Pemuda manis itu berjalan memasuki cafe kecil di tengah kota itu. Meski kecil, setidaknya setiap harinya pasti ada pengunjung yang setia datang ke sana.
"Selamat sore,"sapa seorang gadis yang berdiri di depan kasir ketika melihat pemuda manis itu memasuki cafe.
"Selamat sore juga, Somi. Maaf aku sedikit terlambat, tadi ada kelas tambahan tiba-tiba,"kata Felix sambil tersenyum.
"Iya gakpapa. Udah ke belakang sana, Kak Jinsol masih ada,"
"Oke,"kata Felix. Felix lalu berjalan menuju dapur belakang.
"Oh Felix, kamu udah datang,"kata seorang gadis yang mungkin lebih tua beberapa tahun darinya.
"Maaf Kak aku terlambat, tadi ada kelas tambahan dadakan,"kata Felix sambil mengusap tengkuknya tidak enak.
Jinsol melempar senyuman. "Gakpapa, hari ini Kakak gak ada jadwal kuliah juga kok,"
Felix mengangguk sambil mengambil baju khas cafe itu.
"Beruntung Pak Kim lagi gak ada, jadi kamu gak akan dimarahin,"kata Jinsol.
"Karena kamu udah datang aku pergi dulu ya. Aku ada janji dengan temanku,"kata Jinsol.
Felix mengangguk. "Oke Kak,"kata Felix.
Felix, pemuda manis itu lalu menggunakan seragam kerjanya. Beginilah hidup Felix.
Felix adalah seorang pemuda sederhana yang kecilnya hidup di suatu panti asuhan. Selama di panti, Ia mencoba mencari cara untuk mendapat uang.
Dimulai saat umurnya 11 tahun, karena masih terlalu kecil Ia tentu saja tidak akan bisa mendapat kerjaan apapun.
Berakhir Ia harus mengemis kesana kemari, hingga Ia bertemu seorang pemuda yang masih SMP saat itu.
Orang itu sangat baik, namanya Bangchan. Ia tertarik melihat seorang anak berusia 11 tahun yang mengemis sendirian.
Hingga akhirnya Ia tahu bagaimana hidup Felix dan mulai sering mengunjungi panti asuhan untuk membantu Felix.
Keluarganya juga baik pada Felix. Hingga mereka membantu menyekolahkan Felix saat SMP. Kebetulan panti masih menanggung biaya hingga SD.
Namun seiring dewasanya Felix, Ia mulai sadar bahwa Ia tidak bisa terus bergantung pada keluarga Bang.
Jadi saat lulus SMP, ia mencoba mencari kerjaan sampingan dan kebetulan sekali cafe tempat Ia bekerja sekarang tengah mencari pekerja.
Meski perlu perjuangan untuk Felix agar bisa bekerja karena umurnya yang sebenarnya masih terbilang muda, tapi akhirnya Ia diterima.
Felix mulai menarik diri dari keluarga Bang, keluar dari panti, dan menghilang setelah lulus SMP. Meski harus menunda sekolah satu tahun untuk mengumpulkan biaya hidup.
Lalu setelah dapat cukup banyak uang, Ia mencoba masuk ke suatu sekolah melewati jalur beasiswa karena saat SMP dia memang sangat berprestasi.
Dan hingga sekarang, menginjak kelas 11 di SMA Garuda. SMA bergengsi yang terkenal akan murid-murid kalangan atas dan terpandang.
Mungkin kalian berpikir, mengapa Ia tidak masuk sekolah biasa? Alasannya karena Ia ingin mengubah hidupnya.
"Apa yang kau lakukan? Segera bekerja!"tiba-tiba terdengar teriakan dari pintu dapur.
Felix tersadar akan lamunannya dan menoleh. Ternyata ada Pak Kim, pemilik cafe yang sangat galak itu.
"M-maaf Pak, s-saya tad-"
"Cepat saja bekerja! Dasar anak miskin, tidak berguna,"kata Pak Kim itu lalu menutup pintu dengan keras.
Felix menghela nafasnya lalu menutup matanya. Tentu saja Ia kuat, Ia sudah biasa mendapatkan hal itu.
***
Pemuda berparas tampan itu memasuki ruangan luas yang sudah diisi tiga orang lain di sana.
"Dari mana, bro?"tanya seorang pemuda bertubuh boncel, Changbin.
"Biasa ladenin sampah-sampah,"kata pemuda tampan itu lalu langsung melemparkan tubuhnya ke sofa empuk.
"Siapa lagi sekarang?"
"Joela anak IPS 5,"kata Hyunjin lalu menutup matanya.
"Weh yang ke sekolah suka make up-an itu?"sahut Minho.
"Hm,"jawab Hyunjin seadanya, tidak tertarik sama sekali dengan pembahasan sekarang.
Dia Hyunjin, anak dari pengusaha kaya yang sangat terkenal. Hwang Jinyoung dan Hwang Nayeon.
Hidup dengan berkelimpahan, disertai paras tampan membuat Hyunjin sangat terlihat sempurna.
Mempunyai banyak teman dan penggemar kalangan perempuan maupun lelaki manis.
Namun sayang, hidupnya tidak sesempurna kelihatannya. Ayahnya sangat keras dan terus saja mengekangnya membuatnya merasa tidak bebas.
"Bokap lo gak bakal marah lo main?"
"Bodo, paling lagi sibuk kerja,"
"Nyokap lo?"
Hyunjin terdiam. Sebenarnya rasanya Ia sudah tidak sanggup tinggal bersama Ayahnya, namun hanya satu alasan Hyunjin tetap bertahan. Ibunya.
Hyunjin hanya menghela nafas tidak berniat membalas pertanyaan temannya itu.
"Jeongin nyariin lo tadi, Jin,"kata Minho mengalihkan pembicaraan.
"Hm?"Hyunjin segera mengangkat kepalanya.
"Tadi katanya dia ngehubungin lo, tapi nomor lo gak aktif. Jadi dia ngehubungin gue nanyain lo,"
Hyunjin segera mengaktifkan hpnya yang tadi mati.
Jeongin
Kamu sibuk? Aku mau minta temenin ke mall
Tanpa berpikir panjang Hyunjin langsung berdiri.
"Gue balik duluan, ada urusan,"kata Hyunjin lalu tanpa persetujuan langsung pergi dari sana.
Jeongin, sahabat Hyunjin dari kecil. Yang selalu, dan akan selalu menjadi prioritas Hyunjin setelah Ibunya.
Tbc
Tenang aja, Jeongin bukan tokoh antagonis kok. Tokoh antagonisnya pakai nama khayalan, jadi gak membawa nama artis lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story That Won't End [Hyunlix]
Fanfiction[COMPLETED] "Terus gue peduli?" "Lo gak pantes sama gue," "Maaf..." -Hyunjin "Aku lelah," "Kapan aku akan bahagia?" "I'm done..." -Felix *** Start: 14 Mei 2020 End: 21 Oktober 2020