2

1.4K 72 2
                                    


Hai semua... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di kolom komen dong! Dan follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh

1-2

"Sh---" Hampir saja Albert mengumpat. Laki-laki bertubuh tinggi dan putih itu berdiri tegak di depan sekolah SMA Labschool. Mata dinginnya menelusuri setiap sudut gedung yang ada di depannya.
Sekolah ini akan menjadi tempat Albert untuk menuntut ilmu. Albert menenteng tasnya dengan malas. Baju seragamnya yang putih bersih seakan menekankan bahwa dia datang ke sekolah untuk belajar.

Dia melangkahkan kakinya di koridor sekolah. Tampak sepi dan tenang, dia datang di saat jam pelajaran sudah di mulai. Rambutnya sudah di sisir rapih belah kanan tidak lupa seragam sekolah masuk ke dalam celana.

"Heh, tau kelas XIl IPA 2?" tanya Albert pada seorang cowok yang sedang bersandar sambil mendengarkan earphone, mungkin suara musicnya tidak terlalu keras, hingga bisa mendengar suara Albert.

Cowok itu menoleh sebentar pada Albert, kemudian menjulurkan tangannya memberi arah kelas yang Albert tuju setelah itu sibuk kembali mendengarkan earphone-nya.

Hah! bisu kali yah...

Albert berjalan mengikuti arahan tangan orang yang tadi. Lurus terus belok kanan di depannya terlihat tulisan XII IPA 2.

"Anak baru ya?" seorang wanita bicara, matanya memperhatikan pakaian Albert dan juga jaket kulitnya. Jarang anak SMA mereka pakai baju seragam terus didouble jaket kulit di dalam kelas. Nggak kepanasan.

Albert tidak menjawab dia lebih memilih untuk mencari bangku kosong. Sayangnya bangku belakang yang dia incar sudah dipenuhi sekelompok murid cowok. Penampilan mereka seperti dia di sekolah lamanya, acak-acakan dan sok bergaya preman.

Dengan terpaksa dia memilih bangku sebelah kanan nomor dua dari depan. Bangku nomor urut paling dia benci.

Sekelompok cowok yang sedang duduk itu memandang sinis Albert, mereka berdecih melewati Albert yang berdiri. Menyenggol lengan Albert dengan sengaja.

"Lo anak baru ya?" ucap Tristan seperti mengejek melewati Albert diikuti kawan-kawannya yang lain. Wajahnya sok sangar dan memakai kalung rantai, badannya lebih tegap dibanding temannya yang lain. Albert menebak dialah ketua genknya. Lalu tangan Tristan memukul ke atas kepala Albert dengan santai, seperti pada anak kecil.

Albert memandang tajam pada tubuh tegap dengan kalung rantai dilehernya, Tristan berbalik menatap Albert seakan mau bilang 'Apa? Nantang lo!'

"Apa lo?" Ucap Ota sengit. "Mau gue congkel mata lo." Tanya Ota dengan nada rendah, namun mampu membuat sekitarnya bergidik.

Tidak mau memperpanjang Albert membuang wajahnya ke meja yang akan dia duduki. Sekelompok itupun keluar dari kelas dengan gelak tawa meledeknya.

"Sabar Man, mereka emang kaya gitu. Sok jago. Palingan digibeng dikit udah pada kempes," ucap Omar Prasaja. Cowok bertubuh lebih pendek dari Albert, mungkin terlalu pendek untuk ukuran laki-laki kebanyakan. Ehmm, setinggi Raditya Dika'lah.

Albert menatap sebentar, tapi tidak mau meladeni Omar. Dia duduk rapih di bangkunya dengan mimik wajah, bosan.

"Gue Omar Prasaja. Panggil Omar aja." Omar memperkenalkan diri.

Lagi-lagi Omar tidak dipedulikan oleh Albert, dia pura-pura tidak sadar ada orang di sampingnya ngajak bicara.

"Heh, jangan sombong-sombong lo. Anak baru belagu! Untung-untung gue mau nyapa," suara Omar sedikit kesal. Albert menoleh pada Omar. Menurutnya Omar unik.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang