CHAPTER 17

268 18 0
                                    

1 Bulan Kemudian

Sudah 1 bulan ini baik Luka dan Senja mereka sangat dekat sekarang membuat Bik Airin senang melihatnya karena Senja bisa tersenyum dan tertawa dengan orang lain yang tentu saja bukan dirinya.

Dia bahagia karena Luka bisa menerima kekurangan gadis itu, ingin berteman dengan Senja di saat semua orang malah menjauhinya dan tidak ingin berdekatan dengannya.

Sore ini Senja meminta Luka membawanya ke sebuah taman yang mampu melihat senja yang indah, alasannya karena Senja sedang merindukan ibunya.

Jika Luka boleh jujur dia sebenarnya tidak menyukai senja baginya senja merupakan pertanda perpisahan antara pagi hari menuju ke malam hari dan hal itu membuat Luka benci karena apapun yang belum bisa dia lakukan di pagi hari itu akan hilang seiring dengan pergantian hari mengingat mood Luka yang tidak menentu.

Namun apalah daya, yang memintanya untuk melihat senja adalah gadis yang dia sukai saat ini.

Semalam Luka sudah mencari tahu tempat mana yang bisa melihat senja dengan indah dan dia mendapatkannya di sebuah bukit yang jaraknya cukup jauh dari kota Paris memakan waktu 1/2 jam ke sana.

Jika orang lain yang meminta hal itu mungkin Luka akan memarahinya namun beda halnya dengan Senja dia akan menuruti semua keinginan gadis itu. Seperti sore ini mereka sedang dalam perjalanan menuju ke bukit yang di sarankan oleh Luka, dia sangat senang melihat Senja yang bersemangat untuk ke sana.

'Apa aku merepotkan mu Luka?' tanya Senja dengan bahasa isyarat.

"Tidak... tentu saja tidak, apapun itu asalkan kau bahagia aku juga ikut bahagia" ucap Luka.

Selama 1 bulan ini Luka berusaha keras untuk belajar bahasa isyarat, agar dia dengan mudah berkomunikasi dengan gadis ini. Dia lelah jika harus berbicara dengan Senja harus menunggunya menulis terlebih dulu, jadi ya semua kerja kerasnya membuahkan hasil dia mengerti bahasa isyarat walaupun dia masih harus belajar lagi.

"Kenapa kau sangat menyukai senja?" tanya Luka.

Senja menoleh sejenak kearah Luka dan tersenyum lalu kembali mengalihkan pandangannya kedepan.

'Karena Bunda juga menyukai senja, kau tahu Bunda terinspirasi dari keindahannya senja itulah sebabnya nama ku Senja' jelas Senja.

"Apa nama mu hanya Senja?" tanya Luka sekali lagi.

Senja menggeleng dan menuliskan namanya di sebuah kertas yang ada di dalam mobilnya Luka. Di kertas tersebut tertulis 'Freya Mauryn Senja' dan Luka sempat mengejanya lalu dia menatap Senja.

"Freya..., Dewi" ucap Sehun pelan namun masih bisa di dengar oleh Senja.

Gadis itu mengangguk pertanda membenarkan ucapan Sehun.

'Dewi Senja arti nama ku' ucapnya.

"Indah... artinya sangat indah sama seperti mu yang cantik layaknya seorang Dewi dan memancarkan pesona yang indah layaknya senja" jelas Luka.

Senja gadis itu hanya diam saja menatap Luka, seketika dia memalingkan wajahnya kearah jendela. Dia berharap Luka menganggapnya hanya sebatas teman tanpa melibatkan sebuah perasaan.

1/2 jam sudah mereka di perjalanan dan sampailah mereka saat ini di sebuah Bukit yang indah dan juga di sana sepi tidak ada orang cocok untuk menghilangkan stress dan juga penat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1/2 jam sudah mereka di perjalanan dan sampailah mereka saat ini di sebuah Bukit yang indah dan juga di sana sepi tidak ada orang cocok untuk menghilangkan stress dan juga penat.

Senja dia berlarian di bukit tersebut membuat Luka tersenyum melihatnya.

"Senja hati-hati nanti kau jatuh" pekik Luka memperingati Senja.

Dia berjalan menyusul Senja yang sudah berdiri di sebuah tebing menunggu kehadiran senja karena memang tujuan mereka untuk melihat senja yang indah bagi Senja.

"Apa kau senang?" tanya-nya kepada Senja.

'Emm... aku sangat senang, terimakasih Luka' ucap Senja menggunakan bahasa isyarat.

"Kau tahu Senja, aku sebenarnya tidak menyukai senja" ucap Luka.

Mendengar hal itu membuat Senja menatap kearah pria itu, seakan bertanya kenapa.

"Entahlah, aku bukan membencinya hanya saja aku tidak menyukainya. Senja memang memiliki warna yang indah untuk di lihat namun juga dia mengakhiri segalanya. Aku benci akan kata akhir atau perpisahan membuat ku tidak bisa melakukan banyak hal jika senja tiba. Bukan kah senja artinya adalah perpisahan. Perpisahan pagi menuju malam, dan aku sangat membenci kata perpisahan" jelas Luka.

Senja yang mendengar hal itu hanya diam saja menatap Luka yang berada di sampingnya. Melihat hal itu membuat Luka juga ikut menoleh kearah Senja, sehingga terjadilah kontak mata di antara mereka.

"SENJA, bukankah nama mu sama dengan-nya, kau memang indah bahkan lebih indah dari sinar senja yang terpancar, kau juga cantik sangat cantik seperti dewi sesuai dengan arti namamu Freya. Sejak aku mengenal mu, aku jadi menyukai yang namanya senja, aku berharap senja yang ada di hadapan ku bukan berarti perpisahan melainkan abadi"

Tubuh Senja menegang seketika mendengarkan setiap bait kata yang di ucapkan oleh Luka. Entah kenapa ucapan yang pria itu lontarkan tidak sesuai dengan kenyataannya. Ada rasa sedih di dalam hati-nya mendengar ucapan pria itu namun  dia hanya bisa tersenyum kepada Luka seakan membenarkan kalimat yang di ucapkan pria itu barusan.

Tidak lama kemudian sinar yang berwarna orange dan jingga mulai menyapa mereka membuat Senja menatap kedepan melihat matahari terbenam dengan senyuman indahnya.

'Bunda... aku merindukan mu, lihatlah pria yang berada di samping, dia teman ku yang bisa menerima kekurangan ku dan tidak malu membawaku untuk mengenal dunia' ucap Senja dalam hati.

'Tuhan... jika keabadian itu ada maka biarkan aku  bersama dengan Luka, jika memang takdir berkata lain izinkan kami mengukir cerita indah dan jangan buat dia membenci senja' lanjutnya dalam hati.

Sedetik kemudian air matanya tumpah, dan dengan segera dia hapus agar Luka tidak mengetahuinya.

"HEI... SENJA, LIHAT LAH GADIS DI SAMPING KU NAMANYA SAMA SEPERTI MU, TAPI DIA TIDAK AKAN MEMBERIKAN PERPISAHAN PADAKU SEPERTI MU" Teriak Luka di tebing bukit tersebut.

Setelah mengatakan hal itu, dia menarik Senja dalam pelukannya. Hangat itulah yang dirasakan oleh Senja, lebih hangat dari sebuah selimut yang ada di kamarnya, lebih hangat dari sebuah pelukan Bik Airin. Membuat Senja perlahan mengangkat tangannya dan membalas pelukan tersebut.

Matahari terbenam di bukit ini adalah saksi dari sebuah perasaan yang tulus, iya perasaan Luka kepada Senja tanpa Senja sadari bahwa pria yang memeluknya sudah jatuh dalam pesonanya.

The Story About Senja| The End ✔ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang