34

325 16 0
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Tinggalkan jejak kalian di setiap paragrafnya dong!  Dan Follow akun WP ini ya!  Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh.

Aku pernah berharap untuk menghilang saja dari dunia ini. Dunia ini terlihat begitu gelap dan aku menangis sepanjang malam. Apakah aku akan merasa lebih baik jika aku menghilang?

 Anna kehilangan sosok ayah yang menyayanginya semenjak dua tahun lalu, ketika Ayahnya di PHK. Membuat Ayahnya cepat emosi dan banyak menghabiskan waktu di meja judi. Saat uangnya habis dia akan pulang dengan bau alkohol dan mulai berlaku kasar padanya dan Ibunya. Bukan hanya berteriak tapi juga tangannya tidak segan-segan melayang pada mereka.

 Setelah dia kehilangan kasih sayang Ayahnya, setidaknya masih ada ibunya yang menyayanginya, memberikan perhatian. Tapi kenapa sekarang Ibunya pergi dan masih belum pulang, bahkan belum juga memberikan kabar.

 Anna membuka matanya perlahan. Sekelilingnya masih sama seperti kemarin. Anna masih di kamar Friska. Suhu tubuhnya sudah turun dengan obat yang diberikan Friska.

"Heh? Udah bangun lo? Lo tidur ternyata ngences juga ya?"

Seketika Anna menutupi wajahnya dan mengusap bagian bibir dengan lengan bajunya. Demi kura-kura yang jadi ninja belum pernah sejarahnya dia dingatkan oleh siapapun tentang ilernya. Sungguh memalukan. Eh... Tunggu! Tadi suara Albert kan?

  Anna menoleh pada  asal suara tadi. Albert sedang duduk di sofa dengan kaki kanan yang naik ke atas dengkul kaki kiri. Cowok itu menatapnya tanpa ada segan-segannya.

Albert tergelak. "Gue bercanda Ann, lo tidur cakep banget kayak putri kerajaan. Sampe gue gak tega bangunin lo." Ujar Albert, entah Anna harus senang atau kesal mendengar itu. Wanita itu masih melihatnya.

  "Al dari kapan lo di sini? Ini kan kamar Ika, lo nggak malu masuk kamar perempuan? Tunggu... Lo tahu darimana gue di sini?" tanya Anna. Cowok itu melangkah dan duduk di pinggir kasur, matanya menatap keseluruhan wajah Anna. Hingga cewek itu menjadi salting.

"Kok lo gak nelpon gue sih Ann? Chat gue juga gak di bales. Panggilan gue gak lo angkat." Albert menatap Anna lama. Tidak ada bentakan tapi tatapan matanya merah menahan amara.  "Lo lagi mimpi indah ya? Lo tidur sambil senyum-senyum sendiri?" Ucap Albert. "Mimpi apa? Naik motor sama Bram?"

    "Al... Gue nggak sengaja dianter--"

"Si Bram? Kenapa dia sih? Gue kan udah larang lo ketemu dia." Kata Albert kasar, tapi melihat wajah Anna yang masih pucat Albert merasa bersalah, bahkan dia lebih tidak tega melihat wajah sakit Anna dari pada Ellen dan Arrabella. Anna tertegun saat melihat wajah Albert ada luka sobekan di bagian bawah bibirnya.

"Lo berantem?" Anna menyentuh luka Albert, cowok itu membiarkan saja Anna menyentuh kulitnya, dia terdiam merasa ada sengatan listrik dari sentuhan Anna. Sial, kok bisa Anna sih? "Kayaknya gue gak perlu cerita masalah gue. Lo aja banyak banget bikin masalah kan?" Ketusnya kesal.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang