Warmth

197 12 0
                                    

Pikirannya kacau saat ini, dia benar-benar tidak bersemangat untuk pergi ke kantor melakukan pekerjaanya. Pikirannya hanya satu, bagaimana keadaan anaknya setelah apa yang sudah dia lihat tadi. Dia benar-benar takut saat ini, apakah dia harus kehilangan orang yang berharga untuk kedua kalinya?.

Di sepanjang jalan dia hanya bisa menangis membayangkan betapa kejamnya dia kepada anaknya itu.

Anak sialan, kau anak pembawa sial. Menjahlah.

Tiba-tiba saja kilasan bayangan menghantunya lagi, semua sangat jelas terlihat bagaimana dia menyiksa dan memukul anak gadisnya itu.

KAU ANAK PEMBAWA SIAL!!!!

KENAPA KAU TIDAK MATI SAJA… KENAPA… KENAPA HARUS BUNDA MU HAA!!!

PLAKK!!!!

Hatinya begitu nyeri saat bayangan tersebut beralih pada saat dia menampar dan menendangi anaknya dalam keadaan mabuk. Air mata terus saja membasahi pipinya saat ini.

AKU MENYESAL PUNYA ANAK SEPERTI MU

PLAKK!!!

BUGH…

SEHARUSNYA KAU TIDAK USAH LAHIR KE DUNIA INI.

Ahn menginjak rem mobilnya secara tiba-tiba membuat kendaraan di belakangnya ikut menginjakkan rem juga secara mendadak.

“Shit… HEY, ARE YOU BLIND, WHY ARE YOU BREAKING SUDDENLY BASTARD!!!” umpat seorang di belakang mobil nya.

Sedangkan Ahn hanya diam saja dia tidak menyahuti omongan orang tersebut.

“Fuckk, Crazy Man” kemudiam orang tersebut melajukan mobilnya menjauh setelah puas mengumpat.

Bastard, Crazy Man

Kata-kata pria tersebut terngiang dalam pikirannya. Bukankah itu benar? Dia memang Ayah yang bajingan bukan, bahkan Ayah yang gila yang menyiksa anaknya sendiri tanpa alasan yang tidak jelas. Bahkan mengatakan hal-hal yang sepatutnya tidak dia katakana kepada anaknya.

Dia benar-benar tidak tahu jika putrinya itu selama ini sudah menderita. Dia bahkan sedih karena di tinggal Bundanya, di tambah lagi siksaan yang di berikan dan juga penyakit yang dia rasakan. Bukankah putrinya itu anak yang kuat menahan semua rasa sakitnya sendiri tanpa dia ketahui fakta sebenarnya. Dia benar-benar menyesal sudah melakukan hal sekejam itu. Meninggalkan anaknya selama 4 tahun tanpa kabar. Mengabaikannya saat anaknya itu sudah berada di dekatnya bahkan kembali menyiksanya lagi.

Tidak lama kemudian ponsel Ahn berbunyi pertanda panggilan masuk. Dengan segera dia menghapus air matanya saat melihat nama seseorang yang menghubunginya.

“Hallo Tuan Luka” ucapnya berusaha menstabilkan suaranya agar terdengar seperti biasa.

“Sekretaris Ahn… ini sudah jam berapa, kau ada di mana?”

“Maaf Tuan, tadi ada sesuatu yang aku urus. Aku sedang ada di jalan saat ini”

“Huh… baiklah, cepatlah kemari”

Sedetik kemudian telpon tersebut sudah mati. Dengan segera Ahn melajukan kembali mobilnya menuju ke kantor.

Malam ini pertemuan sudah selesai. Itu berarti pekerjaan Luka sudah berakhir. Dia segera mengemasi barangnya untuk segera pulang. Dia memiliki janji untuk bertemu dengan Senja malam ini dengan perasaan girang dia bergegas mengemasi semuanya.

Sadar kenapa atasannya itu bersikap seperti ini. Membuat Ahn bingung apa yang harus dia katakan kepada Luka. Haruskah dia mengatakan sesuai dengan apa yang sudah di beritahu kepadanya sebelumnya, atau dia harus mengatakan yang sejujurnya. Tidak, bukan kah mereka tidak mengizinkan Ahn untuk mengatakan yang sejujurnya. Jika boleh jujur pikiran Ahn saat ini tengah kacau sama halnya dengan perasaannya sama-sama kacau. Dia bahkan harus memasang topengnya malam ini agar Luka tidak mencurigainya.

The Story About Senja| The End ✔ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang