2

6.1K 726 97
                                    

Felix berjalan bolak-balik dari dapur menuju luar untuk mengantarkan pesanan.

Setelah selesai mengantarkan pesanan, Ia akan menunggu hingga orang yang makan pergi lalu membereskan meja itu.

Dan kebetulan pelanggan sangat banyak hari ini, jadi Felix sangat kerepotan karena Ia bekerja sendirian.

Memang sistem di cafe mereka seperti itu. Untuk pagi hingga siang ada 2 pekerja di kasir dan pelayan. Lalu 2 orang lagi saat sore hingga malam. Sedangkan penyaji makanan tetap sama.

Felix dan Somi bekerja mengambil waktu sore hingga malam karena mereka sama-sama seorang pelajar.

"Istirahat dulu, Lix. Kamu kelihatan capek,"kata Somi.

Felix hanya mengangguk lalu memutuskan untuk duduk sebentar.

Felix duduk sambil menatap ke arah pintu hingga pandangannya tertarik pada dua orang yang baru saja datang.

Felix mengenali seragam itu. Dan Ia mengenali wajah itu.

Siapa yang tidak tahu Pangeran sekolah, Hwang Hyunjin. Dan sahabatnya, Yang Jeongin?

"Lix, ada pelanggan baru datang. Datangin gih,"

Felix mengerjap lalu mengangguk. Ia membawa catatan kecil lalu berjalan mendekat.

"Permisi, mau pesan apa?"tanya Felix.

Jeongin lalu menoleh, sedangkan Hyunjin, menoleh pun rasanya terlalu malas dan membuang tenaga. Biarkan saja Jeongin yang berbicara.

"Ah, kamu pesen apa, Jin?"tanya Jeongin.

"Samain aja,"kata Hyunjin seadanya tanpa menolehkan pandangannya dari hp.

"Pesen makanan dan minuman termahal aja di sini, dua ya,"kata Jeongin.

Felix tersenyum. Orang kaya memang beda, benaknya.

"Baiklah, silahkan ditunggu,"kata Felix.

"Eh sebentar,"kata Jeongin tiba-tiba membuat Felix yang ingin berbalik menghentikan pergerakannya.

"Gue kayaknya pernah liat muka lo,"kata Jeongin membuat Felix mengerutkan keningnya.

Hyunjin yang mendengar itu mulai tertarik dan menolehkan kepalanya.

"Lo anak Gar-"

"Lee Felix! Apa yang kau lakukan? Segera bekerja atau gajimu akan kupotong!"tiba-tiba terdengar teriakan membuat Felix segera menoleh. Pak Kim lagi.

Untung saja pelanggan yang ada di sana sudah sepi dan hanya ada Hyunjin dan Jeongin.

Jika tidak Felix pasti sudah malu diteriaki seperti itu.

"B-baik Pak,"kata Felix. "Maaf, aku permisi,"kata Felix lalu dengan segera pergi ke dapur.

Jeongin mengetukkan jarinya di atas meja. "Lee Felix?"gumamnya.

***

Beberapa menit kemudian Felix kembali dari dapur membawa nampan berisikan makanan dan minuman yang di pesan.

"Permisi, saya bawa pesanannya,"kata Felix lalu mulai menata makanan di atas meja.

"Lo, Lee Felix anak beasiswa itu kan?"tanya Jeongin tiba-tiba membuat Felix seketika menghentikan pergerakannya.

"A-ah iya,"kata Felix sedikit canggung.

"Ah ternyata lo anak pinter misterius itu,"kata Jeongin sambil mengangguk.

"Kok lo kerja di sini?"tanya Jeongin.

Felix mengubah ekspresinya tidak nyaman. "Sepertinya bukan urusanmu. Saya permisi,"

Jeongin menunjukkan tampang sedih. Hyunjin yang merasa Jeongin menatapnya lalu menoleh.

"Kenapa?"

Jeongin menggeleng.

Hyunjin lalu meletakkan hpnya dan menatap mata Jeongin lalu tersenyum lembut.

"Ada apa dengan ekspresi itu,"kata Hyunjin lalu mencubit pipi Jeongin.

"Ish Hyunjin! Jangan mencubit pipiku,"kata Jeongin lalu cemberut.

Hyunjin sungguh sangat gemas dengan pemuda imut di depannya ini.

"Siapa suruh kamu lucu,"

***

"Felix! Cepat keluar dan ambil barang yang kupesan lalu bawa ke ruanganku!"kata Pak Kim.

"Ah iya Pak,"kata Felix lalu pergi ke luar cafe. Namun seketika keningnya mengernyit.

Untuk apa box besar itu? Felix lalu segera mendekat dan mencoba mengangkatnya.

Felix berjalan pelan karena pandangannya tertutup oleh box besar itu. Lalu ia memasuki cafe.

Namun tanpa di duga ternyata tali sepatunya lepas membuatnya terinjak dan kehilangan keseimbangan lalu menjatuhkan box itu.

Namun lebih parahnya, box itu menimpa salah satu pelangannya yang tak lain dan tak bukan adalah Hwang Hyunjin.

"Apa-apaan!"emosi Hyunjin langsung naik karena box itu menimpanya dan membuatnya jatuh ke lantai.

"Lo bawa barang pake mata dong! Gak becus banget!"teriak Hyunjin sambil berdiri dan menatap tajam Felix.

"M-maaf a-aku gak-"

"Enak banget minta maaf! Baju gue kotor karena lo! Lo harus ganti rugi sekarang juga!"bentak Hyunjin.

Felix menatap baju Hyunjin, bahkan saat melihatnya saja Felix tahu bahwa uangnya tidak akan cukup untuk membeli baju seharga itu.

"M-maaf aku gak punya uang,"kata Felix sambil menunduk.

Hyunjin menarik dagu Felix kasar agar mendongak. Dapat Felix lihat mata penuh kemarahan itu.

"Ada apa ini?"tiba-tiba terdengar suara dari belakang.

Pak Kim yang mendengar keributan langsung keluar dari ruangannya dan menuju ke sana.

"Ada apa mas?"tanya Pak Kim sopan pada Hyunjin.

"Pekerja anda ini tidak becus sama sekali! Membawa box saja tidak becus dan malah membuat saya tertimpa, lalu sekarang baju saya juga kotor,"kata Hyunjin.

Pak Kim menatap Felix marah.

"Dasar anak miskin tidak tahu diuntung! Apasih yang bisa kau lakukan? Kau hanya bisa menyusahkan orang saja!"bentak Pak Kim pada Felix membuat Felix menunduk menahan air mata.

"Mohon maaf, mas. Pekerja saya yang ini memang tidak berguna, maklum orang miskin jadi tidak punya sopan santun,"kata Pak Kim.

Jeongin menatap Felix kasihan.

"Cepat masuk ke dapur!"bentak Pak Kim.

Somi yang baru saja kembali dari toilet terkejut dan berjalan mendekati Felix.

"Ada ap-"

"Somi! Jangan membantunya dan kembali ke kasir!"kata Pak Kim. Somi dengan terpaksa kembali jika tidak ingin dipecat.

Felix berjalan mendekati box itu dan akan mengangkatnya kembali. Jeongin berjalan mendekati Felix berniat membantu, namun Felix menepis tangannya.

Hyunjin yang melihat itu semakin emosi dan mencengkram tangan Felix keras membuatnya kesakitan.

"Gak sopan banget lo!"bentak Hyunjin.

"Udah Hyunjin jangan. Dia itu satu sekolah sama kita, gak boleh gitu,"kata Jeongin lalu menarik tangan Hyunjin.

Hyunjin menatap tajam Felix.

"Lihat aja, lo gak akan tenang di sekolah,"

----

Next gak kira-kira?

Story That Won't End [Hyunlix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang