5

692 43 1
                                    

Hai semuanya... Sebelum baca, vote dulu ya! Jangan lupa spam komen di setiap paragrafnya dong!  Dan Follow akun WP ini ya!   Supaya author semakin semangat ☺️ Okeh!



 Siang itu ketika cahaya matahari menyengat kebagian tubuh, mereka yang punya kelompok paling besar di Labschool berkumpul bersama. Ota, Bagas, Raymond, dan Kevin berjalan sejajar. Tristan memimpin di depan mereka.

 Mereka membawa serta adik-adik kelas mereka yang termasuk anggota Genk Orsela. Tidak ada tanda-tanda akan berkelahi. Mereka hanya berjalan tegap menunjukkan keberadaan genk mereka di SMA Labschool.

 Semua murid pun menonton karna penasaran, dengan serentak anak Orsella menyebut nama ALBERT ZORLANDO seakan sedang kampanye.

  Nama Albert sudah meracuni seluruh murid di Labschool. Cowok itu berhasil mengalahkan ketua Orsela dan club basket bersamaan. Sekuat itukah Albert, si murid baru itu? Semua jadi mencari tahu tentang Albert, namun tidak ada yang bisa mengorek masa lalu Albert. Kenapa cowok itu bisa pindah sekolah.

  Albert yang sedang duduk tenang di bawah pohon bersama Omar cukup terganggu dengan kedatangan sekelompok orang yang sedang menghampiri mereka.

 "Al... Kayanya Tristan bawa pasukan mau ngeroyok lo." Omar berdiri, dia memasukkan handphonenya dan mulai menghitung jumlah orang yang dibawa Tristan. Sangat banyak. "Banyak banget Al!"

Albert hanya menarik nafas pelan. Tidak berniat berhadapan dengan Orsela, buang waktu.

"Beraninya mereka main keroyok." Omar berdecih.

Albert masih duduk santai  dengan kaki terbuka, melihat Tristan dan pasukannya sudah di depannya. Tapi, ada yang berbeda dari tatapan mereka.

  "Al..." ucap Tristan, kali ini matanya tenang tanpa sinar merah. Albert menatap satu-persatu pada mereka. Tidak ada yang salah dari mereka, hanya saja malah terlihat aneh.

  "Gue udah mutusin. Jabatan ketua Orsela gue serahin buat lo. Dengan rasa hormat gue minta lo gabung dengan Orsela." Tristan menatap Albert tegas. Omar membulatkan matanya mendengar ucapan itu, matanya menoleh pada Albert  menunggu jawaban Albert.  "Peraturan Orsela, siapa yang paling jago bertarung dia bisa menyandang jabatan tertinggi Orsela. Dan gue kalah."

"Gue gak minat, anying." Ujar Albert. Dengan jaket kulit kebanggaannya, dan tatapannya yang santai tapi tegas. Cowok itu benar-benar terlihat tampan.

Omar tersenyum girang. "Pada denger nggak lo pada! Al nggak mau gabung dengan kalian." Sorak Omar.

"Sombong amat. Orsela bukan geng-geng yang bisa lo lihat sebelah mata. Kita punya solidaritas setia kawan juga. Bahkan lo sudah dapet perlakuan istimewa dari kita yaitu diangkat ketua. Lo berhak penuh dengan Orsela." Kevin bersuara. Albert melirik cowok itu, baru kali ini dia mendengar suara Kevin.

Omar terdiam dia kembali menatap Albert kembali.

"Kalian rela Tristan diganti? Segitu yang kalian bilang solidaritas?" tanya Albert, pelan namun mampu membuat yang lain tertunduk.

 "Itu keputusan gue. Rela deh gue Ota mijit-mijit lo tiap hari. Bagas ngipas-ngipas lo kalo kepanasan. Kevin dia yang paling pintar, nilai-nilai lo dijamin kedobrak semua. Lo kan anak pindahan, butuh sponsor otak." Tristan mengiming-imingi atas nama kawan-kawannya. Albert sempat mengangguk pelan, tergiur penawaran Tristan. "Mau ya Al, gue yakin Orsela makin berkembang di tangan lo." Tristan berjongkok sambil menarik ujung jaket Albert.

Albert menggelengkan kepalanya pasti. Dia tidak lagi dalam masa seperti dulu. Daripada terlanjur ngasih hati buat Orsela, dan pada akhirnya nanti nama Orsela melekat dalam dagingnya.

Albert  ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang