Chapter 34

199 17 0
                                    

“Kau belakangan ini selalu sibuk dengan Jocelyne, apa ada yang kalian sembunyikan?”

‘Tidak ada yang kami sembunyikan, aku merasa memiliki teman saja karena dia sangat baik sama seperti mu’ jawab Senja.

Saat ini Luka berada di rumahnya Senja, dia hanya ingin mampir sedengat sebelum lanjut pergi lagi ke kampusnya.

“Senja kenapa aku merasa kau semakin terlihat kurus dan juga pucat tidak seperti biasanya”

Senja yang mendengar itu pun sedikit terkejut namun dia bisa mengontrol ekpresi wajahnya. Bagaimanapun Luka tidak boleh mengetahui jika dia memang sedang sakit saat ini.

‘Itu perasaan mu saja, aku baik-baik aja kok’ jawabnya sambil tersenyum.

“Oh ya… tapi kau mudah sekali lelah belakangan ini jika aku mengajak mu jalan keluar, kau tidak menyembunyikan sesuatu kan?”

‘Tentu saja tidak, sudah lah aku tidak apa-apa. Kau harus pergi nanti kau terlambat’

“Hemm… ya sudah aku pergi dulu, jika kau sakit kasih tau aku okey. Aku tidak ingin ada kebohongan di antara kita Senja”

Sedangkan Senja hanya membalasnya dengan senyuman, lalu pria itu berjalan keluar untuk menuju ke kampusnya. Dia juga berpamitan dengan Bik Airin.

“Nona… seharusnya nona mengatakan yang sejujurnya kepada Luka”

Senja sempat menolehkan kepalanya kepada Bik Airin dan menatap Bik Airin.

‘Jujur ataupun Bohong semuanya akan sama menyakitkan dan menyakitinya Bik, tidak ada bedanya. Lebih baik aku berpura-pura seperti ini’

“Setidaknya jika nona jujur dia tidak akan begitu sakit di bandingkan saat dia mengetahui nona membohonginya”

‘Aku lelah bik, aku ingin istirahat’

Kemudian Senja meninggalkan Bik Airin sendirian di ruang tamu tersebut. Dia berjalan menuju kedalam kamarnya, Bik Airin dia hanya memandang sedih kepada gadis itu.

“Ini akan membuat dirimu sakit non, jika terus-terusan seperti ini tanpa ingin mengatakan kejujuran mengenai apa yang kau rasakan” ucap Bik Airin bermonolog.

Dia tahu jika Senja juga memiliki perasaan kepada Luka pria yang memiliki paras tampan tersebut hanya saja dia menyembunyikan semuanya, dia menutupi itu dengan bersikap seakan dia hanya menganggap Luka adalah temannya. Tanpa dia ketahui jika perasaan tersebut telah tumbuh dalam hatinya sejak dia bertemu dengan pria itu.

Bukankah ini akan menyakiti Senja, bagaimanapun orang yang menyimpan semua perasaannya tanpa ingin mengatakan yang sejujurnya itu akan lebih menyakitkan dari pada mendengar sebuah penolakan. Betul bukan?.

Sedangkan Senja yang berada di dalam, dia membuka sebuah buku diary

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sedangkan Senja yang berada di dalam, dia membuka sebuah buku diary. Buku yang sudah menemaninya bertahun-tahun ini. Buku yang sudah menjadi bagian dalam hidupnya karena dia mencurahkan hampir separuh hari-harinya di sana.

Saat ini dia ingin menulis kembali, menulis sebuah kalimat yang ingin dia sampaian kepada seseorang. Kalimat yang dia harap suatu saat nanti orang tersebut dapat membacanya. Hidup ini tidak ada yang abadi bukan? Begitupun dengan manusia, makhluk hidup dan juga perasaan. Semuanya tidak ada yang abadi, mereka akan hilang jika waktunya tiba, akan lebur di telan masa dengan perlahan.

Senja yakin jika perasaan Luka juga akan lebur di telan masa setelah kepergiannya dan akan di gantikan dengan seseorang yang sudah Senja harapkan mampu memberikan kebahagiaan dan juga cinta yang tak bisa lagi dia berikan nantinya. Biarkan dia membawa perasaanya ini sendiri tanpa harus pria itu mengetahui semua perasaannya. Terlalu banyak orang yang sudah dia repotkan, terlalu banyak orang yang sudah terlibat kedalam kehidupannya.

Dia tidak ingin membebani Luka dengan perasaannya, jika pria itu mengetahui kejujuran tentang perasaanya maka itu akan membuat pria itu sulit melepaskannya. Biarkan dia menjadi sebuah kenangan yang pernah mewarnai kehidupan pria itu, yang pernah menjadi penerang dalam hidup pria itu dan satu-satunya wanita yang mampu merubah dirinya. Hanya itu dan tidak lebih, Senja berharap dia tidak akan membenci sebuah kata “senja” hanya karena dirinya.

‘Maafkan aku… maafkan aku’ ucapnya dalam hati dengan tetesan air mata yang jatuh membasahi pipinya dan juga terjatuh mengenai lembar terakhir buku diary yang dia tulis.

Dia menyelipkan sebuah kertas di dalam diary tersebut.

The Story About Senja| The End ✔ |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang