45

4.4K 597 134
                                    

Hyunjin sedang makan bersama Jeongin di sebuah restoran. Sedari tadi Jeongin terus menempeli Hyunjin dan bermanja-manja pada Hyunjin.

Sedang Hyunjin hanya bisa pasrah saja. Ia harus bisa menerima Jeongin cepat atau lambat karena pemilik hatinya sekarang pun tidak akan pernah bisa Ia miliki lagi.

"Buka mulutnya, Jin. Aaaaa,"kata Jeongin sambil membawa sendok ke arah mulut Hyunjin.

Hyunjin hanya diam sambil menatap kosong ke arah luar.

"Jin?"kata Jeongin.

Jeongin lalu menyentuh pundak Hyunjin membuat Hyunjin tersadar.

"Hah, kenapa, Jeong?"tanya Hyunjin.

"Aku mau nyuapin kamu loh nih,"kata Jeongin sambil menunjuk tangannya yang masih melayang di udara.

"O-oh,"Hyunjin lalu memakan makanan di sendok Jeongin.

"Makasih,"kata Hyunjin.

"Kamu kok akhir-akhir ini jadi pendiem banget dan suka melamun? Padahal biasanya kamu yang bawa ngobrol terus,"kata Jeongin.

Hyunjin tersenyum tipis. "Maaf ya? Aku banyak pikiran,"kata Hyunjin lalu mengusap lembut pipi Jeongin.

Sebenarnya Hyunjin tidak enak dengan Jeongin. Jeongin selalu berusaha untuk mendekatinya, namun hatinya tetap berada pada Felix. Bahkan seluruh perhatiannya.

Seperti sekarang. Mata Hyunjin tanpa sengaja menatap seorang laki-laki berambut pirang sedang membawa banyak barang belanjaan dengan kesusahan di luar restoran.

Awalnya Hyunjin berusaha diam saja, namun tiba-tiba laki-laki itu terjatuh karena orang yang tak sengaja menabraknya.

Hyunjin dengan refleks berdiri dan berlari ke luar restoran menemui laki-laki yang tengah meringis kecil.

"Heh, mata dipakai dong! Jangan main hp mulu!"teriak Hyunjin pada orang yang tak sengaja menabrak Felix.

"Maaf, maaf. Gak sengaja tadi,"kata orang itu.

"Udah pergi sana lo! Lain kali hati-hati,"kata Hyunjin lalu mengusir orang itu.

Hyunjin dengan segera berjalan mendekati Felix dan membantunya berdiri.

Felix seketika menegang ketika melihat orang yang Ia temui adalah orang yang sangat Ia hindari.

Hyunjin lalu bergerak ingin mengumpulkan barang yang di bawa Felix.

Namun matanya menuju pada sekotak susu untuk ibu hamil yang ada di salah satu barang yang ada.

Perut Hyunjin sedikit tergelitik membayangkan Felix meminum susu itu. Namun hatinya seketika meringis ketika sadar bahwa yang dikandungan Felix bukan anaknya, melainkan musuh bebuyutannya, Lucas.

Hyunjin lalu perlahan berdiri dengan membawa plastik belanjaan Felix.

"Kamu harusnya hati-hati. Udah tau hamil ngapain bawa belanjaan banyak banget, terus keluar sendiri lagi, liat, tadi sampai jatoh kan? Kalo kamu kenapa-napa gimana? Kalo anak kamu kenapa-napa gimana?"kata Hyunjin khawatir.

Hati Felix menghangat merasakan perhatian Hyunjin. Namun dengan cepat Ia menyadarkan dirinya.

"Makasih udah nolong saya, maaf sudah merepotkan, Tuan,"kata Felix seolah mereka orang asing.

Felix lalu merebut barang belanjaannya dari Hyunjin.

"Saya permisi,"Lalu setelah itu Felix pergi meninggalkan Hyunjin.

Hyunjin menatap punggung Felix dengan pandangan teduh.

Apakah begini akhir kisah cinta mereka?

Hyunjin menoleh, berniat ingin kembali ke restoran lagi, namun ternyata Jeongin sedang menatapnya dari pintu restoran dengan pandangan sedih.

Setelah itu Hyunjin dengan cepat bergerak mendekati Jeongin.

"Jeongin, aku—"

"Aku pulang duluan,"kata Jeongin. Setelah itu Jeongin dengan segera memanggil taksi lalu pergi dari sana.

Hyunjin mengusap wajahnya kasar. Jeongin pasti cemburu karena melihatnya dengan Felix.

Hyunjin lalu kembali memasuki restoran, mengambil hpnya dan membayar makanan Ia dan Jeongin.

Setelah itu Ia pergi menuju rumah Jeongin. Kalau Jeongin marah maka Ia harus membujuknya.

***

H

yunjin memasuki rumah Jeongin setelah di sambut oleh pembantu Jeongin.

Tiba-tiba mama Jeongin datang dari arah dapur.

"Loh, Hyunjin? Kok ke sini?"tanya mama Jeongin.

"Jeonginnya ada tan?"

"Iya tadi Jeongin udah dateng, tapi kayak kesel gitu, tante tanyain dia gak jawab, malah langsung ke kamar,"

"Iya, tan. Jeongin ngambek sama Hyunjin. Hyunjin ke kamar Jeongin ya? Mau bujukin Jeongin,"kata Hyunjin.

Mama Jeongin hanya tersenyum. "Yaudah datengin aja, kalo mau minum panggil aja pembantu ntar, ya?"

"Iya, makasih tante,"

Setelah itu Hyunjin berjalan menuju kamar Jeongin. Hyunjin membuka pintu dan tampak Jeongin yang sedang membersihkan wajahnya di depan cermin.

Jeongin menatap datar ke arah Hyunjin. "Ngapain ke sini?!"ketus Jeongin.

Hyunjin lalu berjalan mendekati Jeongin. "Marah ya?"tanya Hyunjin.

"Pikir aja sendiri!"

"Maaf ya? Aku tadi cuman nolongin Felix, dia jatuh tadi,"kata Hyunjin sambil mengusap rambut Jeongin.

Namun Jeongin menepis tangan Hyunjin. "Ngapain pakai nolongin segala?! Kayak gak bisa berdiri sendiri aja! Manja banget,"kata Jeongin.

"Bukan gitu, Jeong,"

"Atau kamu yang emang mau modus doang ke dia?!"

"Kamu kok gitu?"

"JADI AKU YANG SALAH?!"Nada Jeongin mulai menaik. Ia menatap Hyunjin penuh emosi.

Hyunjin langsung memeluk Jeongin. "Maaf ya?"kata Hyunjin lembut.

Jeongin hanya diam. Tapi perlahan tangannya membalas pelukan Hyunjin.

"Hiks... Aku takut kamu ninggalin aku, hiks,"tiba-tiba saja Jeongin terisak.

"Aku takut kamu lebih milih Felix dari pada aku. Aku cemburu, aku.. aku—"

Cup!

Hyunjin tiba-tiba mengecup bibir Jeongin. Awalnya hanya kecupan, namun perlahan mereka mulai terlarut.

Kecupan itu berubah menjadi lumatan. Tangan Jeongin mengalung di leher Hyunjin dan tangan Hyunjin melingkar di pinggang Jeongin.

Cukup lama hingga akhirnya mereka memutuskan ciuman itu.

Hyunjin mengusap pipi Jeongin lembut. "Maaf ya udah bikin kamu bingung. Kamu tenang aja, aku gak akan ninggalin kamu. Mulai sekarang, aku cuman akan fokus ke kamu. Bukan ke Felix atau siapapun itu,"

Jeongin menatap ke mata Hyunjin. "Janji?"tanya Jeongin.

Hyunjin mengangguk mantap. "Janji,"

Tbc.

Apakah akhirnya Felix dan Hyunjin akan bahagia bersama? Atau bahagia dengan pilihannya masing-masing?

Tunggu di episode selanjutnya .g

Kalian tim mana? HyunLix, HyunJeong, atau CasLix? Atau Hyunjin-Author-Felix?

Story That Won't End [Hyunlix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang