CHAPTER 10

335 26 0
                                    

Malam ini Senja sedang membantu Bik Airin yang tengah melipat pakaian di dalam kamarnya.

Sepulang dari kantor Ayahnya yang berujung di antar balik oleh Luka membuat Bik Airin sempat memarahinya karena khawatir bukan marah dengan cara memukul hanya saja Bik Airin khawatir pulang dari berbelanja melihat Senja tidak ada lagi di rumah.

‘Bik… jangan marah lagi, aku minta maaf’ ucap Senja menggunakan bahasa isarat.

Melihat Senja sedari tadi meminta maaf kepadanya membuat Bik Airin tidak tega melihatnya.

“Huh… lain kali kalo mau keluar bilang sama Bibik, apapun keadaannya sepenting apapun itu kamu harus tunggu Bibik Non. Kalo ada apa-apa di jalan bagaimana bibik bisa tahu” ucap Bik Airin.

‘Emm… aku minta maaf, lain kali aku akan mengatakannya kepada bibik dan menunggu bibik’

Melihat wajah Senja yang imut di hadapannya siapapun itu akan gemas melihatnya dan tidak jadi marah. Senja memang bisa menangkan keadaan atau suasana hati seseorang.

Bik Airin tersenyum lalu memeluk Senja, baginya Senja sudah menjadi bagian dari jiwanya dia tidak ingin apapun terjadi kepada gadis ini walaupun Senja tidak lahir dari rahimnya namun gadis ini bisa menggantikan kepergian putrinya dulu.

“SENJA!!!! DI MANA KAMU?”

Mereka yang saat ini tengah berpelukan terpaksa melepas pelukannya saat mendengar teriakan Ayahnya di luar sana.

Senja segera berdiri dan keluar untuk menghampiri Ayahnya.

PLAKK!!!

Sebuah tamparan melayang kearah pipinya Senja, membuat Bik Airin terkejut membekap mulutnya jelas itu sangat sakit.

“Berani-beraninya kamu ke kantor, aku sudah bilang jangan keluar dari rumah ini kenapa kau tidak mendengarnya ha !!! apa kau sangat menyukai siksaan yang aku beri!!!”

PLAKKK!!!

Tamparan kali ini berhasil membuat Senja terjatuh, kepalanya membentur kaki meja dan mengeluarkan darah.

“HENTIKAN! kenapa anda selalu menyiksa nya Tuan. Dia tidak bersalah, aku lah yang bersalah ini salah ku….” teriak Bik Airin menghampiri Senja dan membawanya dalam pelukan.

“Aku sudah bilang jaga anak sialan ini jangan biarkan dia keluar”

Saat pak Ahn ingin menampar Bik Airin namun tangannya di tepis oleh Senja yang sudah menatapnya dengan berlinang air mata dan juga darah yang keluar dari jidatnya. Melihat itu Pak Ahn melepaskan tangannya

‘Jangan pukul Bibik, pukul aku saja’ ucap Senja menggunakan bahasa isyarat.

Bukannya memukul melainkan pak Ahn meninggalkan mereka dari sana dan pergi menuju kamarnya.

Setelah kepergiannya pak Ahan, tiba-tiba tubuhnya Senja ambruk untung aja Bik Airin cepat menangkap tubuhnya Senja.

Senja pingsan dan Bik Airin segera membawanya kedalam kamar, dia mulai memberikan minyak angin agar Senja sadar. Bik Airin juga mengipas - ngipasin Senja, pipinya sedari tadi sudah basah karena menangis kenapa gadis lemah ini mendapatkan perlakuan kasar seperti itu oleh Ayah kandungnya sendiri.

Senja saat ini sudah sadar dia memegangi dadanya, segera Bik Airin mendudukkannya dan memberinya obat setelah itu di suruh nya Senja istirahat tak lupa juga Bik Airin mengobati luka yang ada di keningnya Senja, mata gadis itu terpejam dengan wajah yang pucat dan tubuh gemetar sambil memegang erat baju bik Airin.

Bik Airin tahu jika saat ini Senja sedang menahan rasa sakitnya dan merasa takut, Bik Airin hanya bisa menangis perihatin melihat gadis malang di hadapannya ini.

Jika saja Bunda Senja masih hidup, nasib gadis malang ini tidak akan seperti ini. Jika saja dia memiliki banyak uang maka dia akan membawa Senja pergi jauh dari jangkauan Ayahnya, dulu dia pernah memberi saran untuk Senja ikut bersamanya tetapi gadis ini tidak mau. Dia masih ingin bertahan sampai Ayahnya nanti menemuinya.

The Story About Senja| The End ✔ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang