.

"Tidak..," teriak Suho terbangun dari tidurnya dan membuat Irene yang berada di sampingnya ikut terbangung juga.

"Tidak, aku bukan anak haram!" teriak Suho sambil menjambak rambut Irene "Aaa," kata Irene merintih sakit "Aku bukan anak haram!" teriak Suho lagi "Tuan..," panggil Irene berusaha menyadarkan pria itu.

"Aku bukan anak sialan," kata Suho menangis lalu mendorong kepala Irene yang tadi dijambaknya, Irene merintih sambil menahan sakit. "Apa yang terjadi?" tanya Irene ikut menangis sambil memeluk tubuh Suho "Aaaaa! Tidak!" teriak Suho sambil memeluk Irene dengan sangat erat.

"Apa yang sebenarnya terjadi padamu!" kata Irene sambil menangis "Aku anak yang baik," kata Suho penuh lirih "Ya, kau anak yang baik, kau manusia yang baik," kata Irene tersedu "Ayahku tidak menyayangiku sama sekali," kata Suho mengadu "Wanita itu juga memperlakukanku dengan sangat buruk," sambung Suho.

"Kau sayang padaku kan?" tanya Suho pada Irene sambil mencengrak kasar bahu Irene "Jawab Rene!" kata Suho berteriak "Kau menyayangiku kan!" sambungnya dengan penuh penekanan "Iya..," kata Irene sambil mengelus pipi Suho dan membuat Suho memeluknya tubuh Irene lagi "Jangan tinggalkan aku seperti Ibuku," gumam Suho lirih, Irene hanya diam dan memeluk erat tubuh Suho.

"Ayo ini masih sangat larut, kita harus kembali tidur," kata Irene berbisik lalu menyelimuti tubuh Suho dengan selimut tebal itu. Irene duduk di pinggir ranjang sambil terus mengelus dada Suho yang masih terlihat naik turun dengan kasar itu, sesekali Irene juga mengelap keringat yang terus saja keluar di kening pria itu.

"Derita macam apa yang pernah kau alami? Luka macam apa yang membuat sisi manusiamu hilang?" tanyanya pada pria itu tanpa suara "Tak ada luka yang tak bisa sembuh, semua ada obatnya dan tak ada sederita yang berkepanjangan, semua yang berawal pasti ada ujungnya."

Irene kembali membaringkan tubunya di samping Suho yang sudah terlihat tenang, mata Irene tak bisa bepaling dari wajah teduh pria itu. Irene mengelus pipi Suho lalu mengecup kening Suho "Tenanglah..," bisik Irene.

Irene terus menatap Suho yang kini sudah tidur nyenyak dengan posisi menghadap padanya, Irene mengambil tangan Suho lalu melekan telapak tangan Suho pada perutnya yang masih datar "Di sini ada sesuatu yang menanti kasih sayangmu," bisik Irene lirih.

***

"Kenapa hanya diam?" tanya Suho sambil memeluk pinggang Irene yang tengah berdiri di balkon kamar sambil menatap terbitnya matahari itu "Tak apa," kata Irene "Tapi aku tau jika kau sedang berbohong," kata Suho membalik tubub Irene agar bisa menatap mata Irene.

"Ada apa?" tanya Suho sambil mengelus pipi Irene "Aku bosan," kata Irene sambil menunduk lesu "Aku sudah menata kebun tiga kali dalam seminggu, sudah menonton film, membaca novel dan aku masih saja merasa bosan," adu Irene setengah merutuk.

"Tuan juga tak akan pulang malam ini." Irene bicara sengan nada sedih sambil memainkan kancing kemeja Suho "Mau ikur aku?" tanya Suho "Mau," kata Irene berbinar "Baik, bersiap lah," kata Suho sambil mengelus bahu Irene. Suho tersenyum kecil saat melihat Irene sangat bersemangat.

"Bob, kosongkan satu kamar di Hotel," kata Suho menelpon Bobby "Dan lakukan pemesanan untuk makan malam romantis," sambung Suho "Baiklah Boss..," jawab Bobby dengan suara nyaringnya.

***

Irene mendesis saat melihat helikopter yang baling-balingnya berputar itu " Tuan, kita naik kapal saja," kata Irene meminta "Kenapa?" tanya Suho "Baru melihat bentuknya saja aku sudah mual," kata Irene "Tuan ingat bagaimana keadaanku saat terakhir kita naik itu," kata Irene dengan raut wajah kacau.

Hooeekk.. Irene benar-benar muntah bahkan hanya karena mengingat rasanya tempo hari dan menbuat Suho kasihan sekaligus lucu "Emm, aku benar-benar tak bisa naik itu lagi," kata Irene sambil menggeleng.

"Bob siapkan kapal saja," kata Suho "Tapi Tuan mabuk laut," kata Bobby "Tapi Ratuku tak mau naik benda itu," kata Suho tertawa dan membuat Bobby meliriknya aneh "Bosku sangat bodoh!" guman Bobby.

Suho terlihat sudah tak nyaman "Tuan terlihat baik-baik saja saat pertama kita naik kapal untuk ke Pulau," kata Irene dan membuat Suho juga merasa heran.

"Entah..," jawab Suho sambil menahan mualnya "Bob berapa lama lagi kita sampai?" tanya Suho "Sepuluh menit lagi mungkin," kata Bobby "Yaampun kenapa masih sangat lama," gumam Suho dan membuat Irene tertawa "Sabae sedikit lagi," kata Irene mengelus bahu Suho.

Suho bisa bernafas legah saat mereka sudah sampai. Suho langsung mengantar Irene ke hotel "Untuk apa mengajakku jika pada akhirnya aku ditinggal sendiran juga!" kata Irene kesal "Kau tau aku ke sini untuk bekerjakan," gumam Suho "Nonton film saja," kata Suho aku akan segera kembali.

"Tapi, untuk apa mengajakku jika ditinggalkan begini," kata Irene mulai menangis dan membuat Suho merasa kaget "Lebih baik kau tinggalkan saja aku di Pulau itu tadi! Aku ikut karena tak ingin sendirian!" rutuk Irene terseduh.

"Dan sekarang sama saja, aku sudah datang jauh ke sini dan ternyata harus sendirian juga," rutuk Irene dengan tangis yang kian kencang dan membuat Suho menatap Irene dengan aneh.

"Ajak Bobby berjalan-jalan saja ya," kata Suho membujuk "Untuk apa aku pergi dengannya!" kata Irene merutuk "Aku tak bisa meninggalkan petemuan itu untuk menemanimu! Jangan kekanakan, jangan merepotkan!" kata Suho merutuk dan membuat Irene diam seketika.

"Bobby akan menjemputmu setelah dia mengantarku, jangan protes lagi aku mohon. Ingat jangan melakukan sesuatu yang membuatku marah!" kata Suho lalu meninggalkan Irene yang menangis kian kencang karena merasa begitu sabal.

"Dasar tak punya hati!" teriak Irene pada Suho yang sudah menghilang di balik pintu itu.

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang