Update lagi guys, jangan males vote sama komen ya ntar akunya males juga 😆
Selamat membaca guys!
***
Cairan memabukan ini biasanya ampuh membuatku tenang dan lupa. Kusesap berlahan sambil memejamkan mataku, menikmati setiap mili cairan itu memenuhi rongga mulutku dan akhirnya mengalir dengan anggun melewati tenggorokan.
Aku tak pernah merasa sekacau ini, aku begitu hancur dan sedih. Aku tak marah pada siapa pun, aku marah pada diriku sendiri, aku maeag pada sikap dan sifatku. Dia selalu bilang aku tak pantas disebut manusia, maka anggap saja aku memang bukan manusia.
Selalu ada cerita yang dijadikan alasan atas semua pristiwa, entah itu cerita penuh bunga atau cerita penuh duri. Dalam hidupku yang kelam penuh derita kudapati dia, dia yang bisa membuatku bahagia hanya dengan tatap lembutnya, dia yang bisa membuatku tersenyum hanya dengan suara syahdunya.
Entah lah, semua orang bilang ini obsesi tapi aku meyakini setiap apa-apa yang ada dalam hati ini, setiap apa-apa yang kurasa dan dapat kupastikan ini adalah cinta. Aku tak bisa hidup tanpanya.
"Aku hamil! Aku mengandung anakmu! Kau akan menjadi Ayah!" kata-kata itu terus terniang di kepala Suho dan benar-benar membuat pria itu sungsing seperti orang gila.
"Tidak! Ini tak boleh terjadi," Suho merutuk sambil terus menangis sesegukan seperti anak kecil, Bobby hanya mengawasinya dari kejauhan, sambil menatap Bosnya itu dengan penuh rasa kesedihan.
Bobby sudah faham betul apa yang terjadi pada Suho, bahkan Bobby juga pernah melihat Suho hampir mengakhiri hidupnya, dia memang merasa sangat dekat dengan Suho, dia merasa bahwa Suho juga sangat menyayanginya seperti seorang Kakak, tapi semua itu tak membuat Suho mau menceritakan masalahnya pada Bobby.
"Aku tak bisa hidup tanpamu, aku tak bisa membuatmu bersedih tapi aku tak mau menjadi Ayah! Aku tak pantas," Suho terus merancuh sambil menangis dan gelasnya juga tak pernah kosong, Suho begitu mabuk dan akhirnya tertidur di meja Bar itu.
***
Jam empat pagi, Suho baru saja sampai rumah dan tentunya diantar oleh Bobby karena dia masih sedikit mabuk.
Masih dengan perasaan kacaunya Suho masuk ke dalam kamar dan menemukan Irene yang masih tergeletak di lantai, sama seperti saat ditinggalkannya tadi, entah lah sebenarnya Irene tertidur atau bahkan pingsan di atas marmer dingin itu.
Perlahan Suho mengangkat tubuh ringkih itu, seketika Suho kembali menangis melihat tubuh Irene yang sangat kacau, pinggir bibirnya memar, jidatnya juga masih ada bekas darah.
Suho mengambil air lalu membersihkan luka Irene, Irene masih memejamkan matanya padahal sudah lama Irene terbangun tapi memilih untuk tetap memejamkan matanya, karena tak mau menatap wajah pria itu.
Irene mencium aroma alkohol dari tubuh yang tengah mendekapnya itu, sungguh Irene ingin sekali mutah karena tak tahan dengan aroma menyengat itu.
"Aku tak bisa hidup tanpamu," bisik Suho pada telinga Irene "Tapi aku benci keadaan kita sekarang Rene.. Kenapa kau tak pernah mendengarkan aku, aku tak mau punya anak Rene," lirih Suho dengan begitu pilu sedangkan Irene masih berusaha menahan amarahnya.
"Haruskah aku membunuhmu? Haruskah kurenggut nyawamu dengan tanganku sendiri, agar bisa lepas darimu yang tak punya hati," gumam Irene dalam hati sambil merasakan deruh nafas pria itu di lehernya.
Deruh nafas Suho sudah teratur dan artinya pria itu sudah lelap dalam tidurnya. Irene menatap wajah yang sudah terlihat tenang itu "Kapan kau akan menjadi manusia?" tanya Irene pada Suho yang bahkan tak bisa mendengarnya karena memang sudah lelap dalam tidurnya.
"Kau bilang tak bisa hidup tanpaku, tapi bagaimana aku bisa hidup denganmu jika kau masih saja terus begini," kata Irene sambil menatap Suho "Aku tak akan sanggup menghadapimu lagi, apa yang membuatmu begitu terobsesi padaku yang biasa saja," sambung Irene
"Kenapa kau sangat merasa takut menjadi seorang Ayah, apa salahnya menjadi Ayah? Jika benar-benar begitu kenapa tak izinkan aku dan bayimu pergi saja, biarkan kami pergi jauh darimu dan kau bisa mencari wanita lain lagi," kara Irene dan kembali menangis.
***
Irene terbangun dengan seruh badan terasa sakit, pelum lagi luka robek di keningnya yang sekarang sudah tertutup perban. Irene memandang setiap sudut kamar besar itu tapi tak menemukan Suho di sana, Suho sudah tidak ada lagi di rumah.
Irene melangkahkan kakinya ke kemar mandi dan menatap pantulan dirinya di cermin, tubuhnya terlihat sangat mengenaskan.
Dengan langkah gontai Irene menuju dapur "Nyonya," kata Sunny dengan kaget saat melihat keadaan Irene "Nyonya, apa yang terjadi pada anda," kata Sunny membantu Irene duduk di kursi "Tak apa, aku tak apa," kara Irene sambil tersenyum.
"Nyonya ingin makan sesuatu?" tanya Sunny "Tidak, aku belum lapar, tolong ambilkan aku air putih saja," kata Irene "Baik lah," jawab Sunny dan langsung mengambilkan Irene segelas air putih.
Sunny hanya mampu menatap wanita yang terlihat sangat lemas itu, sambil betanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada wanita berhati baik itu "Etah apa yang dilakukan Tuan muda pada wanita malang ini," gumam Sunyy dalam hati masih dengan menatap Irene penuh perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy in Love
Romance"Selamat malam matahari, cepatlah datang aku sudah sangat rindu."