Tingkerbell & Peterpan

187 11 1
                                    

Mungkin kalian tidak tahu atau memang sama sekali tidak tahu siapa sebenarnya Tingkerbell dan peterpen di sini karena memang aku tidak pernah memberitahukannya dari awal. Tingkerbell & Peterpan adalah sebuah panggilan yang selalu ku gunakan untuk salah satu sahabat ku sejak kecil. Kami pernah tinggal di indonesia sebelum aku memutuskan untuk ikut Ayah ku ke Paris karena alesan yang sudah pernah aku katakan sebelumnya.

Dulu bisnis Ayah dan Bunda banyak membuat mereka suka pergi-pergi ke luar mengurus urusan bisnis mereka dan sering membawa ku untuk ikut dengan mereka. Saat itu memang Bik Airin sudah bekerja dengan kami karena dulu dia memiliki anak dan suami jadi Bunda tidak membawanya untuk selalu ikut kami, Bunda menyuruhnya untuk menjaga rumah di indonesia.

Kalian juga mungkin sudah tahu jika aku seorang bisu. Iya gadis bisu yang tidak bisa bicara bahkan tidak memiliki teman. Anak-anak seusia ku tidak ada yang ingin bermain bahkan dekat dengan ku selama aku tinggal di Korea. Kami memang tidak memiliki keturunan dari Korea berhubung cabang bisnis Ayah ku ada di sana dan di awasi oleh nenek ku itulah kenapa kami juga memiliki rumah di sana dan suka ke sana. Aku benar-benar kesepian, hidupku sangat membosankah.

Aku selalu menghabiskan waktu ku bersama dengan nenek dan juga Bunda ku di dalam rumah. Aku bahkan tidak pernah keluar rumah, aku menganggap dunia luar adalah dunia yang menyeramkan. Seakan aku akan di telan hidup-hidup jika aku pergi keluar sendirian. Di tambah lagi tatapan orang-orang yang selalu menatap ku dengan tatapan mengejek bahkan tidak suka. Tatapan mereka seakan bisa menelanjangi diri ku dan mengoyak kulit-kulit ku. Itulah aku tidak pernah ingin keluar rumah jika tidak bersama dengan orang tua ku atau nenek.

Seakan aku akan di telan hidup-hidup jika aku pergi keluar sendirian. Di tambah lagi tatapan orang-orang yang selalu menatap ku dengan tatapan mengejek bahkan tidak suka. Tatapan mereka seakan bisa menelanjangi diri ku dan mengoyak kulit-kulit ku. Itulah aku tidak pernah ingin keluar rumah jika tidak bersama dengan orang tua ku atau nenek.

Suatu hari aku bermain di halaman rumah nenek ku, saat itu aku bermain bola yang baru saja di beli oleh Ayah untuk ku. Mungkin saat itu aku bermain sangat semangat tanpa ku sadari bola tersebut terlempar jauh dari halaman rumah nenek ku. Tidak ada orang satupun saat itu yang mengawasi ku, aku bermain sendirian. Aku sempat menoleh kearah dalam rumah.

Tidak mungkin aku membangunkan nenek yang tengah tidur, dia pasti lelah sehabis pulang dari kebunnya karena dia sangat suka berkebun tapi aku sangat takut untuk keluar sana. Rumah nenek berada di pinggri jalan yang sering di lalui banyak kendaraan. Jika aku tidak mengambil bola itu aku takut nanti Ayah akan kecewa kepada ku dan tidak akan membelikan mainan lagi kepada ku, jadi aku menguatkan hati ku untuk berani berjalan ke luar mengambil bola tersebut.

Aku mulai berlari menghampiri bola yang berwarna Pink tersebut dengan sangat cepat karena memang aku takut. Tanpa ku sadari ada sebuah mobil yang melaju dengan sangat kencang ingin menabrak ku saat aku hendak kembali ke rumah nenek.

Aku ingin menjerit saat itu tapi tidak bisa, sekeras apapun aku berusaha suara itu tidak keluar dari mulut ku. Berharap ada seseorang yang menolong ku saat ini, atau jika tidak ada maka aku akan pasrah membiarkan diri ku ini di tabrak oleh mobil tersebut. Dengan segala rasa takut ku aku menggenggam bola itu sangat kuat dan memejamkan mata ku. Aku tidak mendengarkan apa-apa saat itu, sampai dimana tubuhku terbanting entah kemana.

Aku pikir aku sudah di tabrak, tapi kenapa aku tidak merasakan sakit apapun, kenapa aku tidak mati saat itu justru aku masih bernapas. Dengan perlahan aku membukakan mata ku untuk melihat apa ynag sebenarnya terjadi. Saat aku membuka mata yang pertama kali ku lihat adalah wajah seorang anak laki-laki bertubuh gendut tengah memeluk ku saat itu.

The Story About Senja| The End ✔ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang