22. Sikapnya

2.4K 222 30
                                    

Sunny sudah pulang setelah menyelesaikan semua tugasnya, Irene merasa begitu kesepian.

"Aku ingin pergi ke super markert sebentar," Irene mengirimi Suho pesan, cukup lama menunggu balasan pria itu sekitar lima belas menit, barulah Irene berani ke luar dari Apetemen itu setelah mendapat izin dari Kai.

Irene memutuskan ke super market yang letaknya tak jauh dari Apertemen itu hingga tak usah repot menggunakan taksi atau angkutan umum lainnya.

Irene sedikit berlari saat melihat lif itu hampir menutup, untungnya seseorang yang di dalam lif itu berbaik hati dan membantu Irene "Terimakasih," kata Irene menundukan kepalanya pada orang tersebut "Sama-sama Irene," kata pria itu dan membuat Irene langsung mentap wajahnya.

"Hai," katanya sambil tersenyum "Kita bertemu lagi," sambungnya "Kau mengikutiku?" tanya Irene "Ayolah! Jangan konyol aku sudah hampir empat tahun tinggal di gedung ini," kata pria bernama Kai itu.

"Kau pasti baru pindah ke gedung ini kan? Ini kali pertama aku milihatmu di gedung ini," kata Kai "Ya," jawab Irene tak acuh.

"Aku duluan," kata Irene saat lif itu terbuka "Kau mau pergi ke mana?" tanya Kai mengejar Irene "Aku akan pergi ke super market," kata Irene mempercepat jalannya karena tak nyaman berjalan berdua dengan Kai.

"Pelan-pelan saja, kita bisa pergi bersama," kata Kai "Aku juga mau ke super market," sambungnya berusaha menyamai langkah Irene.

Irene hanya terus berjalan tanpa mengatakan apa pun pada Kai, Irene merasa aneh pada Kai yang terus mengikutinya dari tadi.

Kai terdiam saat Irene meletakan susu khusus Ibu hamil ke dalam troli belanjanya "Siapa yang hamil?" tanya Kai mencari tau "Aku," jawab Irene dan benar-benar membuat Kai serasa tersambar petir.

"Jadi kau sudah menikah?" tanya Kai dan kini giliran Irene yang terdiam tak tau harus menjawab apa dan akhirinya memutuskan untuk menganggukan kepalanya.

"Aku kecewa," kata Kai pada Irene "Jadi jangan ganggu aku lagi," kata Irene dan membuat Kai tertawa "Kau begitu menyeramkan Nyonya," kata Kai sambil tertawa tapi terus mengikuti Irene.

Kai masih mengikuti Irene sampai mereka sampai di gedung Apertemen itu "Aku harus pergi bekerja," kata Kai sambil melambaikan tangan, Irene hanya menoleh lalu pura-pura tak tau.

Kai menghela nafas kecewa saat pitu lif itu tertutup secara sempurnah "Dia sudah menikah, bahkan sudah hamil, tapi kenapa auranya begitu menarikku," gumam Kai sambil tertawa "Aaaaa! Aku jatuh cinta pada Istri orang," sambungnya berteriak hingga menjadi pusat perhatian orang-orang.

***

Irene mendudukan tubuhnya yang lesu ke atas sofa sambil mengunyah biskuit coklat yang tadi dibelinya.

"Adek suka biskuitnya..?" tanya Irene sambil mengelus perutnya yang sudah mulai membesar itu, senyumnya begitu sumeringah.

Irene menatap jendela Apertemen itu dan melihat ke arah luar, tiba-tiba saja langit menjadi mendung dan tak lama turun hujan yang lebat ditambah dentuman petir yang saling bersahutan.

Hujan lebat itu segera mengingatkan Irene pada Suho, pria itu sangat tak suka hujan. Irene duduk di sofa sambil terus menatap ke arah pintu karena yakin pria itu akan segera pulang karena hujan yang turun dengan begitu lebat.

Tebakan Irene benar, hanya terhitung lima belas menit saat hujan turun, pria itu sudah berada di depannya sekarang dan dengan raut wajah sulit untuk diartikan itu, entah ada masalah apa antara dia dan hujan.

"Aaaaaaa!" teriak Suho sambil menutup kedua telinganya dengan tangan saat mendengar dentuman petir yang cukup kencang itu.

"Tidak!" teriak Suho sambil meringkup dilantai, persis seperti seorang anak kecil yang ketakutan, melihat itu Irene segera mendekati Suho.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Irene "Jangan sakiti aku!" teriak Suho sambil menjambak rambut Irene "Jangan bunuh Ibuku!" teriaknya lagi "Kenapa selalu seperti ini!" teriak Irene sambil memukul kencang bahu Suho untuk menyadarkan Suho "Aku Irene, aku ini Irenemu," kata Irene sambil meraup kedua pipi Suho.

"Rene," kata Suho lirih sambil memeluk Irene "Mereka membunuh Ibuku.. Aaaahh!" kata Suho "Dia akan nembunuhku," sambungnya "Kau baik-baik saja, kau akan baik-baik saja," kata Irene berusaha menenangkan Suho.

Suho memeluk erat tubuh Irene dengan erat dan dengan kasar membawa tubuh Irene untuk berbaring di marmer dingin itu "Aku butuh dirimu Rene, aku butuh tubuhmu," kata Suho dan langsung menlumat bibir Irene dengan kasar.

Tanpa ampun Suho menjamah tubuh Irene dengan kasar, Irene berusaha melepaskan tubuhnya dari cengkram Suho "Sini sangat dingin," kata Irene berusaha berkomikasi dengan pria gila di atasnya itu, medengar itu tanpa aba-aba Suho menggendong tubuh Irene dan membawa tubuh polos itu kedalam kamar.

"Kumohon jangan kasar," kata Irene sambil terus mengelus belakang pria itu berharap pria itu akan menajadi tenang "Pelan-pelan saja," kata Irene dengan suara gemetar karena takut "Kau manusia yang baik..," kata Irene terus berusaha menenangkan Suho.

Semuanya terjadi begitu saja, sekali lagi Suho berhasil menguasai tubuhnya, pria itu kembali berhasil melakukan semua yang dia mau pada tubuh Irene.

Setelah permainan itu selesai Suho meninggalkan Irene yang masih lemas begitu saja tanpa berkata apa pun dan itu benar-benar membuat Irene merasa tersinggung. Walau pun kasar biasanya pria itu selalu memeluk tubuh Irene sambil mengucapkan kata-kata manis teselah perbuatan bejatnya, paling tidak semua itu bisa membuat Irene sedikit lebih baik, tapi tidak dengan sekarang, Suho pergi begitu saja.

"Aku persis seperti pelacur!" gumam Irene dengan lirih sambil menatap punggung putih yang berlahan menjauh itu.

Suho menyungkurkan wajahnya ke meja kerjanya itu, potongan-potongan kejadian di masa lalu terus berputar di dalam kepalanya "Aaaah!" teriak Suho sambil memukul wajahnya sendiri, berharap semua kenangan buruk itu menjauh dari hidupnya, semua itu menghancurkan hidupnya.

Bagimana tidak anak umur tuju tajun harus menyaksikan kejadian-kejadian kejam dan mendapat perlakuan buruk dari orang-orang disekitarnya tanpa ada tempat mengadu dan semua yang dialaminya itu membuat Suho menjadi manusia yang sangat tidak baik.

"Aku menyakitimu lagi," lirih Suho "Bagaimana jika nanti aku menyakiti bayi itu juga," sabung Suho sambil terus mengadu sakit "Aku tak mau menjadi Ayah! Aku tak pantas, bagaimana jika aku menajadi seperti Ayahku," lirih Suho sambil terus mengentuskan keningnya ke meja.

***

Gimana menurut kalean semoa guys?

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang