8. Permintaan Maaf

3K 259 8
                                    

Aku bakal update lagi kalau vote dan komen kalian udah banyak.

***

Suho menatap tubuh mungil yang tengah berbaring di ranjang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suho menatap tubuh mungil yang tengah berbaring di ranjang itu. Kulit putih itu penuh dengan bercak merah bahkan lebam biru juga. Suho berjalan ke arah kotak obat yang ada di sudut kamar itu, lalu mengambil salep.

"Ayo obati lukamu," kata Suho mendekati Irene "Tidak, tak perlu," kata Irene "Jangan membantah, aku mohon," kata Suho. Irene mendudukan tubuhnya lalu menyenderkan punggungnya di kepala ranjang, Irene hanya diam saat Suho mulai mengoleskan sedikit demi sedikit salep di bagian tubuhnya.

"Apa yang kulakukan pada tubuh ini," gumam Suho dalam hati sambil menatap lirih tubuh Irene "Apa sakit?" tanya Suho "Tidak," jawab Irene sambil menggeleng dan tentu saja itu bohong, sekujur tubuhnya terasa luruh, nyeri dan ngilu.

"Akan kubawakan sarapan untukmu," kata Suho "Tidak, tak perlu aku bisa sarapan di meja makan," kata Irene menolak lalu mulai turun dari ranjang itu dan menuju meja makan.

Suho memperhatikan langkah Irene yang terlihat sedikit tertatih. Semua orang di rumah itu menatap Irene dengan tatapan kasihan.

"Entah apa yang dilakukannya pada tubuh gadis itu," gumam Bobby saat mendapati tubuh Irene yang sangat kacau. "Makanlah," kata Suho pada Irene, Irene mulai memakan sarapannya terus dipaksanya meski tidak punya selera makan sama sekali, tapi lebih baik begini ketimbang berurusan dengan pria itu lagi.

"Bos, kita harus segera bergegas," kata Bobby "Baiklah..," jawab Suho. "Kau makanlah yang banya, aku akan pulang ke mari setelah bekerja," kata Suho pada Irene lalu memberikan kecupan singkat di kening wanita yang terlihat sangat tertekan itu.

Suho pun pergi dan kembali membuat Irene merasa legah, karena bisa berada jauh dari pria itu walau hanya beberapa waktu. Paling tidak sekarang Irene bisa bernafas legah.

***

"Apa Nyonya baik-baik saja?" tanya seorang pelayan pada Irene, Irene hanya tersenyum pada gadis yang terlihat masih sangat muda itu "Siapa namamu?" tanya Irene "Nama saya Sunny Nyonya," jawab gadis itu "Berapa umurmu?" tanya Irene lagi "Dua Puluh tahun," kata Sunny.

"Emm, baiklah..," kata Irene sambil tersenyum "Ayo duduk di sini dan temani aku," kata Irene sambil menepuk tempat kosong di sampingnya "Terimakasih Nyonya," kata Sunny "Aku punya Adik dan dia seumuran denganmu," kata Irene mulai bercerita "Dia pasti sangat tampan, karena Nyonya begitu cantik," kata Sunny.

"Apa Nyonya baik-baik saja? Mau saya bawakan obat untuk luka-luka itu?" tanya Sunny sambil menatap tubuh Irene yang penug memar "Luka ini tak ada obatnya Sunny," jawab Irene dengan penuh lirih "Dia melukaiku begitu dalam," sambung Irene dengan mata yang menangis.

"Aku tak pernah menyangka bahwa ada manusia sejahat dia di dunia ini. Terkadang aku bertanya mahluk apa dia itu dan aku kadang berfikir bahwa dia adalah monster," kata Irene "Aku tak peduli dengan luka fisik yang dibuatnya, semua luka ini bisa sembuh saat diobati, tapi bagaimana dengan luka di hatiku? Kurasa semua luka itu tak akan pernah hilang," kata Irene bercerita pada Sunny.

"Entah nasib buruk macam apa yang menyertai hidupku, hingga dia melakukan semua ini padaku," kata Irene mulai terisak dengan kencang, karena merasa ibah Sunny mulai memeluk Irene untuk menenangkan Irene "Tak apa Nyonya boleh menangis sepuasnya jika semua itu bisa membuat Nyonya merasa lebih baik," kata Sunny.

Waktu berjalan sangat lambat di tempat sepi itu, Sunny bekerja keras untuk menghibur Irene "Apa kau dan yang lain sudah lama bekerja di sini?" tanya Irene "Em, sudah lumayan. Sebelum ini kami hanya kemari dua kali dalam seminggu untuk membersihkan rumah, tapi sejak Nyonya datang kami harus menetap di sini," kata Sunny menjelaskan "Kami mendapat 3 hari kerja dan tiga hari libur," sambung Sunny.

"Em, artinya kalian bisa keluar dari pulau ini. Hanya aku yang tidak," kata Irene sambil menundukan wajahnya "Kenapa Nyonya tidak mencoba untuk minta pada Tuan?" tanya Irene "Kau bercanda? Bagaimana mungkin dia memberi izin," kata Irene tertawa kecil "Coba saja," kata Sunny ikut tertawa.

"Em, kenapa kapalnya datang jam seperti ini," kata Sunny saat sadar ada kapal yang singgah "Apa dia sudah kembali?" tanya Irene "Tidak mungkin, jika tidak mendesak biasanya Tuan hanya datang dengan helikopter," kata Sunny "Tapi, aku dibawa ke sini dengan kapal," kata Irene "Mungkin karena waktu itu sedang mendesak Nyonya. Kalau saya tidak salah Tuan Muda itu mabuk laut," kata Sunny dan membuat Irene tertawa.

Kedua orang itu mulai mendekati pelabuhan "Apa yang kalian antar?" tanya Sunny "Ini ada bibit tanaman dan alat-alat perkebunan juga. Tuan Muda yang mengirimnya," kata orang itu pada Sunny "Ohh, ya sudah angkat dan letakan di taman samping saja," kata Sunny.

"Apa Tuan Muda mau berkebun di sini," gumam Sunny "Aku suka berkebun," kata Irene "Aaa, artinya semua ini untuk Nyonya," kata Sunnya "Mungkin," kata Irene sambil mengangkat kedua bahunya.

***

Matahari sudah mulai tenggelam, Irene sudah bersiap dan berdandan untuk menyambut Suho pulang, Irene takut merusak mood pria itu dengan penampilan lusuhnya, jadi dia memutuskan untuk sedikit berdandan.

Irene mulai gugup saat melihat Suho turun dari helikopter itu, membanyangkan hal jahat apa lagi yang akan dilakukan pria itu padanya malam ini. Irene merapikan rambutnya saat menyadari Suho akan segera masuk ke dalam kamar "Hai," sapa Suho pada Irene yang tersenyum ke arahnya, itu membuat Suho legah meski senyum itu terlihat dipaksa.

"Kenapa tidak mengangkat telponku?" tanya Suho "Maaf, aku tidak melihat HP-ku seharian ini," kata Irene mulai menunduk dalam karena marasa takut "Aku mau mandi sebentar," kata Suho sambil melepas jasnya "Boleh aku pergi ke dapur?" tanya Irene minta izin dan mendapat anggukan dari Suho.

Suho membersihkan dirinya, setelah itu segera menyusul pujaan hatinya ke dapur. Suho memeluk pinggang Irene yang sibuk mengaduk sayur di wajan itu dan sontak membuat tubuh Irene gemetar karena takut, melihat adegan itu semua pelayan melengoskan wajah mereka karena takut di sangka tak sopan. "Kenapa kau memasak? Kau tak perlu bersusa payah," bisik Suho "Aku bosan, jadi aku melakukan ini," kata Irene "Em, lakukan semua yang kau mau," kata Suho lalu mengecup tengkuk Irene.

Kedua orang itu makan malam berdua, Suho terus menata Irene yang sedari tadi masih bungkam "Tadi aku mengirim alat dan bahan untuk bekebun, aku tau kau suka berkebun," kata Suho "Ya, terimakasih," kata Irene sambil tersenyum kecil.

"Rene," panggil Suho sengan suara yang sangat lembut "Emm?" kata Irene menoleh "Maafkan aku," kata Suho "Tak apa," jawab Irene sambil menunduk dengan segala kepiluannya.

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang