Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di kolom komen dong! Dan Follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh!
"Hoi... ngapain lo di situ?!" Bagas Naufal-- cowok yang berpenampilan paling keren itu langsung menarik kerah seragam Albert hingga sampai ke lapangan. Tanpa perlawanan Albert mengikuti Bagas, harusnya dia kembali ke kelas setelah kepergian Anna.
Sabar Al..
"Kenapa Gas? Kok lo nyeret anak baru ke sini?" tanya Tristan, ia menghentikan kakinya yang sudah bersiap ingin menendang bola. Kemudian memandang Albert tidak suka.
"Gue liat dia ngintip. Siapa tau dia masuk sekolah kita mau jadi mata-mata," tebak Bagas. Menghentakkan kepala Albert, memaksa berlutut.
Amazing seorang Albert berlutut dengan kepala tertunduk.
"Lo nggak homo kan?" Ota menatap lekat-lekat pada wajah Albert. "Mubazir banget muka kaya lo jadi homo. Cewek banyak man di sekolah ini, muka lo nggak jelek-jelek amat."
Homo?! Berdoa aja biar lo tetap hidup.
Mereka kah si Genk Orsela yang disebut-sebut. Sekilas Albert menatap gerombolan itu. Seperti genk-genk sekolah pada umumnya. Berpenampilan sok preman dan anggar jago.
Tristan melangkah maju, lalu kaki kanannya di letakkan ke bahu Albert. Membuat Albert mendongak tanpa ekspresi. Tristan berdecih.
"Berani juga mata lo liat gue ya. Lo mau masuk Genk kita? Atau lo lagi jadi mata-mata di sini? Sekolah Labschool punya aturan, lo tahu aturan itu Orsela yang buat," ujar Tristan dengan tatapan tajam. Albert tetap bungkam.
Kini Tristan berjongkok mensejajarkan diri dengan Albert. "Tadinya gue males mau main-main sama anak baru. Tapi, kayaknya perlu biar lo tau sopan santun di sini." Tristan menampar pipi Albert pelan. Temannya yang lain tertawa senang. Ota dan Raymond maju ke depan, sudah tidak sabar ingin olahraga ringan.
"Kalian bawa dia ke gudang," perintah Tristan pada Ota dan Raymond. Tempat itu adalah dimana mereka memberi pelajaran bagi yang tidak tunduk pada mereka.
"Tan, dia itu temen gue. Anak baru di kelas kita. Masa lo lupa? Dia nggak tau apa-apa, tolong lepasin dia ya," ucap Omar. Mereka yang mendengar tertawa, dipikir omongan dia kepake di Genk Orsela.
"Perduli apa! Anak baru atau nggak! Sekelas apa nggak! Berani lirik ke sini berarti minta di sayur!" Raymond memelototi Omar hingga tak berkutik. Bagi Raymond, tidak ada yang namanya pandang bulu jika ingin menghabisi orang lain.
Albert dipaksa berjalan ke arah gudang, matanya memandang tajam pada keempat laki-laki yang mengelilinginya. Keempat laki-laki itu memukul telak Albert secara bersamaan.
"Arghh!" suara erangan Albert palsu. Sungguh ia ingin tertawa dengan pukulan yang terasa seperti cubitan semut itu. Tapi, ia akan membuat bangga si pemukul supaya tidak sia-sia buang tenaga.
Omar hanya bisa mengintip dari luar tidak berani untuk membela, tubuh kecilnya mana bisa melawan anak Orsela. Genk yang paling ditakutin di sekolah mereka. Pembuat onar, suka berkelahi dan sering membuat guru-guru sakit kepala.
Anehnya, semua yang mereka lakukan melanggar peraturan sekolah tetapi otak mereka tidak ada yang gagal. Termasuk punya otak yang masih bisa diadu dengan deretan murid pintar di sekolah mereka.
Bukan hanya di sekolah, nama Orsela juga tercium hingga ke sekolah-sekolah lain. Hingga tidak ada murid dari sekolah lain yang berani martandang ke sekolah mereka. Tristan selalu membuat mereka kapok dan tidak berani lagi melangkah ke area sekolah mereka. Mereka bukan Genk motor atau cowok-cowok famous karena ketampanan, tapi mereka petarung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Albert ( END )
Teen FictionAlbert Zorlando, cowok berparas tampan yang memiliki jiwa Lucifer dalam dirinya yang menjadikannya seseorang yang ditakuti dan disegani di SMA Labschool, bersama keenam kawannya. Mereka disebut Genk Orsela. Hari-hari Al, berubah saat bertemu Anna L...