36

314 18 4
                                    

      Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di setiap paragrafnya dong! Dan Follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh.

 

"Sayaaaang... !!"

Ke tujuh cowok yang sedang berjalan di lorong berhenti mendengar suara cewek yang sangat familier itu. Mereka menoleh ke belakang dan melihat Anna berlari kencang ke arah Albert dengan senyum lebar sambil melambaikan tangan. Membuat Albert menelan saliva.

Sebenarnya mereka tidak khawatir, Anna memang terkadang sangat aneh dan membuat bingung. Sudah lama Anna tidak menjerit kata 'sayaaangg' dan sekarang-- suara itu menggema di lorong utama sekolah.

"Gue dukung Anna." Ujar Ota.

"Gue apalagi," timpal Raymond. Albert melirik anggotanya tak mengerti. Pengaruh Anna sudah menjalar ke seluruh anak Orsella.

Anna terhuyung ke arah Albert, hingga tubuhnya menabrak cowok berbadan tegap itu.

"Bisa hati-hati gak sih?" Albert reflek meraih pinggang Anna. Dan moment itu dengan cepat diabadikan Bagas.

"Gue terlalu semangat." Ujarnya, lalu menatap mereka sambil tersenyum. "Mau kantin kan? Gue ikut ya." Pintanya dengan suara riang. Rambutnya digerai dengan bandanan putih menghias kepalanya, tidak lupa bibirnya merona karena liptint yang dipakainya.

"Mereka unyu banget ya. Gumushh." Puji Bagas. "Makin kinclong lagi Anna." Tapi pujiannya tidak ada yang merespon.

"Itu tangannya gak lepas-lepas," ledek Ota melihat tangan Albert masih dipinggang Anna.  Mungkin Albert ingin melindungi Anna.

Mendengar itu Albert melepas pinggang Anna lalu berdehem. "Gue gak ke kantin. Lo bareng mereka aja." Kata Albert cuek. Anna mengangguk lesu.

"Lo pulang sekolah kemana? Gue  mau minta anterin beli bahan Mading nanti." Ujar Anna. Bibirnya tersenyum melihat cowok itu.

  "Jangan sekarang ya. Gue nggak bisa."

  "Kenapa? Lo ada urusan? Mau main sama anak Orsela? Kemana?" todong Anna.

       "Nggak."

        "Terus?"

        "Kok lo makin cerewet kayak Omar sih!"

 
"Kok kena ke gue sih? " Protes Omar. "Kayaknya gue diem aja deh. " Otak pun tertawa mendengar gerutuan Omar.

 "Gitu aja marah, mas? Gue kan nanya." Anna mencebikkan bibirnya. "Gue kan cuma pingin lo anterin." Melihat wajah Anna murung Kevin ingin menawarkan diri, tapi ia urungkan.

  "Lo sejak kapan jadi manja? Biasanya mandiri," kata Albert pada wanitanya.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang