39

380 20 0
                                    

Hai semuanya... Sebelum membaca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di setiap paragrafnya dong! Dan Follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh

Sebulan semenjak penguburan Omar. Orsela menyibukkan diri masing-masing. Semua orang pun tahu dari mata mereka ada rasa bersalah menyelimuti diri mereka. Bohong jika mereka bilang mengikhlaskan Omar sedangkan Gallen belum ditangkap. Laki-laki itu kabur entah kemana.

Tristan yang jarang masuk, suara bariton-nya tidak pernah lagi terdengar. Dia tidak perduli lagi jika sekitarannya berkelahi. Dia sangat kehilangan Omar tapi tidak mengungkapkan.

Bagas lebih banyak menyapa wanita-wanita dengan senyum genitnya seperti biasa, tapi dia sudah jarang menggombal dan duduk mendekati wanita. Waktunya di belakang sekolah untuk merokok.

Raymond dia mengikuti Kevin yang sering menghabiskan waktunya di perpustakaan. Percayalah kebanyakan waktu mereka hanya melamun di sana walaupun buku sudah ada di depan mata mereka. Tatapan mata mereka kosong.

Ota, Rosa sering mendengar Ota membuat masalah di luar. Dia sering cabut ke tempat-tempat bilyard dan ke club malam untuk minum-minuman. Anggota Orsela jika bertemu hanya saling menatap tanpa bicara, laki-laki memang gengsi untuk mengeluarkan air mata.

Dan Albert selalu datang dengan wajah yang memar. Dia sering berkunjung ke SMA Kusuma membuat keributan pada murid-murid cowok di sana. Semua pun tahu siapa yang dia cari di sana.

"Sini gue obatin lukanya." Anna duduk di depan Albert menatapnya dengan lembut. Raut wajahnya cemas sekali. Sekarang sudah menjadi kebiasaan Anna mencari cowoknya di rooftop. Cowok itu setelah berkelahi akan berdiam diri di rooftop sambil merokok. Pakaiannya berantakan, lusuh, dan kotor bekas tanah.

"Enggak usah! Gue gakpapa," jawab Albert dengan dingin dan masih menghisap rokok-nya tidak perduli Anna sudah mengibaskan tangannya ke udara.

"Lo udah makan? Gue bawain bekal juga buat lo." Anna menunjukkan kotak bekal berwarna merah. Selain kotak P3K, ia juga selalu membawa bekal untuk Albert. Cowok itu melirik gelang yang melingkar di pergelangan tangan Anna.

"Makan ya."

"Bawa aja pergi gue nggak laper." Albert menyudutkan rokoknya ke lantai. Dia berhenti merokok namun pandangannya terlihat lebih menyedihkan. Dingin dan sendu.

"Lo harus makan Al. Gue jarang liat lo di kantin." Tangannya membersihkan luka Albert dengan kapas dioles alkohol. Albert sudah lama tidak tersenyum membuat hati Anna sakit.

"Jangan sentuh. Gue kan nggak mau diobatin!" bentak Albert. Anna terlonjak menarik tangannya sebentar, lalu melanjutkan lagi tidak perduli kemarahan cowok itu.

"Nanti gue nebeng lo ya pulang sekolah," pinta Anna, "Please... mau ya. Kali ini aja."

Albert terdiam sejenak menatap Anna. Dia bersyukur Anna baik-baik saja waktu itu. Cowok itu merasa bersalah karna Anna terlibat atas permasalahannya. "Enggak usah manja! Lo pulang sendiri aja." Albert mengeluarkan selembaran uang pada Anna. "Lo pulang naik ojek aja."

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang