43. Banyak Hal

2.2K 232 30
                                    

Guys aku update lagi, jangan lupa vote dan komen ya..

Selamat membaca~~~

***

"Semoga Ayah selamat sampai Korea, jangan lupa telpon Jee ya..," kata Jee sambil memeluk Suho.

"Baik lah.. Ayah akan kesini lagi nanti, kau jangan nakal ya, jangan repotkan Ibu," pesan Suho pada putranya itu "Emm, baik lah..," kata Jee lalu mencium pipi Ayahnya.

"Rene.. Aku pergi," kata Suho pamit walau pun tak dapat jawaban.

Suho pergi dari sana sambil terus menatap ke arah Irene dan Jee yang masih berdiri di tempat mereka tadi.

"Aku akan segera mendapatkan kalian lagi," gumam Suho sambil tersenyum.

***

"Kau baru pulang?" tanya Irene "Emm, aku punya dua operasi tadi," kata Kai mengadu.

"Kau pasati sangat lelah," kata Irene sambil membuka ikatan dasi Kai "Ayo bersihkan dirimu dan sarapan, setelah itu kau baru boleh tidur," kata Irene.

"Baik lah Nyonya..," kata Kai sambil tertawa lalu mengecup kening Irene.

Sehun dan Yeri duduk berdampingan dan terlihat sangat gelisah, keduanya saling menatap sesekali.

"Apa yang kalian lakukan?" tanya Kai saat melihat kedua orang itu.

"Apa kakak dan Ibunya Jee sudah memutuskan sesuatu?" tanya Yeri "Kami akan memulainya dengan baik," kata Irene menyahut.

"Kalau begitu, ada yang ingin kami sampaikan," kata Sehun mulai buka suara "Ini tentang kami berdua," kata Sehun.

"Kami akan menikah,"sambung Sehun dan sontak membuat Irene dan Kai tersedak.

"Kami sudah sama-sama dewasa, enam tahun kami menyembunyikan semuanya," kata Sehun.

"Apa kau mau menikah dengannya?" tanya Kai pada Yeri "Tentu saja kak, aku mencintainya," kata Yeri.

"Baik lah, kalian boleh menikah," kata Kai.

***

Hanya butuh satu minggu untuk persiapan pernikahan Sehun dan Yeri, sejoli itu mengadakan pernikahan sederhana di gereja yang berada tak jauh dari rumah yang mereka tempati.

Hari itu menjadi hari yang sangat membahagiakan untuk ke dua orang itu dan tentunya sangat membahagiakan juga untuk Kai dan Irene.

Setelah acara pernikahan Sehun dan Yeri selesai, Kai, Irene dan Jee bergegas menuju bandara untuk pergi ke Korea dan memberi waktu berdua untuk pengantin baru itu.

Jee sedang libur panjang, Irene dan  Kai juga mengurus cuti mereka. Awalnya Kai menjanjikan Jee untuk liburan ke Hawai karena nilainya yang begitu bagus di sekolah, tapi Jee menolak untuk ke Hawai dan lebih memilih untuk pergi ke Korea.

"Kenapa kau sangat murung?" tanya Kai sambil menggenggam tangan Irene "Enam tahun aku pergi dan hari ini aku akan kembali," kata Irene lalu menyenderkan kepalanya ke bahu Kai.

"Jee senang akan pergi ke Korea?" tanya Kai "Tentu saja Acel.. Terimakasih banyak," kata Jee memeluk Kai lalu mencium pipinya.

"Jee sudah beri tau Ayah, jika Jee akan pergi ke Korea?" tanya Kai "Tentu saja, Ayah bilang dia akan menjemput kita di bandara," kata Jee dengan senyum cerah dan ceriah.

***

Suho hanya bisa menatap dengan perasaan tak menentu saat melihat kehadiran ketiga orang itu.

"Kau sangat beruntung, harusnya aku yang ada disana," gumam Suho sambil menatap Irene yang berjalan sambil menggandeng tangan Kai yang sedang menggendong Jee.

"Ayah..," teriak Jee sambil melambaikan tangan ke arah Suho "Hallo anak Ayah..," kata Suho sambil memeluk Jee.

"Aaaa! Jee sangat rindu Ayah," gumam Jee "Ayah juga sangat rindu pada Jee," kata Suho.

"Selamat datang di Korea," kata Suho menyapa dua orang itu "Terimakasih sudah membawanya padaku, terimakasih sudah mengizinkannya untuk menemuiku," sambung Suho.

"Ayah akan mengajak Jee berkeliling Korea," kata Suho sambil membukakan pintu untuk Jee "Tidak kami akan naik taksi saja," kata Irene menolak saat di tawari untuk ikut serta bersama Suho.

"Hei ayo lah.. Kita bisa ikut dia," kata Kai pada Irene sambil tersenyum tapi mengarahkan Irene untuk masuk ke dalam mobil itu.

Dalam perjalanan itu Irene hanya diam, sambil mendengarkan Suho dan Kai yang asik bercerita bahkan sampai tertawa bersama, sedangkan Jee yang ada di pangkuannya sudah tidur dari tadi.

Saat tiba di gedung megah itu, tiba-tiba saja hati Irene menjadi pedih mendapati setiap sudut bangunan itu mengandung kenangan masa lalunya bersama Suho. Kecanggungan juga menyelimuti hati Kai, dia dilanda kebingungan, bagaimana harus bersikap, harus kah mengajak Irene tinggal di apertemennya atau bagaimana Kai tidak tau, jadi Kai memutuskan untuk diam dan membiarkan Irene bertindak sendiri.

Irene membuntut Kai yang sibuk mengdong Jee, Suho juga mengikuti mereka. Jarak apertemen Suho dan Kai hanya dua pintu, belum ada yang berubah.

Sekali lagi Kai mengalahkan egonya dengan berbohong "Hais! Aku lupa sandi apertemenku, aah bagaimana ini," kata Kai sambil tertawa.

"Kalian bisa pakai apertemenku dulu," kata Suho "Kita ke hotel saja," sahut Irene dan membuat Suho terdiam seketika. "Kasihan Jee, dia terlihat sangat lelah," kata Kai.

Setelah perdebatan panjang akhirnya Irene kalah dalam adu argumen itu dan tak ada pilihan lain selain menuruti semua yang dikatakan oleh Kai.

***

"Kenapa kau berbohong?" tanya Suho pada Kai, Kai hanya memasang wajah pura-pura tak mengerti "Ayo lah! Aku melihat kau sudah membuka kunci pintu apertemenmu tadi," kata Suho dan membuat Kai tertawa "Aa.. Aku ketahuan," katanya.

"Agar kau bisa punya kesempatan bicara pada Irene," kata Kai "Terbuat dari apa hatimu? Kau mencintainya tapi kau berulang kali mendorongnya ke arah ku," kata Suho.

"Karena aku tau cintanya bukan milikku," kata Kai sambil tertawa meski hatinya begitu pedih dan menderita. "Kau harus membuatnya perca padamu, cintanya belum berubah sedikit pun," kata Kai.

"Terimakasih banyak," kata Suho tulus sambil menepuk bahu Kai "Hanya ini yang bisa ku lakukan untuknya dan Jee," sahut Kai "Mereka membutuhkan mu," tukasnya.

***

Jantung Irene berdebar saat memasuki kamar itu lagi untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

Irene membaringkan tubuh Jee di ranjang besar itu, lalu menatap ke sekitarnya.

Seketika jantung Irene terasa melorot, tangisnya pecah saat melihat ke adaan kamar itu, tak ada yang berbeda bahkan semua barangnya masih tersusun rapih disini.

Irene menatap dinding yang dipenuhi dengan barang-barang sarat kenangan itu, tangis Irene kian pecah saat melihat ranjang bayi di sudut kamar itu, belum lagi puluhan bahkan ratusan kado yang bahkan bungkusnya sudah mulai buram termakan waktu.

Irene terduduk di lantai, menangis kencang sambil membekap mulutnya sendiri, hatinya sunggu sesak dan begitu merasa kasihan pada pria itu.

"Aaaahh..!" kata Irene sambil menbekap mulutnya, Irene tak kuasa menahan tangisnya lagi, Irene hanya mau melampisakan semua yang sudah dipendamnya ini.

***

Emosioal sekali part ini, sumpah ini aku nulis sambil mewek, ntah emosinya sampe atau enggak ke kalian yang baca.

Crazy in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang