24. Ceritanya

2.3K 292 72
                                    

Ni yaaah aku bela-belain tidur telat buat update satu part lagi sampe di ocehen mak kuu. Awas aja gak vote sama komen aku sumpahin jempol kalen keseleo (Ngegassss)

Selamat membaca guys, maaf kalo banyak typo.

***

"Apertemen yang ini kamarnya lebih besarkan?" tanya Suho pada Irene saat mereka baru saja pindah ke apertemen baru mereka "Awas saja jika kau berani membawa wanita lain ke dalam kamarku lagi," kata Irene dengan sinis "Berarti tak apa jika di depan kamar saja?" tanya Suho tersnyum bermaksut menggoda Irene "Jika kau lakukan lagi, maka aku tidak minta pindah apertemen tapi pindah Negara!" kata Irene sambil menhentakan kakinya dan terlihat sangat menggemaskan.

Suho tertawa kencang saat mendengar itu, sunggu kemarahan Irene menjadi hiburan tersendiri untuknya "Maafkan aku," kata Suho sambil tersenyum hangat pada Irene.

"Sayang," panggil Suho sambil mendekat "Jangan mendekat!" kata Irene "Aku masih sebal padamu," sambungnya.

"Sayang..," panggil Suho lagi "Jangan panggil aku sayang!" kata Irene sambil cemberut.

"Cintaku..," kata Suho kembali menjahili Irene "Kubilang hentikan!" kata Irene lalu mulai terisak lagi, Irene menangis lagi karena godaan dari Suho itu.

Entah lah dia hanya lebih mudah marah dan merajuk akhir-akhir ini dan sekarang dia malah seperti sangat suka menangis.

"Kita harus pindah ke hotel untuk beberapa hari, apertemen ini harus di rapikan, dicat ulang dan didekor ulang juga," kata Suho.

"Ayo lah sayang, aku minta maaf," kata Suho mengambil tangan Irene lalu digenggamnya dan sesekali mengecup tangan seputih susu itu.

Suho segera mengajak Irene pergi ke hotel untuk beristirahat setelah kedatangan Bobby yang diberi tanggung jawab untuk mengurus apertemen baru itu, dengan perasaan aneh Bobby menjalankan tugasnya. Bobby bingung kenapa sebenarnya mereka pindah, bahkan mereka pindah hanya berjarak dua pintu dari apertemen yang lama.

***

Selama diperjalanan Irene hanya diam tak mengatakan apa pun, hanya menatap lurus ke arah depan.

Sudah hampir lima belas menit mereka di dalam mobil untuk pergi ke hotel yang sudah dipersiapkan Bobby.

"Aku mau makan itu," kata Irene tiba-tiba buka suara sambil menunjuk kedai makan yang ada di pinggir jalan "Aku bilang aku mau makan itu," kata Irene lagi dengan nada yang lebih tinggi.

"Iya sayang.. Aku sedang mencari tempat untuk parkir," kata Suho dengan suara yang dibuat sehalus dan selembut mungkin, kata-kata lembut Suho itu sungguh membuat Irene merasa tersentuh hingga matanya berkaca.

Suho hanya diam dan sedikit terkejut,ini kali pertama dia makan di kedai pinggir jalan seperti ini "Pelan-pelan saja," tegur Suho saat Irene mulai menyeruput sup yang terlihat sangat panas itu, bahkan asapnya terlihat mengepul terbang di atas mangkuk besar itu.

Suho takjub melihat porsi makan Irene "Aah, pantas saja. Kau tidak sendiri sekarang, kau juga harus memberinya makan," gumam Suho sambil menatap perut Irene.

"Mau tambah lagi?" tanya Suho "Sudah cukup," kata Irene sambil mengelap binirnya dengan tisu.

Irene berjalan mendahului Suho, sedangkan Suho tengah membayar makanan yang sudah habis itu.

"Ini terlalu banyak," kata wanita paej baya itu saat Suho membayarnya dengan jumblah sepuluh kali lipat dari harga semestinya "Tak apa, supmu membuat dia terlihat bahagia. Dia sedang merajuk," kata Suho pada pedagang itu "Anggap saja terimakasih dariku," kata Suho lalu meninggalkan tempat itu.

Saat Suho masuk ke dalam mobil, Suho melihat Irene sudah tidur pulas dengan wajah lucu itu. Perlahan Suho memasangkan sabuk pengaman Irene dengan hati-hati agar tidak membangunkan Irene "Kau pasti sangat kekenyangan dan sekarang tertudur," gumam Suho sambil merapikan poni yang menutupi mata Irene.

Suho memutuskan menggendong tubuh Irene saat sudah tiba di hotel, Irene sedikit meliukkan tubuhnya saat diangkat oleh Suho "Tidur lah lagi," bisik Suho dan Irene merespon dengan melingkarkan kedua tangannya ke leher Suho.

Berlahan Suho meletakan tubub Irene ke atas ranjang, lalu melepas sepatu dan kaos kaki yang dipakai Irene. Suho menatap Irene sambil merapikan selimut yang menyelimuti tubuh Irene "Selamat tidur sayang..," kata Suho lalu mengecup kening Irene.

Suho berdiri di balkon kamar hotel mewah itu, menatap langit malam yang dipenuhi dengan bintang, serta sinar rembulan yang terlihat sangat terang.

Fikiran Suho melayang pada pristiwa lalu, saat dia merasa begitu putus asa dengan semua yang dirasakannya saat itu.

Bocah yang baru saja lulus sekolah dasar dipaksa untuk pergi jauh dari tempat asalnya untuk bersekolah di tempat asing, dengan orang asing dan dengan bahasa asing juga. Anak kecil mana yang sanggup menghadapi semua itu, menghadapi semua duka tanpa seorang pun disisi.

"Ayah aku tak mau pergi," kata anak itu "Kau harus pergi," kata Ayahnya lalu meninggalkan Suho kecil begitu saja "Aku mohon, jangan usir aku," katanya pada wanita yang dipanggilnya Ibu itu "Ayahmu saja tak peduli!" katanya dengan kasar lalu ikut meninggalkan Suho yang malang.

Suho berjalan mendekati ranjang dan membaringkan tubuhnya di samping Irene, membenamkan mukanya di dada Irene lalu menangis tanpa suara.

***

"Mau ke mana?" tanya Irene saat Suho hendak beranjak dari ranjang "Aku harus ke kantor," kata Suho "Tapi aku masih mau memeluk Tuan," kata Irene merengek dan membuat Suho tersenyum hangat "Kau seperti manusia pagi ini," gumam Irene dalam hati.

"Baik lah..," kata Suho lalu kembali membaringkan tubuhnya dan memeluk Irene.

"Halo, Bob batalkan semua rapat hari ini," kata Suho "Ya Bos," jawab Bobby singkat tanpa bertanya lalu memutuskan panggilan itu.

Irene menatap wajah Suho yang telihat sangat berseri dan sepertinya mood pria itu juga sedang bersahabat "Ayo coba Rene," kata Irene pada dirinya sendiri.

"Dia mau elus," kata Irene "Siapa?" tanya Suho "Dedek bayinya..," kata Irene "Tidak." Suho menjawab dengan nada yang gemetar "Kenapa tidak? Katanya dia mau dielus Ayahnya," kata Irene "Dia juga pasti tak mau punya Ayah sepertiku," kata Suho.

Irene mengambil tangan Suho lalu menempelkan telapak tangan itu pada perutnya "Dedeknya bilang, dia suka pegan Ayahnya seperti ini," kata Irene sambil tersenyum.

Mimik wajah Suho seketika berubah menjadi sendu "Bagaimana jika aku menyakitinya nanti. Aku sangat takut," kata Suho dengan linangan air mata.

"Aku takut dia akan membenciku," kata Suho dan seketika membuat Irene begitu hancur "Entah luka macam apa yang mengerogoti hatimu," gumam Irene dalam hati.

"Aku sangat takut Rene," kata Suho mengadu "Kenapa dia harus menbencimu? Dedeknya akan sangat menyayangimu," kata Irene sambil mengelus pipi Suho.

"Apa menurutmu aku bisa?" tanya Suho "Tentu saja, kau akan menjadi Ayah terbaik di Dunia," kata Irene sambil tersenyum hangat "Aku tau kau pasti bisa," kata Irene lalu mengecup hidung Suho.

Entah apa yang dilakukan dan dirasakan oleh Irene, semuanya sudah berbanding terbalik dari awal, dulu dia begitu jijik pada Suho tapi kini berada di dalam pelukan hangat pria itu merupakan kegiatan fovoritnya.

***

Di part ini khusus guy for you all, mas Suho lagi baek. Gimana menurut kalian?

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang