Hyunjin sedang tiduran di ranjangnya sambil main hp, hingga tiba-tiba terdengar suara ketukan dari arah pintu.
Tokk! Tokk! Tokk!
"Den Hyunjin?"
Terdengar suara kepala pelayan yang sangat Hyunjin kenali.
"Iya bi?"
"Ada den Jeongin di bawah nungguin,"
"Suruh langsung ke atas aja,"kata Hyunjin.
Kemudian terdengar langkah kaki meninggalkan kamar Hyunjin.
Lalu tak lama pintu terbuka menampakkan sosok Jeongin. Tapi ada yang aneh dengannya.
"Mata kamu bengkak, Jeong?"tanya Hyunjin.
Seketika Jeongin berlari dan menubrukkan badannya ke Hyunjin yang tiduran dengan punggung bersandar pada kepala ranjang.
"H-hiks, H-hyunjin,"tiba-tiba isakan tangis Jeongin mulai terdengar.
"Hei, kenapa nangis?"tanya Hyunjin sambil membalas pelukan Jeongin dan menepuk-nepuk punggung Jeongin penuh kelembutan.
"Hiks! P-papa, Jin-hiks,"
"Sst, udah tenang dulu ya?"
Cukup lama Jeongin menangis, namun mulai mereda karena Hyunjin dengan sabarnya berusaha menenangkan Jeongin.
"Jadi gimana?"tanya Hyunjin saat di rasa tangisan Jeongin mulai mereda.
"P-papa marahin aku karena nilai aku jelek,"kata Jeongin sedih.
Hyunjin mengernyit bingung. "Papa kamu udah pulang?"tanya Hyunjin.
"Iya -hiks, P-papa tadi pulang tiba-tiba langsung datengin aku ke kamar, aku baru aja selesai belajar jadi aku tiduran -hiks,"
"T-tapi Papa ngira aku gak belajar, dia marah pas tau nilai aku jelek,"kata Jeongin lalu menunduk.
Hyunjin mengusap kepala Jeongin lembut. "Emang nilai kamu berapa, hm?"
"97,"
"Hei, 97 itu udah bagus banget loh,"kata Hyunjin sambil mengangkat dagu Jeongin agar menatapnya.
Fyi, posisi mereka sekarang sedang duduk dengan Jeongin dipangkuan Hyunjin.
"T-tapi papa gak suka, kata papa harus 100, papa mau nilai sempurna,"
Hyunjin hanya bisa menghela nafas, Ia sangat tahu bagaimana watak ayah Jeongin itu. Hampir sama seperti Ayahnya, hanya saja dalam konteks yang berbeda.
"Tenang aja, aku bakalan bantuin kamu kok,"kata Hyunjin lalu mengecup hidung Jeongin yang memerah.
"Mau jalan-jalan?"tawar Hyunjin.
***
Felix berjalan melewati taman, jadi tadi Ia baru saja selesai membeli buku bekas di dekat taman untuk bahan bacaannya.
Felix memutuskan untuk duduk di salah satu kursi panjang yang ada di sana.
Felix melemparkan pandangannya ke sekeliling, ada sangat banyak anak-anak yang bermain.
Ada juga yang sedang berpiknik bersama keluarga. Felix memandang ke salah satu keluarga yang ada di sana.
Terpancar senyum kebahagiaan di wajah anak itu, juga di wajah kedua orang tuanya yang terlihat begitu perhatian pada anak itu.
Felix tersenyum miris melihat hal itu. Bahkan Ia tidak pernah merasakan hal seperti itu, mungkin sampai kapan pun?
Sedang asyik melamun, tiba-tiba seorang anak kecil datang dengan isakan."Hei, kamu kenapa?"tanya Felix pada anak itu.
"H-hiks, Jiyeon tersesat,"
Felix menundukkan badannya dan meraih anak itu ke pelukannya.
"Sst, sudah gak perlu nangis,"kata Felix sambil menepuk-nepuk punggung anak itu lembut.
"Kamu ke sini sama siapa?"tanya Felix.
"S-sama Kak Luke!"
Felix tersenyum sambil menatap anak bernama Jiyeon itu. "Kak Luke ya? Jiyeon gak usah nangis ya, nanti Kakak bantu nyari kakak kamu,"
"Kenalin nama Kakak Felix,"kata Felix.
Anak itu menatap Felix dengan pandangan sedih. Felix tersenyum gemas lalu mengusap air mata anak itu.
"Ayo Kakak bantu cari Kakak Jiyeon,"
Felix lalu berdiri dengan gadis kecil itu digendongannya dan mereka pun mulai mencari.
***
15 menit sudah terlewati, namun nampaknya Kakak dari gadis yang mengaku bernama Jiyeon itu masih belum ketemu.
"Ice cream!"seru gadis kecil itu tiba-tiba saat Felix dan Jiyeon melewati kedai ice cream.
"Jiyeon mau ice cream?"tanya Felix.
Jiyeon membalas dengan mengangguk antusias. Felix mencubit pipi Jiyeon pelan.
"Ayo Kakak beliin,"
Felix dan Jiyeon lalu pergi mendekati kedai ice cream itu.
"Jiyeon mau ice cream apa?"
"Vanilla!"
"Pak, beli ice cream vanilla satu, sama ice cream cokelatnya satu,"kata Felix pada penjual ice cream.
"Baik, ditunggu ya, mbak,"
Felix mengernyit bingung mendengar panggilan mbak, namun akhirnya mengabaikan dengan berpikir kalau penjual ice cream itu mungkin salah omong.
"Jiyeon tunggu bentar ya, Pak penjualnya lagi bik-"
"Felix?"
Tiba-tiba terdengar suara dari arah belakang. Felix refleks menoleh.
"Oh, Jeongin,"gumam Felix.
"Hai, ngapain di sini?"tanya Jeongin dengan ceria.
"Eum, aku lagi beli ice cream,"
Pandangan Jeongin lalu beralih ke arah gendongan Felix.
"Adek lo?"tanya Jeongin.
Felix menggeleng pelan. "Dia kesesat sama Kakaknya, jadinya aku bantu nyari,"kata Felix.
Mata Felix tanpa sengaja bertemu dengan mata elang yang sedari tadi memperhatikannya dalam diam.
Lalu perlahan senyum miring muncul di wajah tampan sang pemilik yaitu Hwang Hyunjin, ketika menyadari Felix menatapnya.
Felix dengan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Mbak, ini pesenannya,"kata penjual ice cream.
Seketika Hyunjin dan Jeongin mengerutkan kening bingung mendengar panggilan penjual ice cream tadi.
"Eh, makasih ya, Pak. Tapi saya cowok,"kata Felix sambil mengambil ice creamnya dan menyerahkannya satu kepada Jiyeon.
"Loh iya? Maaf ya kalo gitu, saya kira masnya cewek, soalnya cantik begitu,"kata penjual tadi.
Felix hanya tersenyum canggung. "Ini ya uangnya, Pak,"
"Makasih mbak- eh mas maksudnya,"
"Jeongin, Hyunjin, aku duluan ya,"kata Felix.
"Iyaaa, hati-hati Felix,"kata Jeongin.
Felix melangkahkan kakinya. Namun tiba-tiba tangannya di cekal.
Felix menoleh dan matanya kembali bertemu dengan mata elang itu.
Hyunjin mendekatkan wajahnya ke telinga Felix dan berbisik.
"Emang gue gak keliatan ya sampe lo gak mau natap gue?"
Tbc.
Part selanjutnya ada cast baru gais. Kira-kira Kak Luke itu siapa ya? Dan juga permintaan Hyunjin belum ketahuan nih apa
KAMU SEDANG MEMBACA
Story That Won't End [Hyunlix]
Fanfiction[COMPLETED] "Terus gue peduli?" "Lo gak pantes sama gue," "Maaf..." -Hyunjin "Aku lelah," "Kapan aku akan bahagia?" "I'm done..." -Felix *** Start: 14 Mei 2020 End: 21 Oktober 2020