Dares tentu saja tahu dengan Jocelyne, tetapi memang dia tidak seakrab itu dengan gadis yang bersetatus menjadi calon tunangan sahabatnya itu.
Gadis itu memang bekerja di bidang kedokteran dan baru ini dia mengunjungi rumah sakit milik gadis tersebut itupun karena Senja. Dia bahkan baru tahu jika Jocelyne bisa di katakan dokter pribadinya Senja, bahkan Dares saja bingung kenapa gadis itu sangat baik kepada Senja.
“Bagaimana rencana pertunangan mu dengan Luka?”
Jocelyne yang saat ini sedang duduk di hadapan Dares di kantin rumah sakit kini menatap pria itu lalu dia tersenyum tipis.
“Emm.... entah lah, aku juga tidak tahu kami belum memutuskan tanggalnya”
“Kenapa seperti itu, bukannya ibu Luka sudah memaksa”
“Sangat sulit menentukan karena bukan aku yang dia inginkan” jawab Jocelyne santai.
Mendengar hal itu Dares diam menatap Jocelyne, apa gadis ini tahu sesuatu pikirnya.
“Apa kau tahu yang sebenarnya?” tanya Dares pelan dan di balas Jocelyne dengan senyuman.
“Tentu saja aku tahu semuanya, itulah kenapa aku belum bisa menentukannya”
“Lalu kenapa kau ingin menjadi dokter pribadinya Senja?”
“Bukankah tugas dokter membantu orang yang sakit.... dan aku saat ini tengah menjalani tugas dan sumpah ku. Aku mengenyampingkan semua fakta yang ku terima hanya untuk nyawa Senja. Bukankah dia gadis yang sangat di cintai Luka, jika Luka sangat bahagia dengannya maka aku akan membiarkannya”
Dares benar-benar terkejut mendengar penjelasan yang di lontarkan oleh Jocelyne. Dia tidak menyangka gadis itu bisa sekuat ini menghadapi fakta yang dia terima. Jelas Dares tahu jika Jocelyne sudah sangat lama memendam perasaan kepada Luka dan gadis itu dengan mudahnya menjawab itu.
Mungkin jika itu di posisi gadis lain mereka tidak akan melakukan hal yang sama dengan apa yang Jocelyne lakukan. Mereka mungkin akan meninggalkan Luka atau mungkin membalas dan menyumpahi pria itu.
“Senja.... gadis itu memang sangat beruntung dia memiliki 2 pria yang sangat menyayanginya, bahkan perduli akan dirinya. Seharusnya gadis itu tidak akan menyerah karena dia memiliki kalian berdua”
“Apa yang kau katakan, kau bahkan lebih beruntung di bandingkan dirinya”
“Dalam faktor lain mungkin iya, tetapi tidak untuk masalah cinta” ucapnya dengan senyuman.
“Maka dari itu, anggap aku juga sahabat mu sama seperti Senja. Kau bisa menggapku teman mu jika sulit menggap ku sahabat” tawar Dares tulus.
Jocelyne yang semulanya tersenyum kini raut wajahnya berubah menjadi sendu. Entah kenapa tetapi dia merasa senang saat Dares mengatakan hal itu kepadanya. Dengan cepat dia mengatur kembali emosinya.
“Tidak mungkin karena nanti Senja akan cemburu”
“Tentu saja tidak, Tingky ku bukan orang seperti itu aku sudah sangat mengenalnya”
“Tingky....? " tanya Jocelyne dengan menaikkan satu alisnya.
“Emmm.... panggilan sayang kami. Tingkerbell dan Peterpan” jawab Dares senang
“Hahaha, sangat berlebihan”
“Apanya yang berlebihan, itu bagus kok”
“Ya ya ya, terserah kau saja”
Dares hanya tersenyum saat melihat Jocelyne yang sudah mulai tertawa dan tersenyum. Setidaknya dia bisa menghibur gadis itu dari rasa sedihnya pikir Dares. Dia sangat tidak suka melihat seorang wanita yang menangis atau bahkan di siksa oleh pria karena memang dia buka pria yang seperti itu.
Kini mereka kembali lagi ke rumah sakit untuk menemui Senja. Karena memang Aritmia Senja kumat saat itu hingga dia di bawa ke rumah sakit ini.
Sampai jumpa di
"last Chapter"
Don't forget to vote and comment***
Jangan lupa baca "Dream Catcher " .
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story About Senja| The End ✔ |
Romance~ Aku sang Senja dan dia lah sang Luka ~ Hal yang paling berat dalam mencintai adalah mengikhlaskan. . . . Penasaran??? Kepoin cerita nya langsung!