26

383 18 0
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di setiap paragrafnya dong! Dan Follow akun WP ini ya! Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh.




  Anna menatap jengah pada wanita di depannya. Ellen sedang menatapnya tajam sambil melipat kedua tangannya. Toilet sekolah jadi kosong melihat mereka berdua terlibat perdebatan. Tapi di depan pintu sudah banyak orang yang menonton mereka.

 "Putusin Al. Dia cowok yang gue suka!" kata Ellen. "Dari dulu sebelum lo deketin dia," lanjut Ellen memberitahu. Anna menyunggingkan senyum miring. Tidak mau kalah.

"Emang Al suka sama lo?" Ejeknya. Menahan tawa.

"Diem lo bocah! Asal lo tahu, dia suka sama gue."

  "Kepedean banget lo. Al suka sama lo? Dia pernah nembak Lo? Ellen bangun, jangan kebanyakan tidur," ucap Anna sambil tertawa kecil.  Membuat Ellen mengepalkan tangannya, suara riuh dari luar semakin keras menyoraki kedua orang itu.

Saat Anna melangkahkan kakinya keluar. Ellen dari belakang langsung menarik rambut Anna yang dikuncir. Anna mengerang, tangannya menggapai rambut Ellen dan menariknya juga. Kedua orang itu saling menjambak sambil mengumpat kasar.

  "Orang kayak lo harus dikasih pelajaran!" Ellen ngegas dengan mata melotot.

  "Gila lo, Len? Lepasin nggak!" Teriak Anna.

Bukannya melepaskan Ellen malah semakin menarik rambut Anna.

"Cewek kayak lo emang pantes dapetin ini. Belagu gak tahu diri. Mau jadi lonte lo,hah! Kegatelan!" teriak Ellen kasar.

"Otak lo dimana, Len? Cowoknya nggak suka sama lo! Sadar, bego! Jangan tarok otak lo di dengkul." Ujar Anna dengan hati meringis, bukankah Albert juga tidak menyukainya. Tapi Anna tidak mau kalah.

"BANYAK OMONG LO, ANJING!"

"Kalian berdua berhenti nggak!"

Dari kerumunan Albert masuk. Anggota yang lain mengusir orang-orang yang menonton di depan kamar mandi. Sedang Albert memegang kedua sisi tangan Anna dan Ellen bersamaan tapi tidak ada yang mengalah.

"Pergi! Pergi! Ini bukan tontonan anak kecil," usir Omar. "Pada pergi nggak!  Yang nggak pergi gue cium satu-satu," kata Omar lagi, membuat yang nonton mencibir dan pergi.

  "Giliran gue yang cium pada lari, coba Al. Pada ngantri," decak Omar. Raymond menempeleng kepala Omar, kemudian mereka melihat ke dalam. Sambil menggeleng kepala mereka taruhan siapa yang menang.

"Anna bisa banget jadi singa." Komentar Raymond.

"Singa betina," ledek Omar. "Kalo masalahnya menyangkut cowok. Cewek bisa berubah ganas ya." Keduanya menonton dari luar.

 "Ellen lepasin rambut cewek gue!" perintah Albert. Tangannya menarik Ellen.

 "Dia duluan yang mulai," balas Ellen melepaskan tangan dari rambut Anna. Ellen paling tidak bisa membantah sama Albert.

  "Ngapain sih Al lo ke sini? Ini kamar mandi cewek. Gak usah dipisahin, gue bisa ngadepin si bego satu ini," protes Anna. Albert menatap tajam pada Anna.

"Gue benci sama cewek kasar ya!" kata Albert sudah kewalahan. Anna dan Ellen pun mengurangi ototnya yang tegang. Seolah ucapan Albert peringatan dari wasit.

"Dia tuh yang mulai," kata Anna memalingkan wajahnya dari tatapan dingin Albert.

"Enak aja!" decak Ellen. "Al dia nyuruh aku jauhin kamu. Dia ngancem-ngancem aku juga. Liat aja rambut aku dijambak dia. Rambut aku banyak yang rontok gara-gara dia." Ellen berakting. Membuat Anna melirik tajam Ellen.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang