‘Setelah mendengar Bunda sudah tidak bisa di selamatkan, dari situ semuanya berubah’
Jocelyne hanya diam saja mendengar cerita Bik Airin dan juga Senja. Mereka saat ini tengah berada di rumah sakit, karena memang hari ini adalah jadwal check up Senja tentu saja dia tidak sendirian Bik Airin selalu menemaninya.
“Penyakit mu itu berarti keturunan Senja” ucapnya.
Sedangkan Senja dia hanya tersenyum saja mendengar perkataan dari tunangannya Luka ini.
‘Itulah kenapa sejak kepergian Bunda, selama 2 bulan aku menyalahkan Bunda yang tidak ingin mengatakan tentang penyakitnya’
“Tapi… kenapa kau tetap diam saja, saat Ayah mu menyiksa mu selama ini?”
‘Apa yang bisa ku lakukan, dia ayah ku bagaimanapun itu aku menyayangi nya. Dia yang aku punya saat ini, sudah cukup aku kehilangan Bunda aku tidak ingin kehilangan Ayah’
“Kau harus jujur kepada mereka Senja, terutama Ayah mu agar dia bisa sadar dengan semua perbuatannya”
‘Tidak, biarkan saja ini jadi rahasia kita. Aku tidak ingin di kasihani oleh siapapun. Aku hanya ingin Ayah akan berubah dengan sendirinya bukan karena mendengar penyakit ku’
Baik Jocelyne dan Bik Airin hanya bisa diam saja. Mereka tidak bisa memaksakan Senja.
‘Aku tidak bisa terus-terusan berbohong seperti ini, apa yang harus ku lakukan’ ucapnya dalam hati.
Keheningan yang terjadi di antara mereka terpecah saat suara deringan ponsel terdengar. Suara tersebut berasal dari ponsel Senja, gadis itu mengambil ponselnya dan melihat siapa yang sedang menghubunginya. Jocelyne yang berada di dekat Senja bisa melihat siapa yang saat ini tengah menghungi Senja.
Dia adalah pria yang sudah membuat prasaannya sakit namun dengan bodohnya Jocelyne masih saja mencintai pria tersebut bahkan dia membantu gadis yang bisa di bilang merebut Luka dari nya.
“Angkat saja Senja, jika kau abaikan dia akan curiga”
Dia memberikan ponsel tersebut kepada Bik Airin, memang seperti itu saat Luka menelpon maka Bik Airin yang akan berbicara.
“Hallo Luka”
“Hallo… Bik kalian di mana?”
Bik Airin sempat melihat kearah Jocelyne dan Senja dia bingung ingin menjawab apa, kemudian Jocelyne mengambil Ponsel tersebut.
“Hai dude”
“Celyne… kau sedang bersama Senja dan bik Airin?”
“Iya… aku sedang bosan jadi aku mengajak mereka jalan-jalan. Ada apa?”
“Kenapa ada Bik Airin?”
“Heii… ada apa dengan mu, itu hak ku aku ingin mengajak siapa saja. Lagian apa urusannya dengan mu”
“Huh… aku hanya bertanya, Senja di mana dia?”
“Dia sedang makan, sudah lah kau mengganggu saja”
“Bilang kepada Senja untuk membalas pesan ku”
“Oke… Bye”
Kemudian Jocelyne mematikan telpon tersebut.
‘Apa yang dia katakan?’ tanya Senja.
“Dia bertanya kita sedang di mana, dia juga meminta mu membalas pesannya”
“Ya udah, ayok kita keluar aku akan mengantar kalian”
Jocelyne tengah membantu Bik Airin merapikan barang-barang yang mereka bawa. Senja memberi kode kepada Bik Airin untuk keluar terlebih dulu dan di turuti Bik Airin.
Senja memegang tangan Jocelyne membuat gadis itu menghentikan aktifitasnya dan menoleh kearah Senja.
“Ada apa, apa ada yang sakit?” tanya-nya panik.
‘Aku tahu apa yang kau rasakan, kenapa kau ingin membantu ku padahal kau tahu kenyataannya ini menyakiti mu. Jujurlah dengan prasaan mu Jocelyne dan rebutlah Luka dari ku’.
Gerakan tangan yang membentuk sebuah kalimat panjang. Sebagai pengganti dari suatu ucapan yang ingin Senja sampaikan membuat Jocelyne hanya bisa diam menatap gadis di depannya ini. Ini benar-benar terasa sulit.
Jocelyne terjebak dalam sebuah ruangan yang hanya berisi dirinya, Luka dan juga Senja. Bayangkan saja, jika kalian di posisinya mungkin kalian akan merasa bingung harus bertindak dan melangkah kearah mana agar tidak membuatnya jatuh ke dalam sebuah lubang yang nantinya bisa membuat dia merasa bersalah.
'Ribuan carapun aku berusaha kalo yang dia cintainya hanyalah diri mu, aku tidak bisa berbuat apa-apa tetap saja hanya sakit yang akan aku rasakan’ ucapnya dalam hati.
.
.
.(Jocelyne Chalondra)
(Luka Trinovela Bhaskara)
(Freya Mauryn Senja)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story About Senja| The End ✔ |
Romance~ Aku sang Senja dan dia lah sang Luka ~ Hal yang paling berat dalam mencintai adalah mengikhlaskan. . . . Penasaran??? Kepoin cerita nya langsung!