6. Aku Menjaganya

3K 240 13
                                    

Irene sudah terlihat tidak semengenaskan tadi, kini dia sudah memakai pakaian rapi dan juga berdandan, tentu saja semua itu karena perintah dari Suho. Irene mengehela nafas nya berat lalu perlahan berjalan mendekati Suho yang terlihat sibuk membaca beberapa lembar kertas.

"Hai sayang..," sapa Suho saat melihat Irene mendekatinya dan membuat Irene hanya bisa tersenyum kecil meski terlihat sedikit dipaksakan "Kau terlihat sangat cantik," kata Suho sambil menarik Irene dengan lembut lalu mengistruksikan agar Irene duduk di pangkuannya, seketika tubuh Irene bergetar hebat, dia sungguh takut pada Suho yang sudah menjelmah menjadi iblis di dalam ingatannya.

"Kau takut padaku?" tanya Suho "Em," jawab Irene sambil menggelengkan kepalanya "Bagus," kata Suho lalu mengelus rambut panjang Irene "Tuan, apa anda menyimpan HP saya?" tanya Irene pada Suho "HP-mu? Aku sudah membuangnya, tapi aku sudah memberikanmu yang baru," kata Suho sambil memberikan benda persegi itu pada Irene.

"Di dalam sini hanya ada kontakku dan Adikmu. Semua aktifitas di sini akan terhubung ke HP-ku," jelas Suho "Telponlah dulu Adikmu," kata Suho "Ya Tuan," kata Irene sambil beranjak "Tidak sayang, telpon di sini saja," kata Suho sambil tersenyum dan sontak mengurungkan Irene untuk pergi.

Suho memeluk pinggang Irene sambil terus memperhatikan wanita itu. "Halo," kata Irene saat telponnya diangkat "Kakak," teriak Sehun "Kakak, kau ke mana saja? Sudah dua hari kau tak bisa dihubungi aku sangat khawatir," kata Sehun dengan suara lucunya "Aaa, Kakak sedang banyak urusan. Maaf tidak mengabari," kata Irene.

"Kufikir Kakak mati setelah menjual organ tubuh Kakak," kata Sehun "Apa maksudmu?" tanya Irene "Kak, bagaimana bisa Kakak mengirimiku uang begitu banyak, Kakak juga memberi aku Apertemen baru, bahkan mobil juga dan mobilnya sangat mewah. Waaahh! Kakak aku mencintaimu..," teriak bocah itu antusias.

Irene terdiam untuk beberapa saat dan langsung tau bahwa Suho lah yang melakukan semuanya "Jangan boros ya, jangan hamburkan uangmu," kata Irene "Ya, aku tau Kakakku bekerja keras untuk uang itu," kata Sehun dan terdengar sangat bahagia.

"Kenapa Tuan melakukannya?" tanya Irene pada Suho sambil menundukan kepalanya "Apa maksudmu?" kata Suho "Sudah kukatakan aku akan menjaganya," kata Suho "Kau dengar suaranya tadi dia terdengar sangat bahagia," sambung Suho "Jangan khawatirkan Adikmu dia akan baik-baik saja dalam perlindunganku," tukas Suho sambil membenamkan wajahnya di leher Irene.

"Kau suka aroma sampo yang kupilihkan?" tanya Suho "Ya Tuan, aku suka," kata Irene menahan air matanya saat Suho mulai menjamah tubuhnya dan mulai mengecup bagian lehernya.

"Waa Boss! Apa yang kau lakukan di ruangan terbuka seperti ini," tiba-tiba Bobby datang dari arah belakang "Terimakasih banyak sudah menyelamatkan aku," batin Irene pada pria yang tidak dikenalnya itu.

"Kau menggangguku," gumam Suho kesal "Maaf, tapi anda harus bertemu klayen dari Cina Bos," kata Bobby "Baiklah, segera siapkan semuanya," kata Suho "Sudah Bos, helikopternya sudah siap," kata Bobby menyelah "Baiklah ayo kita pergi sekarang.

"Sayang, aku pergi sekarang," kata Suho sambil mengelus rambut Irene "Ya," kata Irene sambil mengangguk "Jangan lakukan hal bodoh ya..," kata Suho memberi peringatan lalu mengecup bibir Irene singkat "Aku pergi," kata Suho lalu meninggalkan Irene.

Saat Suho sudah menghilang dari pandangannya Irene seketika terduduk, Irene begitu legah paling tidak dia bisa bebas dari pria itu walaupun hanya dalam waktu hitungan jam.

Irene duduk di depan rumah mewah itu sambil menatap ke lautan lepas yang menghampar di hadapannya, entah sampai kapan dia akan terperangkap di tempat ini, entah bagaimana bisa keluar dari tempat yang sangat menakutkan ini dan semua kenyataan itu benar-benar membuat Irene takut dan hilang arah

***

"Selamat malam Ayah," sapa Suho pada Ayahnya yang duduk di sofa itu "Bagaimana perkembangan proyek barumu?" tanya Tuan Kim "Berhenti memikirkan hal itu dan fokus saja pada penyembuhan Ayah," kata Suho "Semuanya baik, Ayah tak perlu khawatir," kata Suho.

"Hai sayang..," kata wanita yang dipanggil Suho Ibu itu "Malam Ibu," kata Suho "Kau sangat jarang mengunjungi Ibu dan Ayahmu sekarang," kata Nyonya Kim pada Suho, Suho hanya diam sambil tersenyum sinis "Dasar Penyihir!" gumam Suho dalam hati.

"Ibu mau mengenalkanmu pada anak sepupu Ibu, dia sangat cantik," kata Nyonya Kim pada Suho "Tak perlu Ibu, aku belum memikirkan itu," kata Suho tak acuh "Heis, sudah berapa umurmu sekarang Nak.. Kau harus segera menikah," kata Nyonya Kim "Ya, akan kufikirkan nanti," kata Suho lalu pergi dari sana.

"Kau lihat Anakmu itu bersikap dengan sangat kurang ajar," rutuk Nyonya Kim pada Suaminya itu "Anak dari rahim wanita rendahan memang seperti itu," sambungnya sinis "Tutup mulutmu!" teriak Tuan Kim.

***

Aku tak pernah berfikir akan menjadi manusia sehancur ini, aku tak bisa percaya pada satu orang pun. Aku pernah percaya pada Ayahku tapi dia menghancurkan kepercayaanku. Aku masih sangat kecil saat itu, bahkan aku belum mengerti apa yang terjadi pada hidupku saat itu, aku tak tau kenapa aku dibawa pergi dari Ibuku.

Yang aku tau hanyalah aku pergi untuk melindungi Ibuku, waktu itu Ayahku bilang, Ibu tak akan apa-apa jika aku menuruti semua permintaannya, tapi hari itu merupakan hari terkahir aku bertemu Ibuku tercinta. Aku terus bertanya ke mana Ibuku, tapi Ayah selalu bilang Ibu tak ingin kutemui lagi.

Malam itu hujan sangat lebat, aku melihat Ibuku bersujud di depan pagar rumah mewah ini. Ibuku memohon pada Ayah untuk diizinkan bertemu denganku, tapi Ayah tak peduli, dia membiarkan Ibuku basah tertimpa hujan.

Aku masih sangat kecil saat itu "Lenyapkan dia!" itu kata-kata yang terus kuingat dalam otakku, Istri Ayahku memerintah untuk melenyapkan Ibuku dan sampai detik ini aku tak tau kebenaran mengenai Ibuku, apakah dia sudah mati atau masih hidup, aku tak pernah tau. Yang kutau hanyalah betapa jahatnya orang-orang di sekitarku.

Aku pernah kehilangan satu orang yang begitu kucinta, tapi kali ini tidak lagi, aku akan melindunginya dengan tubuhku sendiri. Aku tak mau Irene menghilang seperti Ibuku.

"Ibu..!" teriak Suho saat bangun dari tidurnya, keningnya penuh dengan keringat, nafasnya tak beraturan. Suho terus memegang dadanya yang terasa begitu sesak "Aku sekarat."

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang