28. Padaku

1.9K 240 13
                                    

Dihhh kesel bettt dah yang baca tapi gak vote gak komen, apa maooo kalean marah ini aku! Marah kali ini aku 😆 update lagi guys jangan lupa vote dan komen.

Selamat membaca~~

***

Irene membuka matanya berlahan, aroma obat yang khas seketika menusuk indra penciuman. Matanya menyelisik setiap sudut ruangan bercat putih itu, lalu menemukan satu sosok pria yang tengah tertidur di atas sofa dan pria itu bukan lah Suho.

"Permisi..," kata Irene dengan suaranya yang masih terdengar lemah, hanya dengan satu kali panggil pria itu langsung terbangun dengan sedikit kaget "Kau sudah sadar?" tanya Kai pada Irene.

Kai berjalan mendekati ranjang rawat Irene "Ayo minum dulu..," kata Kai sambil membantu Irene minum.

"Maaf apa kau yang bertugas merawatku?" tanya Irene pada Kai, karena Irene melihat Kai masih menggunakan jas Dokternya "Ahh, tidak. Dokter Kang yang merawatmu," kata Kai.

Irene menatap Kai dengan tatapan aneh "Lalu apa yang kau lakukan di sini? Di mana Sua.. Suamiku?" tanya Irene agak tersendat saat bagian Suami itu.

Kai hanya tersenyum simpul mendengar itu "Aku di sini karena aku yang bertindak sebagai walimu, karena pria yang kau sebut Suami tadi, dia pergi dan belum kembali sampai sekarang," kata Kai menjelaskan.

"Jam tugasku sudah selesai, karena perawat bilang tak ada yang menemanimu, jadi aku kemari untuk menemanimu. Paling tidak setelah kau sadar seperti ini," sambung Kai.

"Lalu apa aku baik-baik saja? Bagaimana dengan bayiku?" tanya Irene saat ingat alasannya berada di rumah sakit ini.

"Untungnya keadaan kalian baik-baik saja, meski tadinya keadaanmu tidak terlalu baik, tapi sekarang kau tak perlu khawatir, kau sudah baik-baik saja dan bayimu juga sudah stabil," jelas Kai.

"Tapi untuk sementara waktu ini kau harus melakukan bed rest. Bed rest artinya kau hanya boleh berdiam diri di atas ranjang, kau tak boleh berjalan terlebih dahulu," sambung Kai dan disimak dengan baik oleh Irene.

"Baik lah.. Karena kau sudah sadar, aku permisi pergi," kata Kai pamit sambil tersenyum dengan sangat manis.

"Terimakasih..," kata Irene pada Kai "Sama-sama," sahut Kai, lalu menghilang di balik pintu.

"Syukur lah kau baik-baik saja nak..," lirih Irene sambil mengelus perutnya "Anak Ibu adalah anak yang kuat," sambung Irene. Irene memejamkan matanya erat saat mengingat semua yang dilakukan Suho padanya tadi malam.

"Kau kemana sekarang? Apa yang terjadi padamu? Apa kau baik-baik saja?" gumam Irene.

***

Irene menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul dua belas siang, Irene sedang makan dan dibantu oleh perawat.

"Sus.. Boleh minta tolong?" tanya Irene "Tentu Nyonya," kata perawat itu "Boleh minta tolong panggilkan Dokter Xiumin?" tanya Irene pada perawat itu "Dokter Xiumin psikiater?" tanya perawat itu dan dijawab dengan anggukan oleh Irene "Bain lah Nyonya akan saya panggilkan." perawat itu berbaik hati untuk menolong Irene.

***

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Xiumin saat melihat Irene "Kecelakaan kecil..," jawab Irene sambil tersenyum "Apa Suho menemuimu?" tanya Irene "Tidak," jawab Xiumin sambil menggeleng.

"Apa yang terjadi?" tanya Xiumin mulai panik, Irene pun menceritakan semua yang terjadi padanya tadi malam dan semua yang sudah di lakukan Suho padanya.

"Bisa hubungi Bobby?" tanya Irene "Tentu saja," kata Xiumin lalu menelpon Bobby.

"Hai Bob.. Apa bosmu ada?" tanya Xiumin pada Bobby "Dia sedang bersama Ratunya, bahkan dia tak mau ku ganggu," kata Bobby sambil tertawa "Aaa.. Baik lah kalau begitu," kata Xiumin lalu memutus panggilan itu.

"Dia tak ada bersama Bobby," kata Xiumin mengadu pada Irene dan membuat Irene seketika menjadi sedih memikirkan pria itu "Di mana dia," gumam Irene sambil menatap awan yang terlihat dari jendela rumah sakit besar itu.

"Aku khawatir padanya, semalam dia terlihat sangat kacau," kata Irene "Xiumin, bisa tolong hubungi dia?" tanya Irene "Tentu..," jawab Xiumin.

"Ini," kata Xiumin memberikan HP-nya pada Irene saat sudah terhubung dengan Suho.

"Halo..," kata Suho di ujung telpon itu dengan suara parau dan terdengar sangat kacau, bahkan nafasnya yang tak beraturan begitu ketara di telpon itu.

"Halo," kata Irene dan tentu saja membuat Suho terkejut "Jangan dimatikan," kata Irene "Kau di mana? Kenapa tak ada saat aku bangun?" tanya Irene.

"Maaf.." hanya itu yang bisa keluar dari mulut Suho "Iya, karena itu cepat lah sadang, bayimu sangat merindukan Ayahnya, aku juga," kata Irene membujuk.

"Tidak, aku akan menyakiti kalian lagi nanti," kata Irene "Tidak.. Itu tak akan terjari," kata Irene menyakinkan "Tidak Rene," kata Suho dengan keras kepala.

"Sungguh bayi ini sangat ridu padamu. Ayo kau di mana? Bobby akan menjemputmu," kata Irene pada Suho "Tak perlu, aku tak pantas hidup bersama siapa pun!" kata Suho "Aku ini bukan manusia," sambungnya.

"Tidak, apa yang kau katakan," kata Irene mulai terisak "Kau di mana? Aku mohon jangan lakukan hal yang bisa membahayakan dirimu," kata Irene memohon.

"Aku mohon katakan kau dimana?" tanya Irene lagi "Bahkan sekarang kau menangis lagi karena aku. Aku tak akan sanggup menatap matamu lagi," kata Irene putus asa.

"Tapi aku mau bertemu! Anakmu juga!" kata Irene mulai berteriak "Kau dimana?" tanya Irene kian khawatir saat mendengar deburan ombak di sela-sela ucapan Suho.

"Kembali lah kesini," lirih Irene "Jangan khawatirkan aku, aku akan baik-baik saja," kata Suho "Baik lah.. Cepat lah kemari, aku mohon," kata Irene lalu panggilan itu ditutup secara sepihak oleh Suho.

Irene menghela nafasnya dengan karas "Apa dia akan melakukan hal yang tidak-tidak?" tanya Irene pada Xiumin.

"Entah lah, semua bisa saja terjadi. Apa lagi keadaannya sedang tak stabil saat ini," kata Xiumin "Aku akan pergi bersama Bobby untuk mencarinya, bocah itu pasti tau di mana keberadaan Suho," kata Xiumin "Aku akan menelpon Sunny juga, untuk menemanimu di sini," kata Xiumin lalu pergi dari sana.

***

"Apa kata Bobby?" tanya Irene pada Sunny yang baru saja ditelpon oleh Bobby "Mereka sudah menemukannya Nyonya dan sekarang sudah di perjalanan untuk pulang, kata Bobby, Nyonya tak perlu khawatir," jelas Sunny pada Irene dan cukup membuat Irene merasa tenang.

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang