19

363 21 0
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di setiap paragrafnya dong! Dan follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh!

Albert membawa motornya dengan kecepatan cepat, dengan perasaan campur aduk. Hatinya terus mengumpati sikapnya, dia tidak akan kembali menjemput Anna. Tidak akan peduli lagi pada Anna, kenapa dia harus merasa kasihan? Sayangnya hati dan tindakannya tidak sama.

Cowok itu memutar balik motornya ke tempat dia meninggalkan Anna. Tapi tidak ada, Albert menjalankan motornya kembali dengan kecepatan pelan sembari menatapi ke sekelilingnya.

"Ngapain lo duduk kayak orang bego gitu?" tanya Albert di depan wanita yang berjongkok itu.

"Lo yang ngapain balik lagi ke sini? Udah ninggalin orang seenaknya." Ujar Anna bangkit, menatap Albert dengan memelas. "Kaki gue keram jalan dari tadi rumah gue gak nyampe-nyampe." Anna melangkah lalu hendak naik ke jok belakang motor cowok itu.

"Siapa yang nyuruh lo naik?" tanya Albert. Bokong Anna terhenti menimang-nimang antara lanjut duduk atau tidak, wajahnya mengerut karna malu dan jengkel. "Yaudah naik," lanjut Albert datar.

Di belakang tangan Anna hampir saja mengacak-acak rambut Albert, geram dengan cowok sok jahat itu. Namun, tiba-tiba terdengar music gendang dari perut Anna. Gadis itu menahan perutnya dan tidak bernafas supaya perutnya tidak bersuara.

"Kasian lo ya, udah nahan laper kaki keram lagi," ejek Albert.

"Nasib gue aja yang lagi apes," ujar Anna. Dan keapesan itu pasti akan berlanjut. Anna menekan ujung bajunya.

"Lo tenang aja ada gue. Mereka gak akan ganggu cewek Albert."

Kata-kata Albert seolah memberi pasokan udara pada Anna. Gadis itu tersenyum.

"Sayaaaang kita makan yuk, gue laper." Anna memeluk Albert dari belakang hingga cowok itu spontan bergidik, tidak suka panggilan Anna yang bernada manja itu.

"Bibir ya, gue tinggalin lagi nanti lo. Gak usah kenceng-kenceng meluk gue, ntar suka baru tahu rasa," celetuk Albert pedas.

Anna mencibir, "Suka sama lo amit-amit. Lo kira gue gak punya hati? Bisa suka sama cowok yang ngina gue terus," ujar Anna tanpa melonggarkan pelukannya, Albert menggeleng-geleng sebelum akhirnya menghidupkan mesin motornya.

"Anna?"

"Hm."

"Lo gak pa-pa?"

"Gak papa apa? Perut gue laper."

"Bukan itu maksud gue, firasat gue lo bakal gak punya temen lagi. Masih mau eksis dengan penampilan lo seperti dulu di sekolah?" tanya Albert, matanya melirik ke spion melihat wajah gadis itu yang terlihat muram.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang