Pagi ini tubuh Senja begitu lemas, wajahnya pucat dan sedari tadi dia memegangi dadanya yang begitu sesak tak bisa dia tahan lagi. Dia hanya menangis menahan sesak di dadanya.
“Non… minum dulu obatnya”
Bik Airin memberikan obat tersebut kepada Senja, dia membantu Senja untuk bangkit duduk dan memberikan obat dan juga minum. Senja meminum obat tersebut, dia mulai mengatur kembali napasnya agar bisa kembali normal lagi. Lalu Bik Airin membaringkan kembali Senja.
“Non bagaimana ini, obatnya sudah habis. Kita tidak bisa seperti ini, lebih baik kita ke rumah sakit untuk periksa”
“Bahkan penyakit ini juga semakin hari semakin kumat, bibik takut jika ini sudah parah Non”
‘Tapi kita tidak memiliki uang banyak untuk ke rumah sakit bik, beli saja obat seperti biasa’ jawab Senja.
“Bibik ada kalung emas yang memang sengaja bibik simpan jika suatu saat perlu, kita gunakan itu saja non”
‘Enggak bik, sudah banyak benda yang bibik jual hanya untuk ku. Kali ini tidak’
“Tapi non…”
‘Aku gakpapa bik, tenang saja’
Bik Airin hanya bisa diam saja, dia sebenarnya kahawatir dengan kondisi Senja saat ini yang semakin hari semakin parah, tapi Senja tetap keras kepala tidak ingin memeriksakan penyakitnya ke rumah sakit.
Ingin sekali Bik Airin memberitahukan kondisi Senja kepada Ayahnya. Namun, Bik Airin menghargai Senja yang tidak ingin siapapun tahu penyakitnya kecuali dirinya dan Bik Airin.
“Istirahatlah Non, bibik akan masak makan siang dulu” ucap Bik Airin.
Lalu bik Airin menarik selimut untuk menutupi tubuh Senja, dan dia segera pergi keluar dari kamar itu menuju dapur.
Ini hari kedua Jocelyne ingin mengunjungi gadis itu lagi, dia hanya ingin menyadarkan gadis tersebut untuk mengerti perasaan Luka. Dia sudah lelah dengan perasaannya, dia tidak menyerah hanya saja dia ingin menahan perasaanya agar tidak terlalu sakit.
Dia ingin memberikan kesempatan kepada Luka untuk merasakan cintanya tanpa harus mengetahui perasaan Jocelyne yang sebenarnya.
Dia mengendari mobilnya menuju ke rumah Senja, dia tahu saat ini Luka tengah berada di Belanda mengurus meeting bisnisnya. Itulah kenapa dia berani untuk menemui Senja ke rumanya.
25 menit sudah dia di perjalanan menuju ke rumah Senja, hingga tibalah dia saat ini di rumah gadis tersebut. Dia memarkirkan mobilnya, lalu dia mulai keluar dan berjalan menuju rumah itu.
TOOKK TOOKK
TOOKK TOOKK
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story About Senja| The End ✔ |
Romance~ Aku sang Senja dan dia lah sang Luka ~ Hal yang paling berat dalam mencintai adalah mengikhlaskan. . . . Penasaran??? Kepoin cerita nya langsung!